Kaki panjangnya memang menapak, namun isi kepalanya seakan berceceran di segala tempat. Panggilan sekeras apapun tak membuat Kim Seokjin menoleh maupun menggubrisnya. Jika sebelumnya Kim Seokjin adalah Dokter paling ramah, namun kini pria itu menghilangkan julukannya itu menjadi Dokter tertuli. Sudah beberapa kebelakang ia menjadi berbeda. Lebih acuh dan tak menghiraukan pandangan ataupun tanggapan orang lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dokter Kim!?" suara Dr. Jungkook malah menggemparkan segerombolan suster yang ada di depan jalan Seokjin, namun sayang Seokjin masih terlalu asik dengan pikirannya sendiri.
Nafas yang begitu pendek dan cepat itu pun menghampiri Seokjin setelah beberapa manit melakukan pengejaran. Dan tamgan kekarnya menyentuh pundak Seokjin, lalu membuat Dr. Kim terhenti untuk berbalik.
"Oh, Dr. Jeon? Ada apa nafasmu ngos-ngosan begitu?"
Jungkook yang saat itu lebih membutuhkan nafas dari pada menjawab memilih menganggkat tangan mengisyaratkan Seokjin menunggu sebentar, sembari ia mengambil nafas tenang.
"Saya memanggil anda dari tadi. Saya berlari untuk menghampiri anda. Tapi tak apa, akhirnya saya bisa menyusul." terangnya masih sedikit terengah.
"Ah, maaf aku melamun tadi." Seokjin tertawa renyah, menyembunyikan rasa tidak enak hatinya. Ia menggaruk tengkuknya lalu meraut penasaran, "Ada apa kau mengejarku? Apa ada hal darurat yang terjadi?"
"Saya hanya ingin berterimakasih karena anda sudah menyelamatkan pasien saya." ucapnya tulus dengan senyum yang menampilkan gigi kelincinya yang indah. Seokjin pun mengangguk normal, mengakat tangan untuk menyentuh pundah juniornya itu. "Itu adalah kewajiban. Jangan sungkan, dan tak perlu berlebihan, Dr. Jeon."
"Maaf telah merepotkan anda, karena harus datang pagi buta untuk menangani pasien saya." tak enak hati adalah hal yang sedang Jungkook rasakan. Pasti tidur Kim Seokjin tertanggu karenanya.
"Sudah kubilang jangan terlalu sungkan. Profesi kita adalah seorang Dokter, dimana nyawa pasien lebih berharga dari jam tidur kita." Seokjin tersenyum bijak lalu melepas tangan di pundak Jungkook hendak beranjak.
"Saya akan membalas kebaikan anda, Dokter."
Seokjin hanya mengangkat tangannya, tak menoleh ke belakang lagi, dan berjalan meninggalkan Jungkook yang tersenyum penuh arti memandang nanar pria yang kembali pada keadaan awalnya, melamun sambil berjalan.
Bukan sebuah kejenuhan, namun pria itu lebih ingin menyelami diri akan keanehan yang terjadi akhir-akhir ini padanya. Bukan masalah pekerjaan, atau usia yang semakin menua. "Masalahnya ada disini," gumamnya dengan mengusap bagian dada yang sering berdentum tak tau aturan saat ia bersama Yoongi.