Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nyalangnya mendelik menatap ke arah pintu ruangannya yang tersentak berkat seorang datang dengan angkuhnya tanpa rasa gentar sedikitpun. Langkah anggun yang dibuat-buat itu nyatanya tak membuat Seokjin tertarik sedikitpun. Bahkan pria berjas putih itu malah mendengus malas dan melontar tajam.
"Mau apa lagi kau kemari?"
Irene dengan gaun hitam menjutai itu hanya tersenyum mudah dan langsung mendudukan diri pada kursi di depan meja sang Dokter. Ia melemparkan sebuah map tipis di atas meja, yang membuat Seokjin menaikan sebelah alisnya heran.
"Apa ini?" tanyanya langsung.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wanita dengan warna bibir merah itu tersenyum sinis lantas mengangkat bahunya singat. "Lihat saja sendiri jika kau sangat penasaran." Seokjin pun tak menunggu watu lama untuk memeriksa isi map itu. Dan tak ada hal aneh dari isi map itu. Hanya formulir tugas yang mengatas namakan dirinya.
"Ini adalah tugas operasiku, terakir kali... "
"Apa kau yang menandatangani itu?"
Seokjin melihat lagi pada isi map, lalu mengangguk, "Iya, ini adalah tanda tanganku."
Irene tersenyum puas. "Kau diduga telah melakukan malpraktik dan menyebabkan seorang pasien kehilangan nyawanya." jelasnya dengan nada dan raut yang terlalu santai. Seokjin masih menelaah ucpan Irene dengan baik, sebab seingatnya ia tidak pernah mendapati kegagalan dalam melakukan opreasi, dan ia berusaha mengingat pasien manakah yang dimaksud Irene.
"Sejauh ini operasi yang kulakukan selalu berhasil. Kenapa aku baru mendengarnya sekarang?"
"Kau menandatangi formulir tugas, tapi kau menyerahkan tugasmu pada Dokter Jang. Apa kau ingat?"
Wajah yang mulanya tenang kini sudah memerah karena marah. Seokjin marah sekaligus merasa bodoh! Kenapa ia melakulan sebuah kesalah fatal. Harusnya itu tidak terjadi jika waktu itu ia tidak pergi...
"Aku harus menemui Dokter Jang terlebih dahulu." putusnya dengan gerak yang reflek terjujuk hendak melangkah, namun Irene dengan cepat mencegahnya.