Epilog: Finally We Meet Again

506 71 62
                                    

Delapan bulan kemudian...

Cahaya matahari menembus jendela dan menyentuh kelopak matanya. Ia pun perlahan mengerjapkan matanya. Ia berada di sebuah ruangan kecil. Bau di situ tidak enak. Percampuran antara semua bau. Ada rasa sakit yang ia rasakan. Tangan kanannya terikat. Begitu juga dengan kedua kakinya. "Kenapa silau banget, sih?" Gumamnya sambil mengangkat tangan kirinya yang bebas untuk menghalangi cahaya matahari. Matanya membulat sempurna begitu ia melihat tangannya tidak ada. "HUAAAAAAAAAAAAAA," teriakannya menggelegar. Pantas saja rasanya sakit.

Mendengar teriakan itu, dua orang berlari masuk ke ruangan itu. "KAK BEOMGYU!!!" Teriak salah satu orang.

"HUAAAAA!!!! JUNGWON, LEPASIN GUEE!! KENAPA GUE BISA ADA DI SINI?! TANGAN GUE KEMANAAAAA?!?!?!" Laki-laki itu, Beomgyu, berteriak panik.

"Iya, kak. Bentar, bentar," jawab Wonbin –orang yang dikira Beomgyu adalah Jungwon– sambil melepaskan ikatan. "MBAHHH! KAK BEOMGYU UDAH BANGUN!!!!" Lapornya.

Donghyun ketakutan melihat Beomgyu. Makanya ia hanya bersembunyi di balik Wonbin. Habis, Beomgyu berteriak-teriak seperti orang kesurupan. "Takuut..." gumamnya.

Beomgyu menyadari keberadaan Donghyun. "HUA?! GUE INI UDAH GILA, YA?! TANGAN GUE ILANG DAN TAEHYUN BERUBAH JADI ANAK KECIL?!?!"

Wonbin menggeleng. Jujur saja ia kesulitan melepas ikatan kaki karena Beomgyu terus bergerak-gerak.

Untung saja Hyun sampai tepat waktu. Matanya membulat melihat darah Beomgyu menetes-netes. Padahal selama setahun delapan bulan ini tidak terjadi apa-apa. "Harus kita bawa ke rumah sakit!" Serunya. Ia pun segera menelepon ambulans.

Tak lama, ambulans pun datang dan membawa Beomgyu ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Beomgyu dilarikan ke UGD. Ia terus berteriak-teriak —kesakitan dan panik— dan baru diam setelah kerja bius berfungsi.

Hyun, ditemani Wonbin dan Donghyun, duduk di ruang tunggu. Mereka cepat-cepat menelepon Yeonjun.

"Eh, Won. Kenapa? Gimana kabar Beomgyu? Udah bang-"

"KAK BEOMGYU UDAH BANGUN DAN DIA SEKARANG LAGI DI RUMAH SAKIT KARENA DARAHNYA NGOCOR TERUS!" Lapor Wonbin dengan berteriak. Alhasil, ia ditegur oleh seorang perawat di sana.

Otak Yeonjun ngelag sejenak. "Oke, gue ke sana sekarang. Semoga bisa sampe sore ini atau malem ini. Send loc ya, Won," ucapnya.

Wonbin mengangguk, padahal Yeonjun tak dapat melihatnya. "Oke, kak," jawabnya.

"Thank you, Won," balasnya, lalu langsung menutup telepon.

Hari ini hari Rabu. Lebih tepatnya pk 11.00. Semua orang sedang sibuk-sibuknya bekerja dan sekolah. Seperti Yeonjun sekarang. Ia sedang bekerja. Dan kebetulan, di sebelahnya ada Jonghoon yang mendengar semua percakapan tadi. "Wonbin?"

Yeonjun mengangguk. Otaknya tak dapat bekerja dengan baik. Sekarang ia bingung harus berbuat apa. Kafenya sedang ramai. Tangannya pun masih memegang lap meja. Begitu juga dengan Jonghoon. "Beomgyu... udah bangun," katanya.

Otak Jonghoon ikut-ikutan ngelag."Te-terus gimana?"

Yeonjun mengangkat bahu. Benar-benar tak bisa berpikir.

Jonghoon merangkul Yeonjun ke ruangan staff. Mereka duduk di kursi yang ada di situ. "Oke, yuk kita pikirin baik-baik," ajaknya. "Coba chat temen-temen yang lain. Tanya udah pada selesai atau belom."

Yeonjun langsung melakukan apa yang Jonghoon katakan. Sayangnya, belum ada yang menjawab. Wajar saja. Pasti semuanya masih di dalam kelas. Baru saja mau mengeluh, muncul beberapa pesan di group chat.

Until We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang