12: Tamu?

437 73 44
                                    

Video wawancara sudah selesai. Setelah berpamitan dengan Wonwoo, mereka bersepuluh pergi makan. Hyunjin yang membayar semuanya. Wah. Betapa senang mereka semua. Karena dari kemarin, Yeonjun sangat irit dalam urusan makan. Semalam adalah porsi makan mereka yang paling banyak. Itupun karena Yeonjun mengira bahwa itu akan menjadi perjamuan terakhirnya. Untuk sejenak, mereka lupa akan segalanya soal vampir. Makanan lebih penting.

Baru setengah jalan, Yeonjun sudah selesai makan. Ia langsung menyeret Heeseung keluar dari tempat makan itu untuk bicara. Setelah permisi dengan sopan tentunya. Untung saja Heeseung juga sudah selesai makan.

Begitu sudah agak jauh dari yang lain, Yeonjun mulai bicara. "Lu udah ngira bakal kayak begini sejak kapan?" Tanyanya.

Heeseung memejamkan matanya. Berusaha mengingat. "Semenjak hari itu. Seminggu setelah kematian mereka. Pas kita tau kalo makamnya Sunoo sama Beomgyu kosong," jawabnya. "Jujur aja... Setiap hari aku selalu ngira kalo mereka bangkit. Aku berusaha buat gak mikirin itu. Tapi setiap hari, selalu aja sempet kepikiran," katanya.

Yeonjun mengangguk. "Sama. Mana setiap malem Beomgyu dateng ke mimpi gue. Seakan-akan itu pesan kalo dia emang belom bener-bener pergi, gitu." Ia lalu menarik rambutnya ke belakang. "Sama, Seung. Gue selalu kepikiran itu setiap hari. Gue selalu takut. Gimana kalo kejadian itu keulang dua kali? Gue gak mau kehilangan kalian lagi, sumpah. Makanya gue diem doang. Gue gak mau bikin kalian ikutan sedih dan takut kayak gue. Gue gak mau bikin senyum di mulut kalian luntur."

Heeseung memperhatikan mata Yeonjun. Betul. Terdapat rasa takut yang besar di sana. Pasti Yeonjun kesulitan memikul semunya sendirian selama ini. Heeseung menepuk-nepuk bahu "kakak"nya itu. Ia ingin berkata jujur padanya. Sejujurnya, selama setahun itu, mereka semua sama-sama terusik oleh pikiran mengenai Beomgyu dan Sunoo. Semuanya juga takut. Tetapi, mereka semua berjanji untuk menyembunyikan rasa takutnya itu. Setiap berkumpul dengan Yeonjun, mereka hanya akan membahas hal-hal menyenangkan untuk menjaga atmosfer. Mereka tahu bahwa "kakak" tertua mereka juga sedang kesulitan sendiri. Sayangnya, mereka tak bisa membantu apa-apa. Maka dari itu, mereka ingin meringkankan beban pikiran Yeonjun dengan cara seperti itu. Hanya terlihat bahagia setiap di dekatnya. Dengan begitu, mereka berharap Yeonjun juga ikut merasa senang. Heeseung menghela napas dan tersenyum. Jika ia memberi tahu soal semua itu, ia takut Yeonjun akan merasa bersalah. Jadi sepertinya, itu akan selalu mereka sembunyikan.

"Rencananya abang apa?" Tanya Heeseung.

"Belom punya." Yeonjun mengangkat bahu. "Oh. Gue coba telfon si Mbah, deh."Ia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon. Untung saja dukun itu memberikan kartu namanya kemarin. Tak lama, sang dukun mengangkatnya. Sepertinya dukun itu pengangguran, makanya dapat mengangkat dengan sangat cepat. Yeonjun menyalakan mode speaker, agar Heeseung juga dapat ikut mendengar dan bicara.

"Ya? Dengan siapa di mana?"

"Ini Yeonjun, Mbah. Yeonjun sama Heeseung yang kemaren dateng," jawab Yeonjun.

"Oh... kalian. Ada perlu apa?"

Yeonjun menarik napas. Siap untuk bicara. Ia menceritakan soal video wawancara itu. Semua yang dikatakan Wonwoo, beserta kesaksiannya soal ciri-ciri kedua vampir itu. Semuanya dalam dua helaan napas. Sepertinya Yeonjun memiliki bakat jadi rapper. "Kayaknya bener deh, Mbah. Dua temen kita udah bangkit dari setahun yang lalu." Yeonjun menyimpulkan.

Terdapat keheningan di seberang. Sepertinya Si Mbah sedang berusaha menangkap apa yang dibicarakan Yeonjun.

"Jadi gimana, mbah? Kita harus apa?" Heeseung ikut bertanya.

"Hmm... Untuk sementara, jangan ngelakuin apa-apa dulu. Jangan mancing apa-apa supaya mereka dateng. Saya bakal siap-siap kalo misalnya keadaan jadi makin buruk. Jadi, kalian gak usah ngapa-ngapain dulu," ucap sang dukun. "Kalo keadaan semakin buruk, kalian langsung ke sini aja. Tapi inget, jangan pas malem-malem. Tahan dulu sampe pagi, ya."

Until We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang