(9) semoga

316 63 8
                                    

sesampainya di rumah adi langsung masuk ke kamar. mengajakku istirahat karena katanya sudah lama tak merasakan tidur siang. tapi aku tau, itu adalah salah satu alasan adi untuk meminta haknya sebagai suami.

"sayang," panggilnya memelukku dari belakang saat aku tengah berdiri didepan cermin kamar mandi.

"ya,"

"kamu masih badmood ya?"

"kapan aku badmood?"

"sayang," ucap adi.

"aku gatau kenapa badan rasanya ga enak. jadi mau ngapa-ngapa males," keluhku. aku sendiri juga bingung dengan badanku, tak biasanya seperti ini. apa mungkin karena akan kedatangan tamu?

"mual?"

aku mengangguk.

"pusing?"

"dikit,"

"belum mens?"

aku menggeleng.

"jadwal mens kamu hari ini kan?" tanya adi, menanyakan apa yg sudah tadi dia tanyakan.

"besok pagi kita test ya?" lanjutnya.

"test apa?" ucapku panik.

"test kehamilan. ntar aku beliin alatnya, sapa tau kamu cranky kayak gini karena hamil," senyum menghiasi wajah adi, tangan kanannya dia selipkan kedalam baju yg aku gunakan. mengelus pelan perut rataku.

"hmm di, apa ga terlalu keburu?" ucapku pelan.

"keburu kenapa? engga dongg. kan justru semakin cepat malah semakin baik sayang. kita bisa punya baby yg mirip sama aku atau kamu. papa mama, ayah bunda pasti juga bakalan seneng karena ini cucu pertama mereka," ucap adi antusias.

"tapi dii,"

"tapi kenapa?"

"aku takut,"

"takut karena?"

"takut kalo semisal besok aku tes dan aku ga positif, kamu kecewa lagi sama aku," ucapku beralasan. sebenarnya ketakutanku ini bukan soal itu. tapi ketakutanku saat ini adalah aku positif hamil. aku takut semakin mengambil kebahagiaan yg seharusnya lio dapatkan terlebih dahulu. bukan aku.

"sayang, liat aku deh," aku langsung menatap adi. "aku ga kecewa sama kamu. aku bakalan nunggu sampe saatnya tiba, sampe kita berdua dipercaya buat ada baby di perut kamu. buat didik dia jadi anak yg baik dan bisa membanggakan buat kita dan keluarga. tapi kita juga ga boleh hanya berserah tanpa berusaha. kita bakalan berusaha, SETIAP HARI MALAH, sampe Allah memberi kepercayaan buat kita. dan kalopun besok kita tes hasilnya negatif, aku bakalan langsung kejar setoran biar cepet jadi," ucap adi diselingi candaannya.

tanpa aku sadari, air mata keluar dari sudut mataku. aku merasa sangat-sangat bersalah karena menginginkan menunda memiliki anak tanpa diskusi dulu dengan adi. tapi aku takut, adi akan marah denganku.

"hey, jangan nangis dong. kan kita belum cek," adi mengusap air mataku. "atau gini aja. besok kita ga cek, kita tunggu sampe kamu bener-bener telat dapet tamu bulananmu, ya?"

aku mengangguk setuju. aku tak tau harus berkata apa untuk menanggapi jawaban adi. saat ini aku sendiri bingung dengan apa yg aku rasa.

_________

pagi tiba. adi seolah menepati janjinya. dia tak menyuruhku lagi untuk test. tapi aku tau, semalam dia izin keluar untuk membeli test pack. memang dia tidak bilang, tapi aku menemukan benda munggil itu disalah satu laci kamar mandi saat aku mencari gunting kuku. tak sengaja, aku malah menemukan kresek putih berisikan test pack pada laci bagian bawah. laci yg memang jarang aku buka.

ADELIA (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang