10

3.8K 341 92
                                    

Hi..minal aidin wal faidin..🙏🙏 masih suasana lebaran kan?

Makasih bagi yang masih nunggu cerita ini, makasih juga dukungan berupa vote and comment. Sharing juga kayaknya. Maaf ya comment nya gak di bls satu2 soalnya kebanyakan minta up cepet. Aku bingung bls apa jadinya.

Ok, terlalu malem aku up. Gpp deh bisa dibaca pagi. 🤣

Maaf ya kalo masih banyak yang typo atau kata rancu. Koreksi aja, boleh kok bebas...

Jangan lupa yang belom vote dari chapter 1, vote dulu ya, gak mungkin kan tiba-tiba baca sampe chapter baru






HAPPY READING




"Sebelumnya saya sudah memperingati, tapi Anda memaksa, sekarang setelah semua sudah terungkap saya harus pura-pura buta? Ini tidak adil. Pun dengan Putri Rin. Apalagi pelakunya adalah orang yang sama." Sentak Sakura. Emosi. Tentu saja. Beberapa hari lalu Sasuke mendatanginya untuk mencari keadilan bagi Ino. Sekarang. Setelah semua hanya tinggal mencari akarnya, Sasuke ingin Sakura menghentikannya. Sungguh membuang waktu sia-sia.

"Mengertilah! Rin sudah baik-baik saja. Hal yang harus dilakukan sekarang hanya berdamai. Maaf atas waktumu. Aku tetap akan memberikan imbalan dan ganti rugi."

"Bukan tentang itu. Anda jelas tahu saya tidak akan mempermasalahkan biaya. Tapi mana keadilan yang Anda tuntut kala memaksa saya." Sakura memandang Sasuke sengit. "Disini, kita sudah sama-sama tahu pelakunya."

"Anda masih mewaspadai saya. Itu juga membuktikan Anda tidak memegang janji Anda. Jadi, bukan hal tidak mungkin jika Anda tahu, nama yang tim penyidik curigai." Sakura memicingkan mata kesal.

"Kenapa? Karena Selir Hinata?" Sakura mencemooh sinis.

"Ya." Sasuke membalas cepat. "Jadi, ikuti saja. Hentikan penyidikan ini."

"Jika saya menolak?" Tantang Sakura angkuh.

"Kau tidak akan." Sakura terkekeh angkuh. Mencemooh cinta buta Sasuke.

"Hanya segitu wibawa Anda sebagai Kaisar. Seharga wanita yang dicintai?"

"Aku tidak akan mengelak. Pun tidak perlu ambil peduli dengan kekurang ajaranmu kali ini. Anggap saja ini imbalan tutup mulut."

"Maaf mengecewakan, sayangnya itu terlalu murah. Aku bisa mendapatkan hal lebih jika membuka mulut."

"Kau." Tunjuk Sasuke dengan dagu. "Butuh kebebasan dengan damai."

"Baginda, tanpa Anda, aku bisa. Akuilah jika aku serba bisa."

Sasuke mengangguk mengerti. Sakura dengan segala rencana yang tidak diketahuinya masih diwaspadai. "Benar. Tapi jangan lupakan posisiku, aku bahkan bisa saja meruntuhkan setiap rencana yang telah kau susun dari jauh hari saat rencana itu terungkap. Dan jika kau ingin membongkar, silahkan. Sebagai gantinya, kegagalanmu adalah tanggung jawabmu. Aku tak akan turun tangan bahkan ketika itu layak sekalipun. Oh, mungkin aku sendiri yang akan membuat skandal. Jadi Sakura, bisa ditebak suara siapa yang akan didengar?"

"Benar-benar. Tapi Baginda, aku dan keluargaku sudah sepakat menerima apapun jika gagal. Sekalipun itu hukuman penggal."

"Bagaimana jika ku ubah hukumannya. Kau boleh mati terpenggal, ku tarus kau diperistirahatan paling nyaman dimakam kerajaan, dengan hiasan luar biasa megah. Sedang ayah mertua dan kakak ipar, harus mengahadapi siksaan dariku seumur hidup, tanpa diberi kesempatan bunuh diri. Akan kesembuhkan jika sudah merasa tak berdaya. Lalu kembali menjalani hukuman setelah setengah sembuh. Mengerikan bukan? Itu layak, mereka yang mengirimmu kemari, kau tidak salah." Tidak, sejujurnya Sasuke tidak ingin mengancam Sakura sampai sejauh itu, janjinya adalah pasti. Memulangkan dalam kondisi damai.

My Heart, My KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang