14

1.4K 132 5
                                    

.
.
.

Jemari panjang Seokjin tak dapat berhenti meremat poselnya resah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jemari panjang Seokjin tak dapat berhenti meremat poselnya resah. Pikirannya hanya difokuskan pada Yoongi seorang. Bagaiamana mungkin pemuda itu tak pulang, bahkan jam sudah menunjukan pukul enam sore. Dan bahkan jika terlambat satu jam saja Seokjin akan merasa hilang kendali, dan  bisa-bisa melakukan kenekatan seperti kejadian lalu. Untung saja Yoongi mengangkat panggilannya, dan berjanji untuk segera pulang.

Lepas satu kekhawatirannya, namun 99 kekhawatiran lainnya belum terjawab. Kemana Yoongi-nya pergi, dengan siapa Yoongi-nya pergi, mengapa Yoongi-nya pergi tanpa meminta ijin padanya dan masih banyak pertanyaan yang berputar di kepala Seokjin, sampai matanya melihat sendiri sosok yang ia khawatirkan berlari dari pintu gerbang lalu berhambur mendekatinya.

Seokjin merentangkan tangannya, dan membiarkan Yoongi masuk ke dalam pelukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seokjin merentangkan tangannya, dan membiarkan Yoongi masuk ke dalam pelukannya. Lalu dengan begitu ia dapat merasakan detaknya yang menghilang dari jantungnya itu kembali pada tempatnya. "Kau membuatku khawatir lagi, Yoongi-yya." bisiknya parau, bak menyalurkan rasa yang mengobrak-abirk kepalanya.

"Papa—"

"Ada apa sayang?" Seokjin mengendurkan pelukannya dan menatap Yoongi lembut. Tak lupa satu tangannya terangkat untuk mengusap poni tipis yang menutupi dahi pemuda itu.

"Ayo masuk ke dalam, aku ingin bicara serius denganmu." anggukan Seokjin membuat Yoongi dengan berani menarik tangan pria itu untuk masuk ke dalam rumah, setelah sebelumnya sudah lebih dulu berpamitan pada Namjoon yang dengan senang hati mengantarkannya pulang, walau tak Yoongi ijinkan untuk sampai di depan rumahnya.

Hal itu akan menimbulkan pemikiran berlebih dari ayahnya, dan tentu saja akan ada banyak peraturan lanjutan dari pria yang sudah menjaganya dengan baik itu. Menyembunyikan sedikit kebenaran bukanlah dosa besar, bukan? Yakin Yoongi dalam hatinya.

Hanya sampai di ruang tengah kaki Yoongi pun terhenti untuk melangkah. Dibalikan badannya dengan menatap nyalang Seokjin menantang. Ia turunkan tas ransel dari pundaknya hingga terkapar di lantai. Yoongi siap untuk dirinya, "Papa, ada yang ingin kukatakan sejak lama, dan berrjanjilah tidak akan marah, atau merubah apapun diantara kita." lugasnya tanpa kenal takut. Karena sesungguhnya keberaian ini ia dapay dari guru besarnya, bukan memberontak hanya menegaskan yang sesungguhnya.

Papa?[Jin-Ga]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang