Illya keluar dari rumahnya. Alisnya terangkat menatap Ali yang berada di teras rumahnya bersama Papahnya.
"Lya mulai hari ini kamu diantar jemput Ali yah," ucap Papah Rizal yang membuat Illya menatap Papahnya tak percaya. Apalagi yang Papahnya ini lakukan? Benar-benar menyebalkan. Mengapa harus menyuruh Ali mengantar jemputnya? Illya bisa naik mobil sendiri.
"Tapi Lya, 'kan bisa naik mobil sendiri Pah," protes Illya.
"Ali anter kamu ke sekolah supaya Papah bisa mastiin kalo kamu berangkat pagi. Dan kamu pulang dengan selamat. Karena Papah bakal ke singapure dalam waktu yang cukup lama," jelas Papah Rizal yang membuat Illya menatap Papahnya tak percaya. Apalagi ini? Papahnya ingin meninggalkan Illya sendirian?
"Papah mau ninggalin Lya?" tanya Illya yang membuat Papah Rizal menggeleng cepat, "Nggak sayang, Papah mau ngurusin perusahaan baru mungkin 2 tahunan. Papah janji bakal sering pulang ke sini. Buat liat perkembangan kamu," ucap Papah Rizal seraya mengelus rambut Illya lembut. Putrinya yang nakal ini sebenarnya anak yang sangat rapuh. Apalagi setelah kepergian Mamahnya. Illya berubah 190 derajat dari Illya yang Papah Rizal kenal.
"Tapi Lya cuma punya Papah di sini. Masa Papah juga mau pergi ninggalin Lya," ucap Illya mata hazelnya sudah berkaca-kaca.
"Beberapa bulan lagi, 'kan kelulusan. Setelah kamu lulus kamu bisa susul Papah ke singapure kamu kuliah di sana dan tinggal sama Papah di sana," ucap Papah Rizal yang membuat Illya menatap Ali sekilas. Sebelum akhirnya kembali menatap Papahnya.
"Papah pantau kamu dari sana. Papah harap kamu bisa mendapatkan nilai memuaskan karena dengan nilai kamu bisa nyusul Papah ke singapure dan kuliah di sana," lanjut Papah Rizal yang membuat Illya menggeleng.
"Lya gak bisa tinggalin rumah ini Pah. Di sini banyak kenangan Lya sama Mamah," ujar Illya nafasnya memburu. Illya tak mungkin meninggalkan rumahnya sedari kecil. Rumah sejuta kenangan bersama Mamahnya.
"Semua keputusan ada di tangan kamu. Yang Papah harapkan kamu bisa lulus dengan nilai memuaskan," ucap Papah Rizal setelah itu mengecup dahi Illya singkat, "Berangkat gih nanti kalian telat," ujar Papah Rizal seraya menatap Illya. Lalu beralih menatap Ali.
"Saya titip Lya yah," ucap Papah Rizal setelah itu memeluk Ali.
"Saya mau nilai Lya di ujian minggu depan memuaskan. Jika nilai ujian Lya tidak memuaskan itu artinya kamu harus mengikuti saran dari saya," bisik Papah Rizal seraya melepas pelukkannya pada Ali. Lalu menepuk bahu Ali seraya tersenyum, "Saya yakin kamu bisa."
Ali mengangguk pelan, "Ya udah Om, saya pamit yah," pamit Ali setelah itu mencium punggung tangan Papah Rizal. Lalu melangkahkan kakinya ke arah motornya diikuti Illya dari belakang dan menaiki motor Ali. Yang membuat Ali melajukan motornya keluar halaman rumah Illya.
"Tadi Papah bisik-bisik apa?" tanya Illya seraya menatap wajah Ali dari pantulan kaca spion. Menatap wajah Ali yang terlihat tertekan. Apa yang Papahnya ucapkan pada Ali? Apa itu yang membuat Ali terlihat tertekan?
"Gak ngomongin apa-apa. Papah lo cuma titip lo sama gue," jawab Ali yang membuat Illya mengangguk ragu. Seperti ada yang janggal. Tapi Apa? Illya tak tau apa yang janggal.
Illya hanya diam. Menatap kosong kendaraan yang berlalu lalang. Memikirkan kepergian Papahnya. Illya tak percaya mulai hari ini dirinya akan benar-benar sendirian di Jakarta tanpa keluarga. Illya masih memaklumi jika Papahnya sering bolak-balik keluar kota atau keluar negeri untuk beberapa hari atau minggu. Tapi sekarang lain ceritanya. Papahnya akan pergi 2 tahun lamanya. Walaupun Papahnya bilang akan sering berkunjung. Tapi tetap saja Illya ingin Papahnya tetap stay bersamanya. Sudah cukup Mamahnya pergi meninggalkannya dan sekarang Papahnya. Apa tak ada yang memikirkan sedikit saja perasaan Illya. Illya hanya punya Papahnya tapi sekarang Papahnya dengan jahatnya meninggalkan Illya sendirian. Mengapa semua orang tak ada yang menghargai kehadiran Illya? Apa harus Illya pergi untuk dihargai keberadaannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Belajar [Novel Ready Stok]
Teen Fiction"Gue gak mau yah patneran sama lo," ucap Illya yang berhasil menghentikan langkah Ali. Lalu menoleh ke arah Illya. Menyenderkan tubuhnya di dinding. Menatap Illya datar. "Seperti yang di bilang Pak Reza tadi. Itu wewenang bokap lo. Kalo lo gak mau p...