Ruangan yang sedikit luas namun memiliki beberapa barang antik dengan nilai seni tinggi itu mengurung Yoongi yang terkena imbas kejahilan Hoseok. Pemuda bermata kuda itu malah melaporkan jika Yoongi berada di balik salah satu pohon karena takut bertemu dengan Dosen sastra itu. Dan jadilah Yoongi kini terkurung dengan pengajar yang terkenal dengan kedisiplinannya.
Sebenarnya ia tidak takut dengan sosok Mr. Kim Namjoon, mengingat kedekatan mereka dalam beberapa waktu kebelakang, dan juga Kim Namjoon tak pernah sekalipun menyulitkannya, bahkan sebaliknya.
Kelas tambahan? Bahkan Yoongi dapat mengerjakan tugas itu dengan mudah. Ia bisa saja lulus dan segera mendapat gelarnya dengan cepat, berkat kepintarannya yang di atas rata-rata. Namun pemuda berwajah manis itu lebih memilih untuk tetap mengikuti kuliah secara normal, karena dengan itulah ia masih dapat menikmati waktu mudanya. Ia tak ingin lekas memikul beban semacam berkas ataupun data yang membutuhkan segala pemecahan yang tak kunjug habis.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mr, saya sudah selesai. Apa saya sudah boleh pulang?" katanya menyodorkan tugas itu dengan hanya menghabiskan 15 menit waktunya.
Ada semburat kekecewaan yang membayangi Namjoon. Bahkan ia telah memberikan Yoongi soal tersulit namun pemuda itu dengan mudah menjawabnya. Apa tidak bisa ia melihat Yoongi lebih lama? Dengan melihat dan bersama pemuda itu saja sudah membuat hatinya tenang, dan bahagia. Ia bahkan belum puas memandangi bibir chery milik Yoongi. Namjoon akhirnya mengangguk kecil menyembunyikan kekecewaannya.
"Ya, kau boleh pulang." kata Namjoon lemah. Ia mengalihkan diri pada layar komputernya setelah beberapa menit terpaku pada burat putih di depannya, lalu menyibukan diri mengetik beberapa hal, walau itu tidak penting, tapi setidaknya pikirannya dapat sedikit teralihkan.
Yoongi membungkuk untuk pamit, lalu menderap mendekati pintu. Tangannya yang mungil itu dengan hati-hati menekan gagang pintu keperakan, melihat Namjoon sedang sibuk membuat nyalinya ciut, saat ia memiliki beberapa pertanyaan, yang ia rasa hanya Namjoon orang yang tepat untuk di dengarkan jawabnya.
Yoongi yang malu-malu, masih berdiri di depan pintu yang belum ia tarik. Dan hal itu membuat Namjoon sedikit terusik.
"Apa ada yang ingin kau katakan padaku, Yoongi-yya?"
Yoongi membalik badan dan urung melakukan membuka pintu. Ia dengan wajah antusiasnya menderap ke arah Namjoon, dan duduk pada kursi di depan meja pria berlesung pipit itu.
"Mr, saya ingin bertanya sesuatu,"
"Katakanlah," ucap Namjoon dengan senyum yang merekah, lekas ia menelantarkan sesuatu di layar komputernya. Ia dengan antusias memandangi Yoongi penuh perhatian sambil tangannya memainkan pena, menyembunyikan gemuruh jantung yang tak tau diri itu.