26. Jenuh.

526 82 21
                                    

   Illya bersiap dengan dres hitamnya. Lalu duduk di depan meja rias mulai memoles wajahnya dengan make up tipis. Sore ini Illya akan nonton kartun kesayangannya di bioskop. Setelah satu minggu Illya belajar dengan giat. Akhirnya usahannya tak menghianati perjuangan Illya. Nilai remedialnnya cukup memuaskan dan Ali menepati janjinya untuk mengajak Illya ke bioskop menonton Doraemon. Padahal laki-laki itu baru pulang dari rumah sakit dua hari yang lalu. Illya sebenarnya sudah bicara pada Ali nontonnya nanti saja saat keadaan Ali sudah benar-benar membaik. Tapi Ali menolaknya.

   Illya menggapai tas selempangnya. Lalu keluar dari kamar menuruni anak tangga. Dengan senyum mengembangnya. Senang rasanya bisa menghabiskan akhir minggu bersama sang kekasih.

   Illya membuka pintu rumah utamanya. Ternyata sudah ada Ali di sana. Ali hanya teesenyum tipis. Sebelum akhirnya memberikan helm untuk Illya.

Illya mengerucutkan bibirnya sebal, "Kenapa gak ada romantis-romantisnya sih jadi pacar. Pakein kek biar kaya pacarnya orang-orang," batin Illya menggerutu. Lalu memakai helm yang disodorkan Ali padanya. Sebelum akhirnya menaiki motor Ali.

   Ali tersenyum tipis. Saat melihat Illya dari kaca spion, sedang menggembungkan pipinya kesal seraya  mengepalkan tangannya. Bergaya ingin menonjok Ali.

  Ali menoleh kebelakang. Membuat Illya menghentikan aktifitasnya, "Tangannya kenapa?" tanya Ali yang dijawab gelengan cepat oleh Illya, "Gak papa cuma pegel," jawab Illya yang membuat Ali mengangguk paham. Lalu kembali menghadap ke depan.

   Mata Ali kembali menatap Illya dari kaca spion. Terlihat Illya sedang mengelus dadanya lega. Membuat Ali hanya bisa menggeleng pelan seraya tersenyum. Sebelum akhirnya melajukan motornya ke arah mall terdekat.

"Pegangan kalo jatoh gue gak tanggung jawab," ujar Ali membuat Illya berpegangan pada bahu Ali.

   Illya menekuk wajahnya kesal. Mengapa kekasihnya tak ada sisi romantisnya sedikitpun pada Illya? Tak seperti kekasih orang lain yang selalu memperlakukan kekasihnya bagaikan tuan putri.

"Udah gak ada romantis-romantisnya. Ngomongnya juga pakenya Lo Gue mulu. ngeselin banget sih," omel Illya dalam batinnya, "Kapan coba bisa romantis kaya pasangan lainnya," lanjut batin Illya.

  Illya turun dari motor Ali. Saat motor Ali sudah terparkir di parkiran mall. Illya ingin melangkah. Namun tangannya ditahan oleh Ali. Membuat Illya mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya kepada Ali.

   Ali mendekatkan wajahnya pada Illya. Membuat Illya mundur teratur. Ali memegang bahu Illya. Menahan Illya agar tidak terus berjalan mundur.

"Kenapa mundur-mundur coba? Orang mau lepas helm doang. Emang mau pakai helm di dalem mall?" tanya Ali seraya melepaskan helm yang dipakai Illya membuat Illya membuang nafasnya lega. Sudah takut saja Illya dibuatnya.

  Ali meletakkan helm yang dipakai Illya ke motornya. Lalu tangannya menggandeng Illya membuat Illya membelalakkan matanya, "Pengen teriak," batin Illya berteriak. Mengulum bibirnya sendiri.

"Ayo jadi nonton gak sih?" tanya Ali yang membuat Illya tersadar dari lamunannya. Lalu mengangguk. Ali dan Illya berjalan berdampingan dengan tangan Ali yang setia menggandeng tangan Illya, memasuki kawasan mall. Menuju bioskop.

"Lo tunggu sini. Gue mau pesen tiketnya dulu." Ali berlalu pergi memesan tiket bioskop. Setelah itu membeli popcorn dan air mineral. Lalu berjalan mendekati Illya.

"Yuk masuk," ajak Ali yang dijawab anggukkan antusias oleh Illya.

   Ali menatap ruangan bioskop yang sudah penuh dengan penonton membuat Ali tak habis fikir. Bisa-bisanya robot kucing tanpa telinga berwarna biru itu menpunyai banyak penonton.

Partner Belajar [Novel Ready Stok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang