still adi's pov_______
setelah dokter datang dan memeriksa keadaan lia, rasa bersalahku semakin besar.
kata dokter, lia mengalami kelelahan dan kurang gizi. beberapa hari tak ada nutrisi yg masuk ke tubuh lia menjadikan istriku lemah dan harus di infus.
ditambah dengan aktivitas semalam, menjadikan kondisi lia semakin memburuk.
"pak, orang tua bapak dan ibu mau dikabari tidak?" tanya mbak yg datang membawakan minum dan beberapa obat yg tadi diberikan dokter.
"jangan! biar saya yg kasih tau sendiri,"
mbak mengangguk. "beberapa hari kemarin, orang tua ibu sama bapak beberapa kali menelepon rumah. menanyakan apakah ibu di rumah,"
"terus?" tanyaku mengalihkan pandangan dari lia.
"mau mampir ke rumah pak, tapi ibu tolak,"
"lia pasti gamau orang tua tau kalo kita baru ga baik," gumamku pelan.
"mau saya buatkan sup pak untuk ibu?" tawar mbak lagi.
"boleh,"
"saya permisi dulu pak," ucap mbak mengangguk kemudian berjalan meninggalkan kamarku.
aku kembali memfokuskan perhatianku ke lia. istri yg kini terbaring lemah diranjang dengan wajah pucat. tangan kanannya terdapat selang infus yg masuk melalui jarum dipunggung tangan.
"sayang, maafin aku. aku tau kamu yg salah. tapi aku juga tau aku salah. ga seharusnya aku lari dari kamu, ninggalin kamu sendirian disini dan gaada kabar. please sayang, aku mohon, bangun," ucapku menggenggam tangan kiri lia.
_____lia's pov
badanku lemas. itu yg aku rasakan saat ini.
terakhir yg aku ingat adalah aku dan adi sedang tidak baik saja. hubungaku yg awalnya baik-baik saja mendadak seperti diujung tanduk karena ulahku yg gegabah dan tak berpikir panjang. seminggu lebih aku dan adi berpisah karena tugas kantor yg mengharuskan adi untuk pergi ke surabaya beberapa hari.
beberapa hari yg begitu berat ditambah berat karena adi yg mendiamkanku.
kita masih berkomunimasi beberapa kali, tapi hanya menanyakan kabar sekali dua kali. tak seintens seperti layaknya kita pacaran dulu. lebih sering dulu waktu pacaran malah dibandingkan sekarang.
beberapa kali aku berusaha membuka kedua mataku, tapi hasilnya nihil. badanku yg lemah seperti mempersulitku untuk bangun dari tidurku ini.
samar-samar, aku mendengar suara dari lelaki yg sangat ku kenal. lelaki yg terakhir aku ingat wajahnya berada diatasku dengan tatapan yg sulit aku artikan.
"di," ucapku pelan.
"di,"
"yah,"
"bun,"
ucapku berulang kali.
ingin rasanya berbicara normal memanggil nama adi, ayah atau bunda, tapi mulutku tak mengeluarkan suara. hanya berupa gumaman lemah.
"sayang sayang," terdengar suara seseorang yg kini berada disebelahku. meremas tangan kiriku dengan menggusap pelipisku.
"di," ucapku lagi.
perlahan, aku membuka kedua mataku. menyipitkannya karena cahaya ruangan yg terlalu terang. mengerjab beberapa kali sebelum akhirnya aku berhasil melihat sekeliling ruangan.
memang ruangan ini hanya disinari cahaya dari lampu diatas nakas, tapi lampu tersebut dipasang dengan cukup terang oleh adi.
aku kenal ruangan ini. ruangan dimana aku selama dua minggu ini banyak menghabiskan disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELIA (completed)
Fanfictionkisah sederhana antara perempuan dan laki-laki spin-off LIA LIO