Illya keluar dari rumahnya. Matanya langsung menatap sosok Nichol yang sedang menampilkan wajah sok manisnya.
"Lo jemput gue?" tanya Illya membuat Nichol berdecak. Pertanyaan macam apa ini?
"Gak gue jemput asisten rumah tangga lo, mau gue ajak ke KUA," jawab Nichol yang membuat Illya terkekeh. Oke Illya salah menyodorkan pertanyaan.
"Gue jemput lo lah Lya. Yuk ke sekolah," ujar Nichol seraya menggandeng tangan Illya ke arah motornya. Memakaikan helm kepada Illya.
"Pegangan sama orang ganteng nanti jatuh," ucap Nichol saat Illya sudah menaiki motornya. Illya memutarkan bola matanya. Sebelum akhirnya memegang jas almamater milik Nicol.
"Gak mau peluk apa?" gumam Nichol yang membuat Illya memiringkan wajahnya menatap Nichol, "Ngomong apa tadi?" tanya Illya yang membuat Nichol menggelengkan kepalanya cepat, "Gak ada ngomong apa-apa."
"Oh kirain ngomong sesuatu. Ya udah yuk berangkat," ucap Illya yang membuat Nichol mengangguk. Lalu melajukan motornya menembus jalanan yang cukup padat.
Selama perjalanan selalu ada saja pertanyaan yang Nichol tanyakan. Walaupun semua pertanyaan yang Nichol tanyakan pada Illya tidak penting, tapi ini cukup mengurangi rasa bosan Illya. Situasi Illya bersama Nichol sangat berbanding kebalik saat bersama Ali yang terlalu banyak diam selama perjalanan. Bahkan mungkin saat bersama Ali, Illya tak pernah terlibat obrolan santai. Ali dan Illya hanya bicara masalah pelajaran. Setelah itu tidak ada lagi yang mereka bicarakan.
"Kalo ada soal yang susah bilang aja sama gue," ucap Nichol seraya melepaskan helm Illya. Saat motornya sudah memasuki halaman sekolahnya.
"Lo mau kasih jawaban yah sama gue. Ah makasih baik banget sih," ucap Illya dengan cengirannya.
"Gak gue mau kasih do'a. Orang gue juga nyontek. Gimana gue mau kasih tau lo jawabannya," ujar Nichol yang membuat Illya menepuk dahinya. Dikira Nicol ingin memberi jawaban ternyata hanya ingin memberi do'a. Jika do'a saja asisten rumah tangga Illya juga bisa memberikannya.
"Dikira mau kasih jawaban," gumam Illya membuat Nichol yang mendengarnya hanya bisa menunjukkan deretan giginya.
Illya dan Nichol berjalan beriringan. Menelusuri koridor sepanjang koridor tawa Illya tak pernah pudar. Saat Nichol selalu malontarkan lelucon yang menurut Illya tidak masuk akal. Tapi Illya menyukai lelucon yang Nichol lontarkan. Bagaimana dong?
Nichol menghentikan langkahnya, tepat di hadapan ruangan terbuka membuat Illya juga menghentikan langkahnya. Menatap ke dalam ruangan yang sangat familiar di matanya. Mata hazel Illya menangkap sosok Ali yang sedang duduk di kursi perpustakaan. Sibuk membaca bukunya.
"Ke sana bentar yuk," ajak Nichol langsung menggandeng tangan Illya memasuki perpustakaan. Membuat Illya hanya pasrah mengikuti langkah Nicol.
"Rajin banget sih," ujar Nichol yang membuat Ali mendongakkan wajahnya lalu tersenyum. Sebelum akhirnya matanya bertemu dengan mata hazel Illya yang berdiri di samping Nichol. Ali langsung kembali menatap Nichol. Tak mau membuat Illya tak nyaman. Ali masih ingat betul janjinya yang tak ingin muncul di hadapan Illya. Bersikap asing sepertinya adalah pilihan yang tepat untuk Ali ambil saat ini. Bukan Ali tak mau memperbaiki keadaan. Hanya saja Ali tak ingin semakin memperkeruh suasana yang sudah buruk menjadi lebih buruk.
"Ngapain lo. Ada udang dibalik bakwan nih pasti," kelakar Ali yang membuat Nichol terkekeh.
"Tempe aja lo. Jangan lupa yah kasih gue contekkannya," ujar Nichol seraya mengerlingkan matanya.
"Enak banget hidup lo. Gue yang belajar lo yang nyalin jawaban," ucap Ali yang membuat Nichol nyengir, "Gak papa lah sekali-kali beramal sama orang ganteng gak masalahkan?" tanya Nichol seraya menaik turunkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Belajar [Novel Ready Stok]
أدب المراهقين"Gue gak mau yah patneran sama lo," ucap Illya yang berhasil menghentikan langkah Ali. Lalu menoleh ke arah Illya. Menyenderkan tubuhnya di dinding. Menatap Illya datar. "Seperti yang di bilang Pak Reza tadi. Itu wewenang bokap lo. Kalo lo gak mau p...