Chapter 12 (Special)

70 15 5
                                    

✁・・・ Enjoy the plot with music!

⛔N F S W⛔
♪Dreamcatcher - Wonderland♪
♪Special OST♪

⛔N F S W⛔♪Dreamcatcher - Wonderland♪♪Special OST♪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mature Content!
📍Rumah, 04:32 WIB

     Aku kembali tersadar dari alam mimpiku tapi aku tidak gegabah langsung membuka mata, step awal yang aku lakukan adalah menendang lagi apakah ini beneran si pembunuh yang habis-habisan aku hajar atau tidak, aku sedikit meraba dan terasa ini punggungnya.

     Step dua, aku membuka mata setipis mungkin lalu melirik ke arah kakiku yang mengenai tubuh si pembunuh, ternyata butuh sedikit berputar karena tubuh si pembunuh posisinya sudah meringkuk di pojok kasur.

     Step tiga, aku memegang bantalku dengan kuat agar kalau si pembunuh ingin menusuk bisa langsung kuhadang dengan bantal. menendang pelan tetapi respon si pembunuh tidak ada.

     Step terakhir! Aku langsung bangun dari posisi tempat tidurku dan menerjam tubuh si pembunuh dengan cepat lalu aku memeluk erat kedua tangannya dan menahan kedua kakinya dengan kakiku.

Aleva?

     Terkejut bukan main, orang yang sedari tadi aku tendang dan aku pukuli ternyata Aleva. Aku membangunkan dia dengan pelan.

     "Aleva? Hey ayo bangun, Aleva!" kataku sambil menggoyangkan tubuhnya dan menampar pelan pipinya. "Aleva kamu kalau mau tidur bilang atuh jangan tidur di kamar aku, ayo cepetan bang-"

     Seketika sebuah pisau kecil di leherku dengan tatapan tajam Aleva, "kamu kira bisa melumpuhkanku dengan serangan bantal dan tendangan tadi? Kamu bercanda! Hari ini aku bunuh kamu!"

     Dengan tangkas aku langsung menepis pisau tadi dan berusaha mengunci tangannya tapi dia terlalu cepat. Ia mengunci kedua tanganku dengan posisi mukaku di injak di kasur.

     "Mematahkan kedua tanganmu sepertinya asik karena telah menendangku!" KRAK! Bunyi yang berasal dari tanganku tapi ... aku merasa kedua tanganku fine-fine aja. "Dan ini untuk pukulan bantal yang tadi!" ia menendang tubuhku sampai ke pintu masuk kamar. BRUK!

     "Aw thats hurt dude, can we jus-" belum selesai bicara ia mejambak rambutku hingga ke ruang tamu, aku mulai kesal.

     Aku memegang tangan dia dan langsung aku dorong ke sofa ruang tamu. "KENAPA TANGANMU TIDAK PATAH?" ucapnya dengan mimik wajah kaget. "Yah percaya atau tidak. Aku adalah reinkarnasi dewa Seth dan memiliki darah dewa Horus so, i'm strong enough to makes you scare."

     Tanpa memperdulikan omonganku ia langsung melemparkan pisau kecil dan aku menangkisnya dengan santai. Kali ini ia menggunakan pisau dengan gerakan yang sangat cepat ia terus-terusan menyerangku dan aku hanya menghindarinya sambil mengelilingi ruang tamu sampai akhirnya ke dapur. "Lebih baik kamu hentikan ini daripada nanti kamu sendiri terluka."

Horuz de OculusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang