Chapter 26

16 5 2
                                    

✁・・・ Enjoy the plot!

    Hari demi hari kami jalanin dengan rasa senang dan cemas, senang karena harus menikmati momen-momen yang ada dan cemas akan "perang" yang dibilang.

     "Sisa berapa hari lagi?" tanya Aileen ke aku, "sisa mungkin sekitar empat hari lagi sejak waktu itu. Tahun baru malah rasa suram gitu yah? hahaha, maaf."

     "Hey, ini bukan karena kamu tapi orang-orang itu aja yang gaje dan semoga aja gak terjadi,"Aileen yang berusaha menyemangatiku dan itu lumayan berhasil. Aku ijin pamit dari tempat istirahat untuk balik kerja.

     Sesampai di desk kerjaan terlihat restoran lumayan sepi padahal jam tiga sore jadi aku berbincang-bincang sebentar sama yang lain pas mereka lewat lalu ngobrol juga sama Zetta. Hari demi hari mulai rada suram emang entah auranya saja.

      " Chef, dua cheesecake sama dua milkshake," kata Nora. Akhirnya ada yang datang lagi jadi aku membuatnya sebagus dan seenak mungkin biar sapa tau bisa jadi rekomendasi mereka kesini lagi atau kasih tau ke orang lain.

      "Zet, nanti malam temenin aku minum yuk?" tanyaku saat Zetta sedang makan. "ywaw nwawtwi awu tewmeniw," (yak nanti aku temenin) lucu banget sih. "Kunyah dulu lagian aku gak minta jawaban buru-buru kok hahaha."

      Aku mencubit pipinya saat ia mengunyah dan langsung terkena STRIKE pukulan kencang. "AW!" teriakku dan malah di wlee in tapi pada akhirnya kita tertawa bareng tapi aku lanjut mencubit pipi gemasnya.

     Saking asiknya godain dia sampai-sampai lupa ada masakan yang belum kemasak saat Zetta mengingatkan soal makanan yang belum aku masak langsung aku ngebut masak. Bisa-bisanya kelupaan hahaha entah sejak ada Zetta hidupku mulai banyak tertawa terus.

      Hari mulai sore dan restoran sepi sekali tidak seperti dulu. Pada nganggur hingga kita rame-rame main UNO Stacko. "Awas jatuh kalau disana," saran dari Elvano ke Aileen dan Aileen langsung mengambil tempat lain. "Jangan kasih tau dong biar seru!" ucap Nora.

      Sampai delapan malam ternyata gak ada yang datang ke resto dan kitapun keasikan main selama main UNO lalu karena daripada ngegabut jadi aku bilang kita tutup restoran saja, Aileen dan Zetta merapikan Stacko dan sisanya membersihkan restoran hingga bersih.

       "Byeee," ucap Charlotte dan Nora bebarengan lalu mereka pulang dengan taxi, disusul Rafael pulang dengan motor kesayangannya, dan Aileen yang numpang bareng Elvano pun sudah duluan pulang. "Kenapa kita gak ikutan pulang dari tadi?" tanya Zetta yang sudah duduk dibelakang motorku.

      "Gapapa udah sisa tiga hari lagi mulai dari jam dua belas malam ini jadi aku rasa perlu melihat mereka sebelum terakhir-akhir karena aku merasakan ada aura yang gak enak akhir-akhir ini."

      Gantian kita yang pulang dan diperjalanan Zetta memarahi aku soal tadi yah bagian aku merasakan aura tidak enak tapi itu yang aku rasakan selama sepekan ini. Aku merasakan sepertinya aku akan beneran meninggal di tangan mereka. "Pokoknya jangan mikir begitu yah! Aku gak suka!" ucap Zetta dengan penuh emosi.

    "Aku usahakan."

     Saat aku dan Zetta masuk ke dalam rumah, wajah Zetta masih terlihat masih murung. "Masih kesel soal tadi, Zet?" tanyaku sambil membuka jaketnya, "iya. Lagian ada-ada aja." Katanya sambil membuang wajahnya. "Yaudah, mau aku buatin sesuatu atau gimana biar kamu seneng lagi?"

     "Jangan kek begitu lagi dan aku mau susu coklat," katanya dengan puppy eyes. Astaga lucu banget, terharu ini anak lucu banget. "Ok, satu susu coklat akan datang yuhu~"

     Aku mengambil dua gelas lalu menuangkan bubuk susu coklat ke gelas tadi kemudian tuang air hangat deh terus diaduk hingga rata dan akhirnya selesai. "Ini susunya," kataku sambil menyodorkan susu tadi.

      Aku menyalakan TV kemudian duduk di sebelah Zetta sambil merangkulnya, "kamu emang gak kepikiran soal ancaman itu? Kek yang aku bilang sudah sisa tiga hari dan aku masih belum tau harus apa kalau ketemu mereka."

