9

3.1K 311 41
                                    

Hi guys. Aku kambek 👋

Masih menanti cerita ini?

Ciee ada notif baru. Haha iya kalo difollow. Mode PD 😂

Warning!
Tulisan masih rancu dengan typo dimana2. Harap maklum. Belum edit.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Vote & comment.... Oh boleh minta tolong untuk vote dari chapter 1 sampai terakhir, bagi yang belom. Biar seimbang like nya 😂🤣

Oke cuss

HAPPY READING



Kastil harem dihebohkan dengan berita tumbangnya putri pertama raja. Putri Rin terjatuh dalam kolam saat sedang bermain bersama Selir Karin.

Banyak kabar burung atas peristiwa ini. Ino yang sedang menjalani hukuman langsung histeris dengan kabar duka yang menimpa putri kandungnya. Tanpa pikir panjang dan tanpa mendengarkan penjelasan lebih detail, Ino menuduh Karin melakukan percobaan pembunuhan.

Karin tentu saja tidak terima dengan tuduhan tak berdasar yang dilayangkan Ino padanya, ia jadi tak kalah tersulut emosi. Sekuat tenaga Karin menyampaikan pembelaanya, menjelaskan bahwa saat itu Rin terpisah ketika Nami tertinggal karena berjalan lambat sehingga Karin terfokus pada putrinya. Sedangkan Karin yakin bahwa disekitar masih ada beberapa maid yang berjaga, sehingga harusnya aman untuk Rin berjalan sendiri. Tapi ternyata Karin dikejutkan dengan suara tercebur, semua orang nampak panik dan saat ikut mendekat Karin pun tak kalah panik. Tapi semua yang tidak tahu secara kronologis melihat Karin yang hanya diam saja, berpikir lain. Pun dengan sebagian maid yang tahu jika Putri Rin diasuh sementara oleh Karin. Sehingga munculah berbagai macam spekulasi. Termasuk Ino yang mendengar wara-wiri.

Ino mengusir Karin kasar, segala umpatan dan sumpah serapah dilayangkan. Tidak perlu mendengar segala penjelasan yang terdengar pembelaan agar tidak disalahkan. Malah membuatnya semakin murka dengan setiap kata yang terucap. Karena yang tercokol kuat dalam kepala saat ini adalah putrinya.

Ino sejak tadi belum berhenti terisak meratapi keadaan putrinya yang masih belum membuka matanya. Bibir mungilnya berwarna kebiruan. Ia tidak perduli dengan hukumannya yang belum selesai. Tidak akan ia sekali pun meninggalkan putrinya lagi. Sakura benar, sekarang waktu bagi mereka untuk merebut kekuasaan, dan Karin sudah mengambil kesempatan dengan tepat. 

Suara pintu terbuka menarik semua pasang mata, kecuali Ino, tentu saja.

"Salam, Yang Mulia." Salam mereka serempak.

"Bagaimana kondisinya?" Sasuke mendekati Rin, berniat untuk mengusap kening yang terus mengeluarkan keringat.

"Jangan sentuh!" Sasuke menoleh pada Ino yang nampak kacau menatapnya tajam. Lalu pandangannya mengarah pada Dokter Tsunade meminta penjelasan.

"Putri Rin masih kritis, Baginda. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Kita hanya bisa menunggu perkembangannya."

Sasuke tak menghiraukan peringatan Ino, kemudian melanjutkan niat awalnya, membelai putrinya.

"Ku bilang jangan sentuh putriku!" Teriak Ino, menepis kasar tangan kekar Sasuke sebelum benar-benar mencapai kening Rin. Dan merengkuh tubuh Rin dalam dekapannya seolah menjauhkan dari semua musuh.

"Kembalilah ke kamar mu. Kau sedang kacau." Meski agak terkejut, Sasuke mengerti, Ino sedang kalut. Raut mukanya nampak kosong. Tapi jika sampai harus memisahkan dirinya dengan putrinya juga, Sasuke kurang sabar.

"Seharusnya Anda yang pergi, ini bukan tempat dimana Anda harus berada."

Berusaha mengimbangi emosi Ino, Sasuke menyurutkan kekesalan, yang kapan saja siap meledak dengan sikap kurang ajar Ino. "Kau sungguh sedang kacau, sebelum aku juga ikut terpancing, sebaiknya lepaskan Rin. Biarkan dia istirahat." Sahut Sasuke tegas, berusaha melepaskan pelukan Ino yang kelewat kencang, khawatir membuat istirahat Rin terganggu. Semua orang diruangan pun saling pandang seolah mengkhawatirkan hal yang sama. Rin butuh ketenangan untuk memulihkan kondisinya.

My Heart, My KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang