Illya Arkanata, gadis berambut coklat gelap sepunggung. Dengan mata hazel yang indah dan memiliki tinggi badan 154 centimeter. Anak gadis dari pemilik sekolah itu berjalan santai melewati setiap koridor kelas. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 07.30. Illya sudah biasa melanggar aturan sekolah ini. Lagi pula sekolah ini milik Papanya. Jadi Illya tak perlu khawatir. Jika dirinya akan dikeluarkan dari sekolah ini.
Illya langsung memasuki kelas dan duduk ditempatnya. Tak menghiraukan guru yang sedang menerangkan mata pelajaran matematika. Pelajaran yang bagi Illya sangat aneh. Bagaimana tidak? Gurunya mengerjakan contohnya sangat mudah, tapi ketika memberikan soal sangat sulit. Benar-benar aneh bukan?
"Lya telat lagi, telat lagi. Saya bosen liat kamu telat terus," ucap sang guru yang mulai jengkel, dengan kelakuan Illya yang tak pernah bisa menaati peraturan sekolah.
"Kalo Bapak bosen. Ya gak usah diliatlah Pak, susah amat," celetuk Illya tangannya meraih ponselnya. Mulai menyibukkan dirinya dengan ponselnya.
"Sekarang kamu keluar! Berdiri ditengah lapangan! Sampai jam pelajaran saya selesai!" ucap sang guru dengan nada tegasnya, yang membuat Illya mendongakkan kepalanya. Lalu tersenyum. Ini yang Illya mau. Disuruh keluar dan Illya bisa ke kantin.
"Siap Pak! Hukuman saya laksanakan," ujar Illya dengan senyum sumringahnya. Lalu melangkah keluar kelas dan berjalan ke arah kantin. Illya tak mau ambil pusing dengan hukuman dari guru berkepala botak plontos itu. Ntah siapa namanya. Illya bukan anak rajin, yang mengingat semua nama guru setiap pelajaran. Bagi Illya semua guru sama membosankannya. Tak ada yang spesial. Semuanya biasa saja bagi Illya.
Illya duduk di bangku kantin, "Bu siomay sama jus jeruk," pesan Illya membuat pedang kantin itu segera menyiapkan apa yang dipesan Illya.
Illya mengetuk-ngetukkan jarinya di meja kantin. Menunggu pesanannya tak sabar. Mata Illya langsung berbinar. Saat pesanannya sudah datang, dan langsung melahap makanan pesanannya. Sesekali meminum jus jeruknya.
"Lo yang namanya Illya Arkanata bukan?" tanya lelaki yang ntah sejak kapan, sudah berdiri di depan Illya. Illya menatap laki-laki yang berada di depannya. Sebelum akhirnya kembali menikmati siomaynya.
"Iya napa? Lo naksir sama gue," jawab Illya dengan pedenya, yang membuat laki-laki itu memutarkan bola matanya malas, "Lo dipanggil kepsek ke ruangannya."
Illya langsung bangkit dari duduknya, dan meletakkan uang di meja kantin. Lalu mulai berjalan ke arah ruang kepsek. Mengikuti langkah laki-laki di depannya.
Setelah sampai ruangan kepsek. Illya duduk di samping laki-laki yang cukup familiar di mata Illya. Mata hazel Illya beralih menatap kepala sekolah yang berada di depannya. Menunggu apa yang akan diucapkan kepala sekolah di depannya.
"Illya ini patner belajar kamu. Dia ketua osis tahun lalu di sekolah ini. Bapak yakin kamu familiar dengan nama Aliandera Zidantara. Siswa yang sering mengikuti olimpiade, dan memenangkan beberapa penghargaan di sekolah ini," ucap kepala sekolah tersebut. Membuat Illya menatap laki-laki yang berada di sampingnya. Illya kira siswa yang bernama Aliandera Zidantara itu laki-laki berkaca mata besar, yang terlihat cupu. Tapi ternyata Ali beda jauh dari bayangan Illya.
Aliandera Zidantara laki-laki yang memiliki tinggi badan 172 centimeter. Dengan rambut hitam legam, alis tebal, bulu mata lentik yang menghiasi mata hitam legam miliknya. Semuanya tercetak jelas membuat Ali terlihat sempurna di mata semua siswi di sekolah ini. Pantas saja jika laki-laki di samping Illya ini sering dibicarakan. Illya memang cukup familiar dengan nama Aliandera Zidantara. Karena nama ini selalu menjadi perbincangan di kelasnya. Tapi Illya tak pernah kenal Ali. Apalagi melihat wajahnya. Ya wajar saja, mungkin tempat tongkrongan Illya dan Ali berbeda. Illya di kantin sedangkan Ali mungkin di perpustakaan. Sangat berbanding terbalik bukan?
"Ya elah Pak, apaan sih? Pake patner belajar segala. Nanti saya laporin ke Papa saya. Agar Bapak dipecat menjadi kepala sekolah di sini," ucap Illya yang membuat Ali mengangguk-anggukkan kepalanya. Sudah Ali duga gadis seperti Illya adalah gadis yang hanya mengandalkan kekuasaan orang tuanya. Jadi pantas saja sikapnya seenaknya.
"Ini justru permintaan Papa kamu Illya." Illya membulatkan matanya sempurna. Saat mendengar ucapan kepala sekolah di depannya. Mengapa Papanya tidak membicarakan ini kepadanya dulu? Menanyakan apa dirinya setuju atau tidak? Mengapa Papanya mengambil keputusan sepihak? Benar-benar menyebalkan!
"Jadi kalo kamu mau komplen. Kamu komplen sama Papa kamu, karena ini wewenang Papa kamu. Bukan wewenang saya," ujar Reza selaku kepala sekolah yang membuat Illya mendengus sebal. Lalu menatap Ali yang berada di sampingnya.
"Ya sudah, kalian bisa kembali ke kelas kalian masing-masing," ucap Reza yang membuat Ali bangkit dari duduknya.
"Ya sudah Pak, saya kembali ke kelas," pamit Ali setelah mencium punggung tangan Reza. Sebelum akhirnya keluar dari ruang kepsek.
"Gue gak mau yah patneran sama lo," ucap Illya yang berhasil menghentikan langkah Ali. Lalu menoleh ke arah Illya. Menyenderkan tubuhnya di dinding. Menatap Illya datar.
"Seperti yang di bilang Pak Reza tadi. Itu wewenang bokap lo. Kalo lo gak mau patneran sama gue juga gak papa. Gue gak rugi. Jam istirahat gue tunggu lo di perpus," ucap Ali dingin. Lalu mulai melanjutkan langkahnya ke kelasnya, yang membuat Illya mendengus sebal. Apa sekarang Illya akan menjadi anak perpus? Yang benar saja!
Illya memasuki kelasnya, dan langsung duduk ditempatnya, "Lya hukuman kamu belum selesai. Kenapa kamu sudah masuk ke kelas?" tanya guru berkepala botak plontos itu. Membuat Illya memutarkan bola matanya malas.
"Suka-suka saya dong Pak. Sekolah Papa saya ini. Jadi suka-suka sayalah," ucap Illya dengan nada kesalnya. Lalu menatap Milla teman sebangkunya.
"Mil, Lo tau, 'kan Aliandera Zidantara?" tanya Illya yang membuat Milla mengangguk, "Iya, terus?" tanya Milla meminta kelanjutan cerita Illya.
"Dia patner belajar gue sekarang," jawab Illya yang membuat Milla membulatkan matanya sempurna.
"Yang bener lo, patneran sama Aliandera Zidantara? Uh coba aja gue yang patneran sama dia. Pasti gue udah salto-salto girang deh, karena terlalu seneng," ucap Milla heboh sendiri. Memang Ali adalah idola para kaum hawa. Terkecuali Illya Arkanata gadis mungil itu sepertinya tak tertarik dengan Ali. Padahal Wajah tampannya inceran para siswi di sekolahnya.
"Ih gue malah males patneran sama dia. Ini karena Papa gue aja. Jadi gue gak bisa nolak patneran sama dia," ucap Illya kesal.
"Illya, Milla berhenti bergosip. Kerjakan soal yang Bapak berikan," ucap sang guru yang membuat Illya mencibir
🍃🍃🍃
By : Triana Alicius
Vote n komen jangan lupa😉
Follow juga😉
Ig : @triana626alc
Wp : @TrianaAlicius🙏Trima kasih sudah berkunjung🙏
Jumlah 1024 kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Belajar [Novel Ready Stok]
Teen Fiction"Gue gak mau yah patneran sama lo," ucap Illya yang berhasil menghentikan langkah Ali. Lalu menoleh ke arah Illya. Menyenderkan tubuhnya di dinding. Menatap Illya datar. "Seperti yang di bilang Pak Reza tadi. Itu wewenang bokap lo. Kalo lo gak mau p...