21

869 69 9
                                        

.

.

.

Kegundahan, kegelisahan dan ketakutan pun tak dapat dielakan oleh Yoongi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kegundahan, kegelisahan dan ketakutan pun tak dapat dielakan oleh Yoongi. Perasaan itu menyerangnya amat besarnya, hingga ia sendiri sulit sekali untuk mengendalikannya. Yoongi menangis, menumpahkan segala ketidakmampuannya dalam mengolah perasaannya sendiri. Bahkan setelah Jimin meninggalkannya di atap gedung, ia masih saja terpaku pada kesakitannya. Meregang semua tanpa siapapun di sisinya.

Ia frustasi dan memukul-mukul dirinya sendiri dengan tangannya. Menarik rambutnya kasar dengan iringan tangis yang tak terhentikan. Yoongi mencoba mengendalikan diri namun gagal. Penggambaran rasanya sungguh tak dapat ia jabarkan dengan mudah. Sosok yang selama ini menjadi penunjangnya, harus ia tinggalkan? Sekeras apapun Yoongi melawannya, hatinya tetap mengecam itu.

Waktu yang kian berlalu pun membuatnya lupa akan dirinya yang seharusnya mengikuti mata kuliah. Untuk kali ini Yoongi benar-benar tidak ingin melakukan apapun, karena untuknya dunianya adalah Kim Seokjin. Dan Jimin memintanya untuk meninggalkan dunianya, lalu apakah ia masih bisa bertahan?

Yoongi menggeleng dengan uraian air mata yang tak hentinya berjejak.

"Aku tidak bisa...." gumamnya dengan bibir gemetaran. Tangannya yang putih itu menggenggam erat permukaan dinding pembatas atap. Yoongi banyak memikirkan cara untuk pergi, namun hanya satu jalan yang ia rasa akan menghilangkan semua kesakitan itu. Mata dengan binar sendu itu menatap ke bawah gedung dengan pasrah. Ia mencoba menjernihkan akal namun sayang semua itu buyar seketika, saat bayang Seokjin kembali menyergap.

Getar tubuhnya semakin dalam dan kelopak matanya perlahan menutup. Yoongi amat sangat mencintai dunianya dan bahkan tak sanggup untuk meninggalkannya. Tapi pilihan adalah pilihan dan ia telah kalah...

"Apakah kau sangat mencintainya?"

Yoongi mendengar suara dalam dan rendah itu, tapi ia yakin jika tengah sendirian. Pemuda manis itu menoleh cepat, mencari sumber suara yang membuatnya buyar itu.

"Kim Taehyung." katanya saat netranya tertuju pada sosok tinggi yang bersender di salah satu sudut tembok di atap gedung. Pria yang masih memeluk bola basket di perutnya itu berjalan menghampiri Yoongi dengan wajah yang dingin.

"Sejak kapan kau ada disini?" mulut yang bergetar itu menyembunyikan ketakutan yang lain.

"Sejak tadi. Sejak kau dan Jimin datang dan berteriak-teriak disini." jawabnya.

"Kau—apa kau mendengar semuanya?"

Taehyung terdiam dengan sorot mata tajam yang menantang. Lalu ia menjatuhkan bola basketnya dan meraih kedua lengan Yoongi dengan erat. "Mari menghilang bersama."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Papa?[Jin-Ga]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang