20

3.9K 385 170
                                    

Heloo guys...

Selamat beraktivitas....

Tetap stay safe ya, dimanapun kalian beraktivitas siang ini, aku sayang kalian soalnya :D

Warning : Typo, gaje, rancu





HAPPY READING







Sore ini, Sakura mendatangi ruang kerja Sasuke dengan perasaan marah. Segera menerobos masuk setelah kedatangannya diumumkan. Seolah mengerti arti kedatangannya, Sasuke meminta Kakashi dan Naruto pergi keluar.

Setelah mengucapkan salam formal, keduanya duduk di sofa, berhadapan.

"Anda sungguh menciptakan pertumpahan darah?" Sakura geram. Entah apa isi kepala Sasuke hingga membuat keputusan berbelit-belit.

"Aku hanya ingin tahu, siapa yang ada dipihakku." Jawabnya tenang.

"Omong kosong. Terlepas dari sikap mereka, Anda berdiri sebagai pemimpin berkat mereka."

"Lalu? Apa yang Permaisuri khawatirkan?"

"Anda sungguh tidak memikirkan?"

"Isi pikiran kita berbeda."

Sakura geram. "Ada banyak. Terutama, persaingan antar fraksi akan semakin menjadi. Menunda sepuluh tahun lagi? Yakin Anda bisa menangani?"

"Jika seperti itu. Aku tidak bisa."

Sakura menghela nafas kasar atas jawaban datar Sasuke.

"Tapi, selama itu, kau tidak harus merasa terancam seperti ini."

"Apa maksud Anda?"

"Maksudku? Sangat jelas. Jika saat ini kau mengandung seorang putra, sepuluh tahun ke depan kau tetap permaisuri."

Sakura menggeleng tidak percaya. "Dia hanya akan menjadi putri."

"Bahkan jika begitu, kau tetap menjadi permaisuri sebelum selir lain melahirkan putra." Sasuke menatap Sakura yakin.

"Apa artinya?" Bukan penahanan seperti itu yang Sakura harapkan.

"Posisi itu tidak boleh kosong." Sasuke membuang muka. "Jika Hinata melahirkan seorang putra, dialah putra mahkota untuk sepuluh tahun ke depan. Itu tidak tergantikan sebelum waktunya tiba. Jika keduanya seorang putri, masih ada waktu untuk kembali hamil."

Sakura terdiam mencemooh dirinya yang terlahir sebagai perempuan. Mengapa laki-laki didepannya harus sekejam ini? "Kami bukan peliharaan."

"Tidak ada yang mengatakan seperti itu." Sasuke menatap manik hijau istrinya yang nanar.

"Anda bertindak demikian. Menjadi permaisuri tidak semudah itu walaupun sudah memiliki anak. Selain Anda memandang rendah kami, Anda juga merendahkan kelayakan posisi permaisuri."

Sasuke menunduk. Mencerna berulang kali ucapan Sakura untuk beberapa saat. "Jadi, segala bentuk perhatianku juga tak lebih rendah? Aku berusaha bersikap adil. Aku menerapkan saranmu." Sasuke mendongak, mencibir. "Kalian juga serakah. Menuntut banyak hal. Ribut ketika salah satu dimanja, diberi hadiah atau digandeng saat pesta. Aku, salah?"

"Aku juga dikhianati tapi harus bersikap netral ketika bersama. Aku tidak bisa mengucilkan salah satunya dengan sesuka hati. Itu ku lakukan untuk kalian. Agar kalian hidup seperti saudara. Biar bagaimana pun, disini kalian seumur hidup. Jadi, buatlah nyaman!"

"Meski begitu, itu semua masih tiada artinya?" Lanjut Sasuke pelan. "Kau anggap aku yang mempermainkan?"

"Karena sejak awal, Andalah yang mengundang kami disini. Itu resiko yang pantas Anda tanggung sendiri. Perlu diingat, saat itu Anda juga yang menekan saya untuk turun." Sakura benci ketika Sasuke menganggap dia telah melakukan tindakan benar.

My Heart, My KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang