22

3.7K 392 139
                                    

Halo semua, semangat beristirahat!

Tetap jaga kesehatan ya

Terimakasih juga bagi yang nunggu cerita ini.

Warning : gaje, typo, kaku, rancu

Sasori menggendong Eins yang sedang bermain dengan mainan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sasori menggendong Eins yang sedang bermain dengan mainan tangannya. Beruntung keponakannya sangat anteng. Seperti mengerti keadaan sang ibu yang masih belum memberikan perhatian khusus.

"Paduka, ini pertama kita berjumpa hanya berdua setelah enam bulan. Saya masih belum mengerti mengapa Anda menolak pangeran." Hazel Sasori masih tertuju pada sang ponakan yang menarik perhatiannya. Eins sedang berceloteh dengan gaya khas bayi.

"Kakak sangat tahu tanpa saya jelaskan."

Sasori mendongak pada adiknya yang bersikap tenang.

"Kebencian Anda pada Baginda, tidak harus membawa pangeran."

"Kakak salah, apapun yang berhubungan dengannya adalah penghalang." Seketika emosi Sakura campur aduk. Dia tidak suka masalah kepeduliannya terhadap Eins dibawa. "Dan tindakan Kakak justru memuluskan keinginan Baginda."

" Memuluskan keinginan? Apa yang yang diinginkan Baginda hingga kelahiran Eins yang prematur dianggap benar." Sasori memang mengetahui sebrengsek apa adik iparnya. Tapi ada saatnya, Sakura menyembunyikan hubungan diantara keduanya.

"Aku pikir seharusnya Baginda merasa kesal karena pangeran mahkota terlahir dari Anda, walaupun sementara. Jika ini sesuai yang Anda ceritakan tentang Selir Hyuga yang datang untuk posisi permaisuri, walaupun sekarang itu tidak berlaku lagi."

Sakura tidak menjawab.

"Lalu, apa tujuan Kakak melakukan semua ini?"

Sasori berdecak. Benar. Ada yang ia lewatkan. Mengapa adiknya tidak menceritakan point penting padanya. "Pengalihan."

"Aku hanya berpikir, laki-laki atau perempuan sama saja. Anda tidak bisa begitu mudah melawan Baginda." Sasori menenangkan Eins yang mulai menarik kerah kamejanya, berusaha berdiri dengan sedikit bantuan darinya.

"Jika yang terlahir perempuan, itu tidak berpengaruh apapun pada politik, tapi bukan berarti aku dan ayah akan menolak kelahirannya." Sasori memandang pada mata Sakura penuh arti.

"Tapi jika laki-laki, berada diposisi kedua akan sangat melukainya. Disaat ibunya adalah seseorang permaisuri, dia seharusnya seorang mahkota. Itu murni keinginan saya sebagai paman."

"Jika harus berjalan dalam ranah politik, maka jalannya akan mudah, dan pangeran tidak harus merasa sulit bersaing saat berhadapan dengan lawannya."

Sakura berdecih halus. Itu adalah pemikiran yang tidak ia sukai sama sekali. Jika politik juga mengikat Eins, maka ia akan semakin sulit menghadapi Sasuke. Itu saja.

My Heart, My KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang