35. Siapakah?

340 29 4
                                    

Happy reading ♥♥
.
.
.
.
.
.

•ICP•

-----------------------------------------------------------------------


Ali mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit untuk menemui 'sahabatnya' dan meminta mereka untuk mengaku atas perbuatan mereka.

Tok tok tok

"Masuk!"

Ali membuka pintu tersebut lalu masuk kemudian menutup pintunya kembali. Di sana terdapat Anya yang sedang disuapi oleh Abdi.

"Ali! Aku seneng banget kamu menjengukku. Ternyata kamu perhatian padaku!" Anya tersenyum lebar menatap Ali berbinar. Sedangkan yang ditatap hanya memandangnya datar.

"Karena aku masih menganggapmu sahabat, tidak lebih."

Perlahan binar bahagianya meredup, lalu kembali ceria.

"Gapapa, yang penting kamu masih perduli!" katanya sambil tersenyum lebar. Tak sadar jika ada seseorang yang sakit hati melihatnya begitu mengaharapkan laki-laki yang tak lain dsn tak bukan adalah sahabatnya sendiri. Sungguh takdir tidak adil padanaya.

Ali menghela napas jengah, setelah apa yang dia lakukan, tak ada kata maaf yang meluncur dari mulutnya. Ali tak menghiraukan Anya, ia berjalan menghampiri Abdi.

"Kapan Anya diperbolehkan untuk pulang?"

"Kata dokter besok pagi Anya sudah boleh pulang."

Ali menatap Anya sejenak, "Aku ingin setelah keluar dari rumah sakit kamu harus mengatakan semuanya pada keluargaku! Aku tidak ingin menjadi semakin rumit."

Anya menundukkan kepalanya, ia memilin jari-jarinya. Sungguh tatapan Ali membuatnya takut.

"Berhentilah menatap Anya seperti itu!" hardik Abdi kesal. Ali memutar bola matanya malas. Dasar bucin! Untung masih temannya.

"Tapi... Jika aku mengakui anak ini bukan anakmu, siapa yang mau menerimaku?" Anya menatap sendu.

Ali menghela napas kemudian menoleh Abdi. Lalu tersenyum dan berkata, "Kamu terlalu sibuk dengan obsesimu terhadapku, sehingga kamu tidak menyadari. Bahwa, masih ada orang yang mencintaimu dengan tulus."

Ali mengelus surai Anya lembut. "Berhentilah mengejar orang yang sama sekali tidak mencintaimu. Jika kamu menikah dengan orang yang tidak mencintaimu karena ia mencintai wanita lain. Maka, kamu akan sangat menderita. Berbeda jika kamu menikah dengan seseorang yang benar-benar mencintaimu. Maka, kamu akan dijadikannya sebagai ratu. Jadi, berilah kesempatan pada orang yang mencintaimu dengan tulus. Sungguh, kamu akan bahagia, jika yang kamu memang belum mencintainya, tak apa.  Karena cinta datang karena terbiasa." Kemudian Ali menepuk pundak Abdi lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

•ICP•

"Sebelumnya kami minta maaf karena perbuatan kami. Kami menyesal telah membuat rumah tangga sahabat kami renggang. Demi kebahagiaan kami, kami tidak memikirkan akibat dari perbuatan kami. Kami menyesal, sangat menyesal. Mohon maafkan kami," ujar Abdi tulus.

"Jujur, saya kecewa dengan kalian. Karena kalian adalah sahabat Ali, tapi kalian malah ingin menghancurkan rumah tangganya demi kebahagiaan kalian sendiri. Tapi, saya bersyukur kalian sudah menyadari perbuatan kalian salah. Karena memang, manusia itu tidak ada yang sempurna," jawab Fatih.

"Kami janji tidak akan menganggu rumah tangga Ali. Karena kami akan melangsungkan pernikahan minggu depan. Setelah itu, kami akan pindah ke Singapura."

"Kenapa? Kenapa kalian harus pindah?" tanya Aisyah.

Abdi tersenyum hangat, "Kami di sana hanya menetap 5 tahun. Aku harus mengurus perusahaan ayahku. Setelah itu kami akan kembali, kami janji."

"Baiklah..."

"Apa semua yang terjadi akhir-akhir ini ulah kalian juga?" tanya Fatih sambil menilik Anya dan Abdi.

Anya mengernyit bingung, "Maksud om?"

"Kalian tidak tahu? Akhir-akhir ini ada yang 'mempermainkan' Aisyah. Kalian benar-benar tidak tahu?"

"Kami tidak pernah meneror Aisyah. Kami benar-benar tidak tahu," jawab Anya.

"Lalu siapa yang melakukannya?"

"Mungkin ada orang yang sakit hati dengan Aisyah?"

"Iya, mungkin saja. Karena kita tidak tahu perilaku kita bisa menyakiti perasaan orang lain. Walaupun kita merasa perilaku kita baik tapi bagi mereka perilaku Aisyah menyakiti perasaan mereka. Kita tidak tahu bukan?" jawab Abdi bijak.

Ali memegang dagunya berpikir, lalu ia menatap Abdi dengan alis berkerut.

"Lalu, siapakah dalang dari semua ini?" tanya Ali.

"Itulah teka-teki yang harus kita cari tahu."

"Siapapun mereka, aku akan menemukannya!" ucap Aisyah menyeringai keji.

Entahlah apa yang dipikirkannya, tapi satu hal yang harus diwaspadai.
Jika Aisyah sudah hilang empati, maka ia tak segan-segan 'menyakiti' musuhnya.

______________________________________________________

Ekhm...

Alhamdulillah bisa up sesuai jadwal😁

Semoga terhibur

Terima kasih sudah membaca♥♥

Love u all♡

Silviana
22-12-20

Imamku Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang