(11) masih diam

363 66 2
                                    

pagi harinya setelah adi menyelesaikan kewajibannya, masih menggunakan baju koko dan sarung, dia menghampiriku di dapur.

"sayang, kamu?" pertanyaan adi menggantung. tapi tanpa dilanjutkanpun aku sudah tau, apa yg akan ditanyakan oleh adi.

"iyaa dii, aku udah kedatangan tamu," ucapku memberitahu.

sesaat adi diam. aku tau, impiannya untuk mendapatkan anak dariku pupus untuk bulan ini. dan ini adalah satu dari sekian banyak bulan kedepannya berita yg harus aku sampaikan.

seperti menyadari diamku, adi lantas memelukku dari belakang. menyandarkan kepalanya dipundakku. "gapapa sayang. namanya kan kita usaha. perihal hasilnya kita serahkan sama yg di Atas,"

aku mengangguk lemah. 'maafkan aku di'

"kamu masak apa hari ini?" tanya adi merubah topik pembicaraan.

"omelette kesukaan lio,"

"kesukaan aku juga!!!"

"iyaa iyaa kesukaan kamu juga," kekehku. "udah sana mandi, bajunya udah aku siapin,"

adi mencium pipiku sebelum dirinya kembali menghilang ke kamar.

____________

sebulan,

dua bulan,

tiga bulan. adi belum lagi menanyakan perihal tamu bulananku yg masih saja datang tepat waktu.

hampir setiap hari, adi mengajakku melakukan ritual sebelum tidur untuk segera mewujudkan impiannya.

aku sendiri sempat khawatir obat yg aku minum akan tidak bekerja karena seringnya kita melakukan hal itu. terlebih lagi jika aku lupa meminumnya sehari atau beberapa hari saja, mungkin diperut ini sudah ada bakal baby yg dinanti-nantikan oleh adi.

mungkin terdengar aneh, kenapa aku tidak ingin segera memiliki anak dari suamiku sendiri, terlebih pernikahan ini bukanlah pernikahan perjodohan seperti ayah dan bunda. tapi balik lagi, orang lain tidak tau apa yg mendasari aku melakukan ini semua. melakukan penundaan memiliki momongan yg mungkin diluar sana banyak sekali pasangan yg ingin segera mempunyai anak.

"sayang," panggil adi ketika aku tengah berada dikamar mandi, bersiap meminum obat KB.

"sayang,"

ternyata bukan haluku. adi benar-benar sudah pulang. padahal dia tadi berkata akan pulang larut karena pekerjaan.

aku segera mengambil pil dari tempat persembunyian dan meminumnya. kebetulan persediaan obat yg ada dibox kecil habis. mau tak mau aku harus mengambil obat tersebut dari laci paling bawah kamar mandi.

"kamu baru ngapain?" tanya adi membuka pintu kamar mandi dan spontan mengagetkanku yg baru saja minum.

air yg seharusnya masuk ke kerongkongan kini berubah jalur dan masuk ke tenggorokan. hal itu menyebabkan aku tersedak dan batuk-batuk cukup hebat.

"sayang," ucap adi panik. menghampiriku dan menepuk-nepuk punggungku. berharap dengan itu, dapat meringankan tersedakku. "maaf aku ga sengaja. kamu kesedak karena aku kan,"

aku mengangkat tangan. menyuruhnya menunggu hingga aku dapat bernafas dengan stabil sebelum menjawabnya.

"aku kaget aja tadi,"

"kamu tadi baru ngapain sih? kok bisa-bisanya kaget? kan aku daritadi udah panggil kamu,"

aku menggeleng. masih berusaha mengatur nafasku.

"kamu baru minum obat?" tanya adi ketika tak melihat bungkus obat yg tergeletak didepan washtafel.

aku panik. ternyata bungkus obat yg baru saja aku minum belum sempat masuk ketempat sampah.

ADELIA (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang