Illya menghapus sisa air matanya. Lalu bangkit dari duduknya. Melangkahkan kakinya ke arah kelasnya, untuk mengambil tasnya. Setelah cukup lama termenung di taman. Mengabaikan bel pulang yang sudah berbunyi 15 menit yang lalu.
Illya memasuki kelasnya yang sudah tampak sepi. Mata hazel Illya menatap ke arah tempatnya. Matanya menangkap sosok Ali yang sedang duduk di tempat Milla. Sungguh demi apapun Illya tak ingin melihat wajah Ali. Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di otaknya. Seolah tak mau pergi atau menghilang untuk sejenak saja.
Illya menghampiri tempatnya menarik tas miliknya. Ingin berlalu pergi tapi langkahnya terhenti saat Ali menahan pergelangan tangan Illya. Namun, segera Illya tepis tangan Ali kasar.
"Lo bolos?" tanya Ali yang membuat Illya memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Mau bolos atau gak. Itu bukan urusan lo. Bokap gue aja nggak ngurusin gue. Terus ngapain lo ngurusin gue," ucap Illya matanya nggan menatap mata hitam legam Ali. Masalahnya hari ini sangat berat untuk Illya hadapi.
"Lo diapain sama Adit?" tanya Ali yang membuat Illya tersenyum miris. Ini yang Illya ingin jelaskan pada Ali saat di perpustakaan. Tapi Illya belum menjelaskan apa-apa Ali sudah keburu mengeluarkan ucapannya yang begitu menusuk bagai pisau yang menghunus relung hati Illya. Dengan ucapan Ali yang seolah tak memikirkan hati Illya.
"Emang lo butuh penjelasan gue?" tanya Illya seraya mendongakkan wajahnya menatap atap kelasnya. Agar air mata yang sedari tadi memaksa ingin keluar. Tak keluar kembali. Illya tak ingin menjadi gadis rapuh di hadapan orang yang tak peduli padanya.
"Sorry, gue gak denger penjelasan lo dulu pas di perpus. Tadi Nicol cerita kalo Adit sempet jahatin lo," jelas Ali yang membuat Illya menunduk menghapus air matanya, yang sudah menetes bersamaan saat kepalanya menunduk tadi. Lalu kembali mendongak menatap Ali seraya terkekeh miris.
"Mulai sekarang lo gak usah ngajarin gue dan gak usah sok peduli sama gue lagi. Gue benci lo!" ucap Illya seraya menunjuk wajah Ali. Wajah penuh amarah sudah menyelimuti wajah cantik Illya. Bahkan mata hazel yang selalu menunjukkan kecerian kini menyalang menatap Ali penuh kebencian. Tubuhnya berbalik ingin melangkah ke arah pintu keluar kelasnya. Namun, langkahnya terhenti oleh Ali yang menahan pergelangan tangan Illya.
"Apalagi? Ini yang lo mau, 'kan? Terbebas dari gue. Gue gak mau patneran sama lo lagi. Nanti gue bilang sama Papah kalo gue mau patneran sama yang lain," ucap Illya seraya menatap wajah Ali. Di sana sangat ketara wajah rasa bersalah dan penyesalan. Tapi itu tak membuat Illya merubah keputusannya. Illya tak mau terus bergantung pada Ali. Apalagi perasaan aneh itu selalu muncul saat bersama Ali. Illya tak mau menambah perasaan aneh itu semakin menyelimuti dirinya.
"Gue anterin lo pulang," ucap Ali tangannya menarik Illya lembut untuk mengikuti langkahnya. Namun, Illya langsung melepaskan tangannya dari genggaman Ali.
"Gue bisa pulang sendiri!" ujar Illya yang membuat Ali menggeleng pelan, "Nggak lo berangkat sama gue. Jadi pulang juga harus sama gue." Ali kembali menggandeng tangan Illya.
Illya langsung menepis tangan Ali kasar, "Gue bilang gak mau ya gak mau! Gak usah maksa jadi orang!" teriak Illya berjalan mendahului Ali ingin kembali melanjutkan langkahnya. Tapi baru beberapa langkah Illya melangkah. Illya menghentikan langkahnya. Lalu kembali membalikkan tubuhnya menghadap Ali, "Oh yah, semua kembali seperti semula. Lo gak kenal gue dan gue gak mau kenal lo. Ya anggap aja kita gak pernah kenal. Anggap aja kita orang asing yang satu sekolah," ucap Illya tangannya menyeka air matanya. Lalu berlalu pergi meninggalkan Ali sendirian.
Illya keluar dari kawasan sekolah. Menaiki taksi menghapus air matanya. Illya sekarang sangat merindukan sosok Mamahnya. Tempat ternyaman untuk meluapkan kesedihannya. Tatapannya kosong fikirannya melayang pada masalalunya yang begitu bahagia. Tapi sekarang kebahagiaan Illya hanyalah sebuah drama. Untuk meyakinkan semua orang bahwa dirinya baik-baik saja. Nyatanya tidak. Illya tidak baik-baik saja. Illya hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Belajar [Novel Ready Stok]
Teen Fiction"Gue gak mau yah patneran sama lo," ucap Illya yang berhasil menghentikan langkah Ali. Lalu menoleh ke arah Illya. Menyenderkan tubuhnya di dinding. Menatap Illya datar. "Seperti yang di bilang Pak Reza tadi. Itu wewenang bokap lo. Kalo lo gak mau p...