      Zetta berkata sambil menyederkan kepalanya ke pundakku, "kepikiran cuma yah semoga gak terjadi aja gitu." Lalu kita berdua terdiam sambil menyaksikan TV.

      "Aku ke toilet dulu, permisi," ucap Zetta dan aku memberikan dia jalan sambil lanjut menonton TV. Aku merenung sejenak untuk memikirkan strategi terbaik untuk mengalahkan mereka bertiga dan solusi terbaik agar yang lain tidak perlu ikut-ikutan.

      AAAAAAAAA!!!

      Suara teriakan tadi berasal dari kamar mandi. Aku langsung lari ke arah kamar mandi secepat mungkin dan langsung mendobrak pintunya sesampainya. "Kenap-" pemandangan yang sangat membuat kepalaku rasanya ingin meledak. "M-matamu ke-kenapa, Zet?"

      Mata biru terang yang ada di mata kiri Zetta mengingatkanku Nephythys. "Aku takut ... aku takut aku takut AKU TAKUT, SAM!?" teriak Zetta ke arahku sambil menangis dan pemandangan ini sangat membuatku pusing. "I-iya k-kenapa? Takut kenapa? Ada apa?"

      Zetta terduduk menangis dan aku mendekatinya menenangkan dia lalu bertanya, "apa yang membuatmu menangis seperti ini? Ada apa? dan bagaimana kamu bisa mendapatkan warna mata ini secepat ini? Pake softlens terus ketusuk?"

      "Bukan! Bukan softlens ini lebih parah. Mata ini dari pemberian seseorang. Kamu tau Nephythys? Dari namanya saja seperti dewi Mesir kuno dan dia memberi mata ini untuk menjagamu."

      Aku kebingungan lalu berkata, "buat apa? Aku bisa sendiri untuk menjaga diriku." Lalu Zetta membalas, "ini untuk yang lebih besar. Dia mengatakan mata ini bernama Eye of Horus dan seperti ucapannya aku bisa melihat masa lalu, sekarang, dan masa depan. Yang membuatku takut adalah masa depan kita."

      "Suram?" aku tadinya bercanda soal ini sampai akhirnya berubah ketika Zetta mengangguk serius. "Iya. Aku gak bisa melihat masa depanku sendiri dan soal perang. Yang akan selamat mungkin hanya Rafael."

      Aku? Mati gitu? "Zetta jangan bercanda mana mungkin perang seperti itu aku kalah? Apalagi sekarang zaman sudah bukan yang asal membunuh." Zetta memelukku erat dan berkata, "kamu akan kalah dan jangan korbankan sebuah kebersamaan untuk sebuah cinta, kamu paham?"

     Bingung adalah kata yang paling tepat untuk situasi sekarang karena semuanya dadakan dan apa maksud omongan Zetta tentang perang yang belum saja terjadi. "Jadi kamu bisa melihat masa laluku seperti apa?"

      "Aku bisa. Kamu melebihi dari kata kejam dan brutal makanya karma yang kamu terima di masa lalu sepadan tetapi mengakibatkan masa depan yang sulit aku liat yang dari kulihat dengan mata special ini. Entah special atau kutukan. "

       "Bagaimana aku bisa meninggal di masa lalu, Zet?" tanyaku dengan serius. "Kamu ditikam oleh pasukanmu sendiri ketika perang melawan dewa berkepala burung dengan mata satu. Disitu kamu kalah dan mereka mengorbankan kamu lalu pada akhirnya sebuah roh keluar dan pecah menjadi lima bagian di setiap bagian diberi ke lima prajurit yang menikammu. Paling berbahaya yang bertopeng serigala karena dia menerima kekuatanmu."

       "Sang dewa membebaskan mereka dengan syarat mereka harus menemukan setiap reinkarnasi kamu untuk diberikan kepada Tuhan? Kamu yang sekarang akan menerima dan melepaskan dan kamu yang di masa depan akan merelakan dan kedamaian, seperti kamu akhirnya bebas dari rantai berduri tapi aku tidak bisa melihat yang lain."

        Aku yang sekarang akan menerima dan melepaskan? Di masa depan adalah kelanjutan dari aku yang sekarang? Lalu pada masa lalu adalah apa?

       "Menurut Nephythys, setelah aku memperlihatkan kamu mata ini dan tentang segala hal yang kamu inginkan berarti waktu kita sudah tidak banyak," kata Zetta dengan nada sedih. "Hey, kita gak akan pisah dan paling perang tersebut kek geng-geng biasa. Udah sekarang kita balik nonton."

       "Gak, perang yang aku liat itu diluar nalar manusia kek aku."

       "Lupakan saja. Tiga hari pastikan aku siap untuk segalanya, ok? Itu lebih penting kalau kamu merasa perang yang akan terjadi bukan perang antar geng biasa."

         Aku harap semuanya sesuai harapanku.

To Be a Continued at Chapter 27
©Sethkaen/Kyoraku

Horuz de OculusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang