Seulgi menarik selimutnya, menutupi setengah tubuhnya. Ia menatap atap kamarnya yang berwarna putih. Ia memejamkan matanya sesaat sebelum akhirnya mendesah putus asa.
Ia kembali mengingat bagaimana dengan gamblangnya ia mengungkapkan perasaannya. Ia sedikit lega namun menyesalinya juga.Ia pindah ke Pyeongchang untuk menyembuhkan dirinya namun ia kembali dibawa ke masa lalunya.
Seulgi melirik ponselnya yang bergetar di meja. Seulgi bangkit dari tidurnya, ia membuka ponselnya dan sebuah pesan masuk.
Seulgi melirik ke luar jendela. Ia menundukkan kepala, menangis pelan.
°°°
Nayeon melirik keluar jendela, mengamati pemandangan malam hari.
"Pyeongchang begitu indah." Gumamnya.
°°°
Adalah Jihoon yang sibuk menyiapkan ini itu di aula. Ia memastikan semuanya sudah selesai sebelum digunakan malam nanti. Ia berjalan menghampiri Taeyong yang sedari tadi berdiri di pintu aula membelakanginya.
"Kenapa diam saja disini ? Apa kau menunggu seseorang ?" Jihoon menepuk pundak Taeyong membuat laki laki itu menolah sekilas sebelum akhirnya menatap lurus ke depan, memperhatikan seorang gadis yang sibuk berbicara dengan rekannya.
Jihoon mengikuti arah pandang Taeyong, kini ia tahu kenapa laki laki itu terus diam di tempatnya,
"Kenapa tidak menyapanya ?" Jihoon melipat tangannya di depan dada.
"Aku hanya takut untuk memulainya. Aku takut menyakitinya lagi." Taeyong kembali mengingat ucapan Seulgi semalam. Ia kini tahu bahwa Seulgi menahan semuanya selama ini tanpa Taeyong sadari.
Jihooh melirik Taeyong sekilas. Ia kembali teringat kejadian semalam saat ia tidak sengaja mendengar pembicaraan Seulgi dan Taeyong. Tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Keduanya hanya perlu waktu untuk menenangkan diri dan mengakui perasaan masing masing.
"Aku tidak tahu ini benar atau tidak. Kau perlu memahami perasaanmu yang sebenarnya." Jihoon menatap Taeyong sebelum akhirnya menepuk pundak Taeyong dan kembali masuk.
"Kau akan berpastisipasi malam ini kan? Aku benar benar ingin mendengar suaramu." Rekan Seulgi menatapnya penuh perhatian. Sedangkan Seulgi hanya tersenyum, semalam ia diminta untuk mempersembahkan sebuah penampilan di konser kampus yang menginap di tempat kerjanya. Ia tidak bisa menolak hal tersebut, jadi mau tidak mau Seulgi akan tampil malam ini.
Rekan Seulgi berpamitan, Seulgi melirik kertas di tangannya. Ia menguatkan dirinya sendiri sebelum memasuki aula.
Saat dia berbalik, ia kembali bertemu dengan mata itu. Mata itu menatapnya dengan teduh kali ini.Seulgi menelan salivanya. Ia berjalan menuju aula, ia melewati Taeyong begitu saja, ia mulai menghampiri Seungwoon selaku pembawa acara malam nanti. Seulgi mengenal Seungwoo karena keduanya berada di tingkat yang sama.
Seungwoon mengambil kertas tersebut dab tersenyum.
"Apa kabar Seulgi ?"
"Seperti yang kau lihat, aku baik. Bagaimana dengamu ?" Jawab Seulgi mengabaikan berbagai bisikan dari mahasiswa wanita di sekitar nereka.
"Aku baik dan selalu sibuk dengan tugasku sebagai MC." Seungwoon tertawa, Seulgi ikut tertawa,
Tidak berselang lama Seulgi berpamitan, ia masih mendapati Taeyong disana. Seulgi berhenti sejenak sebelum akhirnya berjalan melewati Taeyong.
"Aku ingin bicara padamu." Seulgi menghentikan langkahnya, namub sedetik kemudian ia kembali berjalan namun Taeyong kembalu berbicara.
"Malam ini temui aku di ruang musik." Seulgi pergi begitu saja tanpa menjawab. Taeyong menundukkan kepalanya sebelum akhirnya berjalan masuk menuju aula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hay! Seulgi. | Seulyong END
FanfictionSeulgi yang pembangkang dan suka pergi ke klub malam tiba-tiba saja berubah untuk mendapatkan Taeyong. Lalu bagaimana dengan Taeyong? yuk kepoin ceritaku ini.