17. Ceroboh.

575 107 15
                                    

Illya bernafas lega. Setelah satu minggu penuh Illya dibuat pusing oleh ujian yang tak sama sekali Illya tau jawabannya. Sekarang akhirnya Illya bisa terbebas dari soal yang selalu membuat Illya ketar-ketir memikirkan jawabannya. Illya melangkahkan kakinya keluar kawasan sekolah. Matanya Illya fokuskan pada ponselnya. Kakinya melangkah ke arah caffe yang berada disebrang jalan.

"Lya awas!" teriak Nichol matanya melebar menatap mobil yang mendekat ke arah Illya.

Suara klakson berbunyi keras, membuat ponsel yang berada di tangan Illya terlepas begitu saja dari tangannya. Sebelum akhirnya tubuhnya terpental ke tepi jalan. Suara kerumunan dan bau anyir darah sudah tercium diindera pendengaran dan penciumannya. Sebelum akhirnya mata dengan bulu mata lentik itu tertutup.

"Lya lo gak papa?" Nichol membantu Illya berdiri. Illya diam mematung. Masih tak percaya apa yang baru saja terjadi. Illya tak percaya tadi hampir ditabrak oleh mobil.

"Siapa yang dorong gue tadi?" tanya Illya yang belum sempat melihat siapa yang menolongnya, karena orang yang menolongnya sudah dikerimuni banyak orang. Membuat Illya tak bisa melihat siapa orang yang menolongnya.

"Ali, dia yang tadi nyelametin lo," jawab Nichol membuat Illya langsung berlari menghampiri kerumunan. Illya diam mematung melihat Ali yang dibawa memasuki mobil ambulance oleh petugas ambulance.

"Lya," panggil Nichol membuat Illya menoleh ke arah Nichol.

"Nic, bilang sama gue yang tadi nolongin gue bukan Ali. Bilang sama gue, kalo yang tadi kecelakaan bukan Ali. Bilang sama gue Nic," ucap Illya matanya berkaca-kaca. Illya tak mau terjadi apa-apa dengan Ali.

"Yang nolongin lo beneran Ali," jawab Nichol yang membuat air mata yang sedari tadi Illya tahan akhirnya meluruh juga. Kecerobohan apa yang Illya lakukan? Hingga mencelakakan Ali.

"Lya, nih HP lo." Nichol memberikan ponsel Illya yang baru saja diambilnya.

Illya menerima ponselnya. Lalu menghapus air matanya kasar, "Anterin gue ke rumah sakit sekarang Nic, cepetan."

"Ya udah, kita ke rumah sakit sekarang yah," ucap Nichol seraya menggandeng Illya ke arah motornya. Lalu melajukan motornya ke arah rumah sakit terdekat.

Setelah sampai rumah sakit, Illya langsung berlari memasuki kawasan rumah sakit.

"Sus, saya mau tanya apa ada korban kecelakaan anak sekolah yang dibawa ke sini?" tanya Illya pada sang Suster.

"Iya ada Mba, pasien dibawa ke ruang UGD," jawab sang suster seraya menunjuk ruang UGD yang tidak terlalu jauh. Membuat Illya langsung berlari ke ruang UGD menatap Ali dari kaca ruang UGD. Air matanya selalu mengalir. Hatinya seketika terasa runtuh. Melihat Ali terbaring dengan beberapa luka yang sedang di tangani dokter dan suster.

"Lya, sesedih ini lo liat Ali kecelakaan. Kalo gue yang ada di posisi Ali, apa lo akan sesedih ini?" ucap Nichol membatin. Nichol menyesal harusnya dirinya yang menolong Illya. Harusnya dirinya yang berada di ruang UGD. Nichol sudah berjanji akan selalu menjaga Illya. Tapi apa? Illya hampir kecelakaan pun bukan Nichol yang menolong Illya melainkan Ali. Nichol merasa gagal melindungi orang yang dicintainya.

"Lya, kita duduk yuk," ajak Nichol seraya menunjuk kursi tunggu di depan ruang UGD.

Illya melangkah lemah ke arah kursi tunggu. Sebelum akhirnya Illya mendudukkan dirinya di kursi tunggu. Diikuti Nichol yang duduk di samping Illya. Nichol menatap wajah Illya di sana sangat ketara wajah khawatir, bahkan air mata Illya sudah membasahi wajahnya.

Partner Belajar [Novel Ready Stok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang