"Papah ngomong apa tadi?" Illya menarik kursi di samping brangkar Ali untuk di dudukinya.
"Gak ngomong apa-apa. Bokap lo cuma ngomong kalo gue yang bakal tetep jadi patner belajar lo," jawab Ali membuat Illya menatap Ali tak percaya. Bingung dengan hatinya yang seolah bahagia saat mendengar Ali yang akan tetap menjadi patner belajar Illya. Tapi Illya terlalu gengsi untuk memperlihatkan wajah bahagiannya. Jadi wajah biasa saja yang Illya tampilkan di hadapan Ali. Walaupun hatinya seolah berbunga-bunga.
Illya menatap Ali bingung, saat tangannya digenggam Ali erat. Ada apa dengan laki-laki di hadapannya ini?
"Lo kenapa? Ada yang sakit?" tanya Illya mulai gelisah. Illya tak tau alasan Ali menggenggam tangannya begitu erat. Seolah memberitahu keadaannya sekarang sedang tak baik-baik saja.
"Gue gak papa. Gue cuma mau ngomong sesuatu sama lo," lirih Ali yang membuat Illya menatap Ali penasaran, "Ngomong apa?"
"Salah gak sih, kalo gue suka sama seseorang?" tanya Ali yang membuat Illya diam. Tak mengerti maksud pertanyaan Ali. Ali suka sama seseorang? Siapa? Ntahlah. Yang pasti hati Illya merasa tak rela.
"Salah gak sih, kalo gue suka sama lo?" tanya Ali yang membuat Illya menatap Ali tak percaya. Apa Illya salah mendengar? Atau itu adanya?
"Gue tau mungkin lo benci sama gue, karena omongan gue yang sering nyakitin lo dan sikap gue yang terkesan cuek sama lo. Tapi lo pernah mikir gak? Kalo itu semua gue lakuin buat nyembunyiin rasa cinta gue sama lo." Ali merubah posisi tidurnya menjadi duduk menghadap Illya. Tangan kirinya menggapai tangan Illya. Sekarang Ali menggenggam erat kedua tangan Illya.
"Maafin gue, yang gak bisa nembak lo dengan cara spesial kayak cowok lain. Gak bisa kasih kata-kata yang bisa nyentuh hati lo, dan gak bisa nembak lo dengan suasana romantis. Tapi gue harap lo bersedia jadi pacar gue," ucap Ali serius.
"Salah gak sih, kalo gue mau lo jadi pacar gue?" tanya Ali yang membuat Illya tak tau harus menjawab apa pertanyaan Ali. Ini pertama kalinya Illya ditembak pertanyaan yang sulit untuk Illya jawab.
"Lo mau gak jadi pacar gue?" Pertanyaan itu membuat Illya semakin grogi, gugup salah tingkah semuanya bersatu menjadi satu.
Illya memejamkan matanya tak berani menatap mata Ali yang sedang menatapnya dalam. Menarik nafasnya dalam meyakinkan jawaban yang sudah berada di dalam hatinya. Sebelum akhirnya kepala Illya mengangguk perlahan, "Gue mau. Gue mau, jadi pacar lo." Illya membuka matanya. Rasanya Illya sekarang sangat malu dan Illya pastikan pipinya merah karena salah tingkah.
Ali dan Illya menoleh secara bersamaan ke arah pintu. Saat ada suara benda jatuh dari arah pintu. Genggaman tangan Ali dan Illya terlepas begitu saja. Saat melihat Nichol yang menatap Ali dan Illya secara bergantian.
"Eh sorry, gue ganggu yah," ucap Nichol menggapai kantong plastik berisi beberapa kaleng soda yang jatuh, karena mendengar jawaban Illya tadi. Jangan tanyakan hati Nichol sehancur apa? Hati Nichol sudah hancur tak berbentuk. Sesak, sakit, hancur dan menyesal semuanya bersatu menjadi satu. Nichol menyesal karena tak menyatakan perasaanya terlebih dahalu. Menyesal karena tak berusaha dekat dengan Illya sebelum Ali dekat dengan Illya. Semuanya adalah masalah waktu dan Nichol sangat terlambat untuk semuanya.
"Santai aja Bro. Sini masuk," ucap Ali yang membuat Nichol melangkah ragu memasuki ruang rawat Ali.
"Congratulations atas jadian kalian," ucap Nichol seraya tersenyum. Mau tak mau Nichol harus turut bahagia. Walaupun hatinya terasa sangat teramat hancur tapi Nichol harus belajar ikhlas. Nichol tak mungkin merebut pacar sahabatnya sendiri.
"Thank' s. Lo kapan nyusul punya pacarnya?" tanya Ali membuat Nichol terkekeh, "Gampang gue mah tinggal pilih aja. Tapi gue lagi nunggu seseorang jomblo," ujar Nichol. Katakanlah Nichol pengecut yang tak berani mengungkapkan perasaannya pada Illya. Yang tak berani bicara pada Ali, jika dirinya mencintai pacar baru Ali. Dan katakanlah Nichol jahat karena menunggu Illya jomblo. Secara tak langsung Nichol mendo'a, 'kan Ali dan Illya putus. Tapi nyatanya itu harapan Nichol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Belajar [Novel Ready Stok]
Ficção Adolescente"Gue gak mau yah patneran sama lo," ucap Illya yang berhasil menghentikan langkah Ali. Lalu menoleh ke arah Illya. Menyenderkan tubuhnya di dinding. Menatap Illya datar. "Seperti yang di bilang Pak Reza tadi. Itu wewenang bokap lo. Kalo lo gak mau p...