14. Sweet

1.7K 75 8
                                    

Happy reading ♥♥♥
.
.
.
.
.

•ICP•

---------------------------------------------------------------------------





Brak

"Apa yang-" ucapnya terpotong saat melihat siapa yang datang. Ternyata sahabatnya, ia memutar bola mata malas.

"Kebiasaan! Main nyelonong aja, nggak salam lagi!" ujarnya.

"Hehehe.... Assalamualaikum sahabatku tercintah!" Ali memandang Putra jijik. Astagaaaa bisa-bisanya dia punya sahabat seperti itu.

"Jijik anjir!"

Putra memutar bola matanya malas, lalu ia duduk di kursi depan Ali yang hanya dipisahkan oleh meja kerja saja.

"Lo harus hati-hati!" ucapnya serius. Ali mengernyutkan alisnya tidak paham apa yang dimaksud Putra.

"Ck! Seminggu yang lalu gue lihat Dia disini. Waktu itu gue gak percaya, tapi waktu kemarin gue ketemu sama Dia lagi saat lari pagi. Dan lo tau apa yang Dia katakan?" jelasnya

Saat ini Putra sedang duduk di bangku taman setelah berlari mengelilingi taman. Ia meneguk air mineralnya dengan rakus, peluh keringatnya bercucuran. Ia mengusap dahinya dengan tangan lalu menghela nafas lelah. Saat ia hendak berdiri ada seorang wanita yang menghampirinya.

"Hai! Lama tidak bertemu." sapanya pada Putra. Putra pun mendongak guna melihat siapa yang ada di depannya. Lalu matanya melotot sempurna saat melihat wanita itu.

"Sejak kapan lo disini?" tanya Putra.

"Hmmmm... Sejak 2 minggu yang lalu." jawabnya.

"Oooh......" Putra hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ngapain kesini lagi? Bukannya lo bilang sendiri kalau nggak akan kembali lagi?" tanya Putra lagi.

Wanita itu mendudukkan tubuhnya di samping Putra, lalu menerawang langit.

"Sebenarnya gue pergi itu untuk berobat."

Putra mengerutkan alisnya. "Berobat?" tanyanya penasaran.

"Iya berobat, gue punya penyakit gagal ginjal sejak SD. Tapi nggak ada yang tahu tentang penyakit gue, cuman keluarga gue aja yang tahu. Waktu itu kalian pernah tanya kan kenapa muka gue selalu pucet, itu karena penyakit gue." jelasnya.

"Wah! Tega banget lo sama kita!" bentaknya

"Bukan gitu, gue cuman nggak mau kalian khawatir. Mangkanya gue sembunyiin penyakit gue."

"Huffftt... Terus lo kesini mau ngapain lagi?" tanya Putra.

"Gue kembali buat Ali, gue kangen sama dia. Tapi, waktu gue nyamperin ke perusahaannya dia ketus sama gue. Gue emang udah tau kalau Ali sudah menikah, tapi salah ya kalau gue kangen sama Ali?" ujarnya sedih.

"Ya enggak salah sih kalau lo kangen ama tu anak, intinya jangan sampai kelewat batas soalnya lo tau sendiri Ali udah nikah. Dan lo harus janji kalau nggak bakal ganggu Ali oke?" Wanita itu hanya tersenyum simpul.

"Kalau gitu gue duluan ya!" ucapnya sambil berdiri lalu meninggalkan wanita itu sendirian.

Saat Putra sudah menjauh wanita itu berkata.

"Gue nggak janji...." sambil tersenyum smirk.

"Waktu Dia kesini sifatnya berubah, nggak kayak dulu." Ali menjeda kalimatnya, lalu menatap Putra.

"Dia jadi agresif dan dewasa. Pakainnya aja ketat terus kurang bahan gitu. Gue curiga Dia kena pergaulan bebas disana."

"Iya sih, orang waktu lari pagi aja Dia cuman pakai yang setengah badan. Terus celananya ketat sampai membentuk gitu." ucap Putra.

"Tapi kalau urusan pengobatan itu kayaknya emang iya deh. Dulu kan wajahnya pucet tapi sekarang enggak tuh!" ucap Putra lagi.

"Hmmmm....."

•ICP•

"Mas~" panggil Aisyah.

"Hm?" Ali yang semula mengerjakan laporan kerjanya pun menoleh saat istrinya memanggil dirinya.

"Adek gendutan ya?" tanya Aiysah sambil memutar-mutar badannya di depan cermin kamarnya.

"Iya kamu gendut." jawab Ali jujur.

"Kenapa emang?" tanyanya sambil tertawa tipis.

"Aish! Malah ketawa! Ngeledek adek kan mas!" balasnya cemberut.

"Lho? Tadi kan adek nanya, ya mas jawab jujur emang salah ya?" tanya Ali bingung.

"Iyalah! Seharusnya mas itu bilang 'enggak, adek nggak gendut kok' Ini malah bilang adek gendut!" cerocosnya lalu menaiki kasurnya dan tidur membelakangi Ali.

"Gini nih! Tadi nanya, terus dijawab jujur malah ngambek, heran. Emang ya perempuan itu nggak mau salah! Untung cinta!" gerutunya dengan suara lirih agar tak didengar oleh Aisyah. Tapi dugaannya salah.

"Adek denger ya mas!" sarkasnya.

Ali terkesiap lalu tersadar akan ucapannya barusan yang didengar Aisyah.

Haduhh...... Kenapa malah keceplosan sih! ~batinnya

"Eh! Enggak kok sayang." jawabnya sambil tersenyum kaku.

"Au ah!"

Ali menaiki kasurnya lalu memeluk Aisyah dari belakang.

"Maaf sayang." pintanya dengan mengelus perut buncit Aisyah.

Aisyah hanya mengangguk kan kepalanya.

"Beberapa hari yang lalu Dia datang ke kantor." ucap Ali.

"Ha? Ngapain sih!" tanya Aisyah ketus.

"Nggak tau. Kangen katanya." jelas Ali.

Aisyah membalikkan badannya agar menghadap Ali.

"Terus kamu respon Dia?" tanya Aisyah lagi. Ali hanya mengangguk.

Hal itu membuat Aisyah mendengus, lalu menatap tajam suaminya itu.

"Jadi kamu kangen juga gitu sama Dia? Iya?" Lanjutnya.

"Ya enggak lah  ngapain juga mas kangen sama orang yang bukan siapa-siapa mas?"

"Kirain kangen juga."

"Sayang, dengerin ya. Bertemu dengan mu adalah takdir,menjadi teman mu adalah pilihanku, tapi jatuh cinta dengan mu itu diluar kemampuanku, dan menjadi suamimu adalah takdir dari Allah untuk ku. Jadi, kamu jangan meragukan hal itu lagi." ucap Ali tersenyum tulus lalu mencium kening istrinya dalam.

Sedangkan Aisyah berusaha menahan senyumnya. Astagaaaaaa suamiku sweet banget. ~batinnya.

"Kalau mau senyum jangan ditahan, nanti kepentut kamu." ucap Ali memandang istrinya geli.

Aisyah pun tertawa dengan candaan suaminya. Lalu mereka menyusuri alam mimpinya masing-masing.

___________________________________________________

Sebenarnya hari ini adalah hari pertama UN tapi nggak jadi karena corona.

Semoga kalian semua sehat selalu. Amin.

Jangan lupa hidup bersih, makan makanan yang bergizi, dan olahraga yang cukup agar stamina tetap kuat!

Terimakasih sudah membaca cerita Aisyah dan Ali. Semoga kalian terhibur dengan membaca cerita ini.

See you next chapter!👋

~♥~

20-04-20
.
.
.
.
Silviana>_<

Imamku Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang