13: Return of Sungyu

424 67 26
                                    

Dua laki-laki bersembunyi di balik semak belukar. Mengintai seseorang yang sedang berjalan dengan riang.

"Kapan sih, kita mau keluar?" Tanya salah satunya.

Kepala anak itu dijitak oleh temannya. "Shhh!!! Jangan berisik!" Bisiknya dengan kesal.

Anak itu mendengus kesal. Tangannya mengelus-elus bagian belakang kepalanya. "Sakit tau, Gyu. Kalau gue geger otak gimana?" Ia merengut.

Temannya itu berhenti mengintai. Ia balik badan menghadap anak yang sedikit lebih pendek darinya itu. "Udah dibilang, panggil gue Kak Beomgyu! Gue ini lebih tua, tau!"

Bibir anak itu semakin melengkung ke bawah. "Emangnya lu lebih tua? Inget apa lu emangnya?" Tanyanya.

Beomgyu menghela napas. Keduanya memang tak memiliki memori apa-apa. Entah bagaimana bisa, keduanya tiba-tiba terbangun di tengah hutan. Mereka tak saling mengenal. Namun, wajah keduanya tak terasa asing bagi mereka berdua. Satu-satunya clue yang mereka miliki adalah pakaian yang mereka kenakan. Keduanya sama-sama mengenakan piyama yang sama. Di ujung piyama mereka, terdapat bordiran nama.

Choi Beomgyu
dan
Kim Sunoo

Dari situlah mereka mengetahui nama mereka berdua. Mereka juga tak mengerti mengapa kerongkongan mereka jadi haus akan darah manusia. Selain itu, rasanya sakit sekali jika terkena sinar matahari.

"Pokoknya, gue pasti lebih tua. Soalnya gue lebih tinggi daripada lu, Kim Sunoo," ucapnya.

Anak itu, Kim Sunoo namanya, tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia selalu kalah berdebat dari Beomgyu. Ia lalu kembali mengintip. "Kapan kita keluarnya?" Tanyanya lagi.

"Tunggu dulu sampe dia sendirian di tempat sepi. Kalo keluar sekarang, bisa mati kita."

"Emangnya kita bisa mati? Tangan lu udah gak ada, tapi masih hidup sampe sekarang." Sunoo tertawa.

Beomgyu ingin mengajak Sunoo gulat. Sungguh. Sayangnya, ia telah kehilangan tangan kirinya. Jadi, waktu itu mereka berdua hampir tertangkap para warga. Karena tak tahu bahwa mereka bisa mengubah diri jadi kelelawar, mereka hanya lari sekuat tenaga. Sayangnya, ada seorang warga yang berhasil menangkap tangan Beomgyu. Sebuah pedang panjang menembus pergelangan tangannya. Beomgyu sempat diam tak berkutik. Syok berat karena melihat telapak tangannya tergeletak di tanah. Anehnya, Beomgyu tak dapat merasakan apa-apa. Mati rasa. Untung saja Sunoo segera menariknya pergi. Kalau tidak, mungkin saja ia akan kehilangan nyawanya juga.

"Lagian, kenapa sih kekeuh banget nargetin anak itu? Ini ketiga kalinya, loh. Kalo ga dapet, ganti sasaran aja lah, Kak," kata Sunoo.

Beomgyu mengangkat bahu. "Muka anak itu gak asing banget. Gue juga gak ada niatan buat makan dia. Gue cuma penasaran. That's it." Beomgyu kembali mengintip. Kedua matanya mengunci pergerakan bocah lima tahun bernama Kang Donghyun itu. Ia sedang berjalan di antara ramainya pasar malam. Dari jauh, Beomgyu dan Sunoo ikut bergerak. Setelah setengah jam, akhirnya Donghyun terlihat berjalan di lingkungan sepi. Beomgyu menepuk bahu Sunoo. "Yuk!"

Dengan aba-aba Beomgyu, keduanya berlari hati-hati menuju Donghyun. Langkah kakinya diusahakan agar tak menimbulkan suara sekecil apapun. Begitu sudah semakin dekat, mereka memelankan langkahnya.  Dengan satu-satunya tangan yang ia miliki, Beomgyu menepuk bahu bocah itu. "Halo!"

Donghyun menoleh. Wajahnya langsung memucat. Tanpa berteriak atau mengucapkan apapun, ia berlari sekencang mungkin.

Beomgyu menghela napas. "Kabur lagi..."

–+×+–

Jika tadi hanya ada Hueningkai dan Jung bersaudara, sekarang ada semua orang di lobi. Jake, Jay, Heeseung, Soobin, Yeonjun, dan Jonghoon. Bahkan Riki si cuek pun hadir di situ. Semuanya ikut kasihan melihat Donghyun yang gemetar bukan main.

Until We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang