(13) sendiri

701 58 14
                                    

waktu berjalan begitu cepat. aku tau, apa yg telah aku lakukan ke adi itu salah. mengambil keputusan tanpa meminta saran dan izin adi, suamiku, adalah suatu kesalahan besar. dan aku menyadarinya. aku sendiri sampai sekarang masih bingung, kenapa aku sampai melakukan hal seperti itu. yg aku tau, aku hanya ingin melihat lio juga bahagia.

aku, sebagai adik, seharusnya tak egois dan melangkahi lio, kakak kembarku, yg seharusnya menikah terlebih dahulu.

mungkin banyak orang diluar sana yg menikah terlebih dahulu dibanding kakaknya, dan mereka baik-baik saja. tapi aku merasa aneh setelah menjalaninya.

bukan, bukan aku menyesal, tapi aku lebih memikirkan kebahagiaan dari lio. kebahagiaan yg seharusnya sudah dia dapatkan.

seminggu ini adi pergi ke surabaya. aku sendirian di rumah. hanya ada dua pekerja yg menemaniku.

ayah, bunda, mama dan papa tak mengetahui keributan antara aku dan adi. dan aku berencana jangan sampai mereka tau. cukup aku dan adi saja.

setiap pagi, setiap hari, aku selalu mengirimi pesan kepada adi. ntah mengingatkan untuk makan, jaga kesehatan hingga menanyakan bagaimana harinya. tapi tidak semua dia jawab. hanya beberapa yg dia jawab dengan padat singat dan dingin.

aku yg mengenal adi luar dalam bisa menebak, saat ini adi tengah malas dan tak ingin berhubungan denganku. pesan yg dia balas itu hanya sebagai formalitas untuk jaga-jaga jika aku ditanya oleh kedua orang tua kita. karena adi tau, aku bekerja untuk bunda dan bisa setiap saat bertemu dengan bunda.

air mata kembali menetes malam ini. malam ketujuh tanpa adi disebelahku. tanpa adi yg setia setiap malam memelukku ketika tidur.

hari ini, aku hanya berdiam diri di kamar. merenungi segala kesalahan yg telah aku perbuat.

kemarin, aku memeriksakan diri lagi ke dokter vany. memastikan bagaimana keadaanku setelah aku lepas dari pil KB yg biasa aku konsumsi.

aku bersyukur, semua keadaan baik. dan aku siap untuk memiliki mengandung.

ponsel yg ada dinakas meja disebelah tempat tidur berbunyi. segera aku meraih ponsel tersebut dan melihat siapa yg menelepon.

tertera nama lio sebagai penelepon.

"ya?" jawabku lemah.

"lo sakit?"

"engga,"

"kenapa lemes gitu jawab telpon kakak?"

"gapapa,"

"jangan bohong,"

"..."

"kakak tau adek. adek seneng, adek sedih, adek banyak pikiran, kakak tau semua. adek kenapa?" bujuk lio.

air mata yg awalnya dia tahan jangan sampai keluar, kini akhirnya keluar. mengalir bebas dari sudut mata sembab (namakamu). hampir setiap malam dia menangis dalam tidur.

"adek udah makan?" tanya lio.

aku diam. terakhir aku ingat makan adalah saat aku makan pisang kemaren pagi. setelah itu aku belum makan sedikitpun.

"adek mau kakak bawain apa?" tanya lio.

aku menggeleng. aku tau, lio tak dapat melihat responku. tapi aku terlalu lelah untuk bersuara.

"kakak baru diluar. kakak bawain burger kesukaan adek ya?"

"engga kak, adek udah makan,"

"bener?"

"iyaa,"

"yaudah, kalo gitu. kakak beliin boba ya?" bujuk lio.

"engga kak,"

ADELIA (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang