"Jen, bangun Jen!"
"Ehm..."
"Bangun ish!"
"Bentar lagi..."
"Sampe kapan?"
"....."
"Bangun nggak?!"
"....."
"Bangun Jen! Mama meninggal."
DUGH!!!
"aks... Sial!"
"Makanya kalau dibangunin jangan susah! Kena batunya kan..."
"Ck... Jadi Abang boong soal Mama meninggal, hah?!"
Jaehyun, si kakak dari Jeno itu hanya terdiam menatap adik satu-satunya tanpa niat menjawab.
"Jan ngadi-ngadi ya bang! Masalah orang meninggal nggak baik di bawa candaan. Apalagi bawa-bawa Mama!"
Jaehyun tak menjawab, lelaki itu segera beranjak dari kamar Jeno tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Jeno mengerlingkan bola matanya malas. Sial! Pagi-pagi sudah di buat emosi saja.
Lantas, setelahnya ia langsung bangun untuk melakukan rutinitas setiap harinya. Apalagi kalau bukan sekolah?
Iya, Jeno kelas 12 sekarang.
Menatap malas jam yang bertengger di dinding, kini sudah menunjukan angka 07.45.
"Ck, telat gue!"
Dan setelahnya, ia langsung keluar dari kamarnya setelah semua siap. Satu persatu anak tangga ia langkahi, sampai akhirnya dilantai bawah, ia disuguhi oleh berbondong-bondong orang yang tengah ramai didalam rumahnya. Jeno mengernyit bingung, seolah mengatakan 'ada apa?'
"Bang?" Panggil Jeno pada Jaehyun yang tengah berdiri membelakanginya.
"Ada apaan sih? Kok rame bener ini rumah?" Tanyanya kala Jaehyun sudah menatapnya. Yang ditanya tak menjawab, ia justru hanya menggeser kan badannya. Dan setelahnya, terpampang lah jelas tubuh seorang wanita paruh baya yang sudah menutup matanya. Jeno melebarkan keduanya matanya kaget, lidahnya benar-benar mendadak kelu. Jadi, pasal mama nya yang meninggal itu nyata?
"B-bang...?"
Tanpa sepatah katapun yang dilontarkannya, Jaehyun justru malah menarik tangan Jeno agar segera keluar dari rumah.
"Bang!! Apa-apaan sih, kok Jeno malah digeret keluar?! Awas! Jeno mau kedalem."
"Jeno!"
Sang adik lantas berhenti bertingkah, ia langsung menatap Jaehyun dengan tatapan seperti menahan tangis.
"Sekarang Jeno kelas berapa?" Tanya Jaehyun. Jeno tak langsung menjawab, ia sempat melirik kedalam rumah yang dimana masih ramai karena kebanyakan orang ternyata pergi melayat.
"12."
Jaehyun mengangguk entah karena apa, "Mending sekarang kamu berangkat sekolah. Soal kematian mama biar Abang yang urus. Kamu bentar lagi mau ujian, jangan ngebolos."
"Tapi---"
"Mama nggak suka Jeno bolos! Jadi, jangan ngebantah. Mending sekarang kamu berangkat!"
"Bang, Jeno udah telat! Daripada Jeno Dateng dihukum mending Jeno ikut pemakaman mama." Jaehyun menggeleng tak setuju. Ia tak mau adiknya membolos karena hal ini.
"Nggak! Sekalinya nggak tetep nggak! Mending sekarang kamu berangkat sebelum telatnya makin menjadi, baru telat lima menit kan? Dah, sana berangkat!"
Brak!!
Jeno benar-benar tak habis pikir dengan tingkah Jaehyun, ia bingung kenapa kakaknya itu seolah menolak keras tentang dirinya yang ingin ikut ke pemakaman ibunya.
Jadi sebenarnya, situasi macam apa yang tengah Jeno hadapi sekarang?
Jeno berjalan menuju kelasnya dengan tatapan sayu, ia masih terngiang-ngiang pasal ibunya yang meninggal. Entah kenapa, ia merasa menjadi anak durhaka karena tak ikut untuk mengantarkannya ke peristirahatan terakhir wanita yang sudah melahirkannya itu.
Bukan tak mau, hanya saja, Jaehyun melarangnya.
Huft.... Gila!
Satu kata, untuk Jaehyun, dari Jeno!
Puk!
Pemuda Lee menoleh kala merasa bahunya ditepuk oleh seseorang dari belakang.
"Tumben lemes, kenapa?" Tanya Jihoon- si oknum penepuk bahu.
Jeno menghela nafas panjang, mengatakan yang sebenarnya pun sepertinya tak akan berpengaruh apa-apa untuk Jihoon. Tapi ya.... Karena Jihoon bertanya, kenapa pula ia harus diam?
"Hoon, mama gue meninggal."
Jihoon membelalakkan matanya kaget, lantas! Ia langsung meremat kedua bahu Jeno sembari berkata---
"Kok cepet banget meninggalnya? Perasaan pas semalem gue tabrak, mama lo cuma pendarahan dikit doang deh...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mortal :: A Long Night | 00L ✓
Mystery / Thriller"Ketika mimpi buruk datang, malam terasa menjadi lebih panjang."