Huaaa udah mau habis😫
Jangan lupa setelah selesai baca, scrool sampai bawah ya ada pemberitahuan. Jangan dihapus dulu dari perpustakaan😊
* * *
Pembagian rapot telah tiba, Felix berjalan sendirian ke sekolah dan semua tatapan tertuju padanya. Ia segera masuk ke dalam kelas dan mulai duduk di bangku yang paling belakang sendirian—saat ia tahu tidak ada yang mengizinkannya untuk duduk di samping mereka.
"Lo kemana aja, lix?" Sanha duduk di sebelahnya. Felix menatap anggota osis itu yang masih santai datang walaupun hampir terlambat. Ia lalu duduk di sebelahnya seperti tidak ada beban karena penglihatan teman-teman lain.
"Gue tahu lo enggak salah, lix. Ngapain juga gue dengerin omongan orang?" Felix cuma bisa tersenyum ceria dan mulai melihat guru yang datang membagikan rapot.
"Randika Felix?" Felix maju dan mulai mengambil rapotnya itu sambil menunduk.
"Nilaimu termasuk baik, walaupun kamu tidak mendapat rangking." Gurunya tersenyum ceria, tapi Felix yakin itu hanyalah senyum yang dibuat-buat sekedar skenario gurunya.
Ia berjalan kembali ke tempat duduknya di paling belakang saat nama lainnya dipanggil.
"Gue yakin Felix pasti nyogok buat bisa dapet rapot, dia kan bapaknya polisi." Bisik seorang pria yang sudah ia kenali tanpa melihat wajahnya. Tapi dia hanya diam walaupun beberapa suara mulai hadir dan langsung menatapnya sinis.
"Mata tuh kedepan? Mau liat apaan ke belakang?!" Sanha berteriak membuat mata mereka kembali ke depan. Tapi suara itu tidak menyurutkan untuk kembali bergosip ria. Sanha tahu wali kelasnya bisa mendengarnya, tapi kenapa dia hanya diam saja? Itu sangatlah menyebalkan, gurunya sangat tidak bertanggung jawab dan hanya menyelamatkan nyawanya sendiri.
Sanha kasihan terhadap Felix, ia tahu dari Jisung bahwa ini adalah hari terakhirnya di sekolah ini. Tapi bisakah mereka tidak termakan omongan keji itu?
"Sanha gue duluan ya, semoga kita bisa ketemu lagi." Sanha tidak bisa berkata apa-apa saat Felix izin pergi kepada gurunya. Nama dia belum saatnya dipanggil jadi dia tidak bisa menyusul Felix.
"Sanha?! Nama lo dipanggil?!" ucap temannya yang berada di depannya dan Sanha mulai berdiri tergesa-gesa kehadapan gurunya.
"Selamat ya kamu dapat rangking 10 besar, tingkatkan lagi nilainya." Wali kelasnya tersenyum tapi ia hanya bisa melongo menatap kerumunan di luar dan melihat Felix yang ditarik Hyunjin ke dalam kelas di lantai 2 yang ia yakini kelasnya Hyunjin.
"Makasih bu, tapi aku punya pesan ke ibu tolong hargai murid ibu ya walaupun dia kena masalah sekalipun.." Sarkasnya dan mulai berlari keluar mendorong kerumunan. Ia tidak bisa diam saja apalagi Hyunjin itu ada sangkut pautnya dengan pertikaian. Ia tidak mau hal yang dihadapi Felix di masa terakhirnya sekolah bakal berakhir sangat buruk.
"Waww, Hyunjin. Lo beranian ya bawa si perusuh kesini." Sanha yang melihatnya ingin menghajar Hyunjin tapi ia ditahan oleh temannya sendiri, Seungmin dan Jisung.
"Tunggu sebentar lagi, nanti lo bebas mukul siapapun. Cukup lo lihat sekarang dan rencana kita semuanya pasti berhasil." Sanha hanya bisa mengiyakan karena omongan Jisung adalah sesuatu hal yang mutlak.
Jinyoung menatap Felix remeh. "Kita berdua dikeluarin ya, tapi kok lo dicemooh terus, ada apaan sih? Kok gue enggak tahu?" Felix ingin sekali meninjunya tapi apa daya semua itu hanya akan membuat ia semakin dicemooh.
"Ohhh berita yang katanya lo mabokin Hyunjin ya, ohh iya gue kan cuma ngeliatin dari jauh doang.." Felix meringis mendengarnya. Siapa seseorang yang tega mengeluarkan hoax kecuali Jinyoung itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret boys (00 line skz) ✔
Fanfiction"Bahkan orang bodoh pun tahu kalau elo bukan orang baik," Persahabatan itu terdengar mengesankan, tapi terkadang terdengar menyakitkan. Kita enggak akan tahu, seberapa hebat orang menyimpan keburukannya yang akan terbongkar perlahan. Karena kalau ka...