Illya pagi ini sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Ini karena Papanya yang pagi-pagi sudah membangunkan Illya. Membuyarkan mimpi indah Illya. Jika saja Papanya tak membangunkannya sepagi ini, pasti Illya masih sibuk bergerlia di alam mimpi.
"Papa ngapain sih bangunin Lya sepagi ini. Lya masih ngantuk tau," protes Illya setelah itu menyantap rotinya.
"Kamu berangkat pake mobil ya. Sekalian jemput Ali. Kasian dia kakinya kan luka pasti gak bisa ngenderai motornya," ucap Rizal yang membuat Illya menatap Papanya sebal. Bagaimana tidak? Kemarin Illya disuruh mengobati Ali. Mengantar Ali pulang. Sekarang? Illya disuruh menjemput Ali. Apa-apaan ini?
"Gak yah Pa. Lya gak mau. Kemarin Lya disuruh obatin Ali, oke Lya obatin. Papa suruh Lya anterin Ali, oke Lya anterin. Tapi gak buat jemput Ali," tolak Illya setelah itu meneguk minumannya.
"Gak ada penolakkan, Lya. Kalo kamu nolak semua fasilitas kamu Papa cabut," ancam Rizal yang membuat Illya menatap Papanya sebal. Terus saja Papanya mengancam.
"Oke! Lya, jemput Ali," ucap Illya setelah meneguk minumnya.
"Lagian semua ini salah kamu yang ngerjain Ali. Jadi Papa minta tanggung jawabnya," ucap Rizal menatap Illya yang sedang menekuk wajahnya, "Ya udah, Lya jemput Ali sekarang," pamit Illya bangkit dari duduknya melangkah keluar dari rumahnya. Memasuki mobilnya dan melanjukannya ke arah rumah Ali.
Illya menuruni mobilnya. Saat mobilnya sudah terpakir indah di halaman rumah Ali. Kaki Illya melangkah ke arah pintu utama rumah Ali. Lalu mengetuknya tak berapa lama pintu utama rumah Ali terbuka. Mata hazel Illya langsung menatap sosok Resi Ibunda Ali dengan senyum hangatnya, menyambut ke datangan Illya.
"Tante, Lya mau jemput Ali. Soalnya kemarin kakinya Ali luka gara-gara Lya," jelas Illya seraya menatap Resi dengan senyum hangatnya. Ntalah rasanya saat melihat Resi. Illya merasa seperti melihat sosok Mamanya terasa hangat dan nyaman. Padahal baru kemarin Illya bertemu Resi dan berbincang dengan wanita paruh baya itu. Namun rasanya sudah sedekat Ibu dan anak.
"Ali, gak bisa berangkat hari ini sayang. Kakinya yang kemarin luka sekarang bengkak. Badannya juga demam," ucap Bunda Resi membuat Illya membulatkan matanya. Apakah kemarin dirinya kelewatan mengerjai Ali?
"Tante, Lya boleh jenguk gak?" tanya Illya. Jujur sekarang Illya merasa bersalah. Illya kira tidak akan separah ini. Ternyata semua di luar dugaannya.
"Boleh dong sayang. Yuk! Tante, anter," ujar Resi tangannya merangkul bahu Illya. Illya hanya tersenyum merasakan kembali hangatnya perlakuan seorang Ibu, yang sudah lama tak Illya rasakan. Sekarang Illya bisa merasakannya kembali.
"Tante, Lya minta maaf yah. Gara-gara Lya, Ali jadi sakit," ucap Illya seraya terus mengikuti langkah Resi yang membawanya menaiki anak tangga.
"Gak papa sayang. Cuma luka kecil gak terlalu parah juga," ucap Resi seraya tersenyum tangannya membuka pintu kamar Ali.
Mata hazel Illya langsung menatap sosok Ali, yang sedang berbaring di king size lengkap dengan selang infus yang terpasang di tangannya. Rasa bersalahnya semakin menyelimuti perasaannya. Sepertinya Illya kemarin benar-benar kelewatan.
"Sayang, Tante siapin sarapan buat Ali dulu yah," pamit Resi yang dijawab anggukkan oleh Illya. Membuat Resi melenggang pergi ke arah dapur.
Ali membuka matanya. Saat mendengar suara derap langkah kaki. Mata hitam legamnya langsung bertemu dengan mata hazel milik Illya.
"Ngapain di sini?" tanya Ali dengan suara serak khas bangun tidurnya.
"Gue mau jemput lo disuruh Papa," jawab Illya yang membuat Ali mengangguk paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Belajar [Novel Ready Stok]
Roman pour Adolescents"Gue gak mau yah patneran sama lo," ucap Illya yang berhasil menghentikan langkah Ali. Lalu menoleh ke arah Illya. Menyenderkan tubuhnya di dinding. Menatap Illya datar. "Seperti yang di bilang Pak Reza tadi. Itu wewenang bokap lo. Kalo lo gak mau p...