38. Tumbang

872 38 12
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

ICP
------------------------------------------------------------------




"Lexa?"

"Sejak kapan namamu berubah menjadi Lexa? Jangan mengada-ngada deh!" lanjutnya dengan remeh.

"Sejak kapan ya? Hm ... Sebentar, akan ku ingat dahulu." Lexa mengetukkan telunjuknya di dagu mengingat masa lalu.

"AHA!"

Tisa tersentak mendengarnya kemudian ia kembali menetralkan raut wajahnya. Ia memandang Lexa sebal.

"Kenapa kau berteriak bodoh?!"

Lexa memandang Tisa datar. "Tadi katanya mau tahu sejak kapan aku mempunyai nama Lexa. Masak udah lupa sih? Apa mungkin faktor U?" Lexa tertawa mengejek.

"Kau! Berani sekali! Aku masih muda! Cantik lagi!" balas Tisa dengan berkacak pinggang kesal.

"Dan aku tidak peduli."

"Ya terserah kau sajalah! Jadi, kapan?"

"Saat usiaku lima tahun. Saat itulah aku memiliki nama itu. Ah bukan, lebih tepatnya aku muncul dengan nama itu."

Tisa yang terlarut dalam obrolan mereka pun tak menyadari bahwa Lexa sudah berada di belakangnya. Lexa membawa seutas tali yang ia ambil secara diam-diam di meja. Tak lupa, Lexa selalu mengajaknya berbicara.

Pelan-pelan Lexa mengikat tali dibadan dan tangan Tisa.

"Selesai." Lexa menepuk-nepuk telapak tangannya dan tersenyum puas.

"Apanya yang selesai?" tanya Tisa kebingungan.

Alamak ... memang penculik ulung si Tisa. Apa dia tidak merasakan lilitan di tubuhnya? Dasar.

"Lihat tubuhmu!"

Tisa menunduk lalu mendelik melihat tubuhnya sudah dililit dengan tali. Ia berusaha keras untuk melepaskan tali tersebut. Tetapi ikatannya sangat kuat sehingga sulit untuk dilepaskan. Ia merutuki kebodohannya yang mudah untuk dibohongi.

"Apa maumu, Aisyah?" Tisa menatap Lexa benci.

"Sudah kubilang! Namaku bukan Aisyah, tapi Lexa! Apa kau tuli hah?!"

"Jangan membentakku!"

"Memangnya kau siapa bisa memerintahku?! Kau sekarang adalah tawananku! Jadi jangan banyak bicara!"

Lexa berjalan menuju pintu dan berusaha untuk membukanya. Ternyata pintu tersebut dikunci. Ia menatap Tisa datar lalu menghampirinya.

Tanpa permisi, Lexa memasukkan tangannya di saku Tisa.

"Hei! Apa yang kau lakukan! Jauh-jauh dariku!"

"Diamlah! Atau aku akan memotong lidah cerewet mu itu ha?"

Tisa diam. Ia menatap Lexa marah.

"Lagipula apa yang kau cari tidak akan kau temukan di bajuku!" ucapnya dengan tersenyum miring.

Karena benda yang ia cari tidak ditemukannya, Lexa pun berdiri dan mencari benda yang bisa untuk membuka pintu tersebut.

Lexa mencari di setiap sudut ruangan tersebut. Ia pun tersenyum senang saat matanya melihat palu yang berukuran besar. Bisa dikatakan beratnya sekitar lima belas kilogram. Lexa segera mengambil palu tersebut dengan menyeretnya.

Dengan sekuat tenaga, Lexa mengayunkan palu itu pada pintu kayu. Dia sangat berusaha keras agar pintu bisa hancur. Karena dirinya terlalu sibuk menghancurkan pintu, ia tidak menyadari bahwa Tisa sedang menyeret tubuhnya mendekati dinding.

Suatu keberuntungan karena kakinya tidak diikat oleh Lexa.

Tisa menyenderkan tubuhnya di dinding lalu berdiri dengan tubuh yang menyandar pada dinding. Kemudian Tisa berjongkok dan berusaha keras untuk mencabut pisau yang menancap di sana.

Kalian masih ingat bukan? Pisau yang hampir mengenai telinga Aisyah. Pisau itulah yang ingin diambilnya.

Tisa berhasil mencabut pisau itu laki ia menggesekkan pisau tersebut di talinya. Sedikit demi sedikit tali tersebut menipis akibat gesekan dari pisau tajam itu.

Dan berhasil!

Tali yang mengikatnya sudah terputus. Tisa tersenyum senang, dengan segera ia melepaskan tali tersebut tentunya dengan hati-hati agar Lexa tidak mengetahuinya. Masih dengan memegang pisaunya, Tisa berjalan mengendap-endap menuju Lexa.

Tisa tersenyum miring tepat di belakang Lexa. Lalu ia menepuk pundak Lexa dua kali.

Puk puk

Sontak Lexa menoleh dan melotot saat melihat Tisa sudah di belakangnya.

Jleb

Sret

Tisa menusuk Lexa dan langsung mengeluarkan pisau tersebut dengan kasar.

Lexa melotot saat merasakan sakit di perutnya. Ia menatap dan meraba perutnya. Banyak sekali darah yang keluar. Napas Lexa pun tersengal-sengal.

Tubuh Lexa ambruk di lantai. Ia terus memegangi luka di perutnya. Berharap jika darahnya berhenti keluar.

"Pada akhirnya ... Kau yang kalah nona Lexa."

"Dan akulah pemenangnya! HAHAHA!" lanjutnya dengan tertawa jahat.

___________________________________________

Hehehehe...

Terima kasih sudah membaca◉‿◉

Love u all

❤️



Silviana
19-01-21

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imamku Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang