"Apa?" Seulgi membulatkan matanya. Ia berusaha menangkap maksud ucapan Taeyong. Apa dia terlalu percaya diri ? Kenapa Seulgi berpikir Taeyong seperti begitu membutuhkannya.
"Ini tugas kita berdua. Jadi ya kau harus ikut" Taeyong duduk di anak tangga. Seulgi tetap saja berdiri. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Di satu sisi dia ingin menolak ajakan Taeyong karena ia harus bekerja. Tapi entah kenapa selama satu hari ini dia selalu ingin bertemu dengan Taeyong.
"Aku harus bekerja pada malam hari." suara Seulgi begitu pelan. Namun Taeyong yang duduk disampingnya bisa mendengar dengan jelas.
Taeyong terdiam. Dia kembali mengingat bahwa Seulgi bekerja sebagai wanita yang menemani laki-laki hidung belang. Sekarang Taeyong juga bingung. Harus bagaimana. Jika ia tetap mengajak gadis itu, apa mungkin Seulgi mau merelakan semalam untuknya?
Cukup lama Taeyong terdiam. Sampai membuat Seulgi jengkel.
"Sudahlah. Aku tidak bisa datang. Kau bisa mencoret namaku. " Seulgi pergi begitu saja. Taeyong mendengar ucapan Seulgi tapi otaknya berusaha mencari jalan keluar.
Taeyong bangkit dari duduknya. Mengejar Seulgi yang sudah cukup jauh. Dengan cepat ia menarik pergelangan tangan Seulgi.
"Jika sudah selesai bekerja. Temui aku di cafe Bang". Taeyong melepas cengkraman di pergelangan tangan Seulgi dan berlari menuju lapangan.
"Dia bahkan tidak tahu aku pulang jam berapa. Sial." Seulgi menarik rambutnya kasar. Ia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa.
***
Seulgi sudah tiba di club Gangnam. Ia duduk disamping laki-laki yang berumur 36 tahun. Laki-laki tersebut asyik bermain kartu dengan teman-temannya. Dari tempat Seulgi duduk ia bisa melihat Joy yang sibuk dengan pekerjaannya juga. Joy juga menemani laki-laki hidung belang. Sama sepertinya.
Seulgi terus melirik arlojinya. Ini sudah menunjukkan pukul 12 malam. Taeyong tidak mungkin masih menunggunya.Kekhawatiran Seulgi ternyata disaksikan oleh Klien nya.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya klien tersebut.
"Nde?"
"Anda terus melirik arloji sedari tadi. Apa anda punya janji dengan klien lain?"
"Ah." Seulgi bingung harus bilang apa. Ia tidak ingin mengecewakan kliennya.
Sebuah suara menyadarkan klien tersebut. Ia merogoh saku jasnya dan melihat nama istrinya tertera di panggilan tersebut.
Klien tersebut berpamitan pada teman-temannya. Ia mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang dan diberikan kepada Seulgi.
"Terimakasih untuk malam ini." Seulgi menerima uang tersebut. Saa kliennya sudah meninggalkan club tersebut. Seulgi dengan segera berlari keluar, ia sempat melambaikan tangan kepada Joy.
Setelah berdebat dengan dirinya sendiri. Apakah ia perlu datang atau tidak. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi menemui Taeyong. Tidak apa jika saat tiba disana Taeyong sudah pergi. Setidaknya ia bisa memastikan. Seulgi terus berjalan dengan cepat, sedikit lagi ia sampai di cafe Bang tersebut. Namun Jennie, Yeri, Irene dan Soojung menghentikan langkahnya. Empat primadona di kampus tersebut menyeret Seulgi untuk merapat di dinding sebuah mini market. Tidak banyak orang yang lewat, jadi Seulgi tidak berharap ada yang menolongnya.
Taeyong masih setia duduk di kursi dekat jendela. Di depannya ada setumpuk kertas yang siap ia kerjakan dengan Seulgi. Ia sudah menunggu hampir 3 jam. Tapi Seulgi tidak kunjung datang. Taeyong bahkan sudah menghabiskan satu gelas americano dan satu botol air mineral. Sesekali ia bangkit dari duduknya. Sekedar bercengkrama dengan kenalannya yang bekerja di cafe tersebut untuk menghilangkan rasa bosannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hay! Seulgi. | Seulyong END
Fiksi PenggemarSeulgi yang pembangkang dan suka pergi ke klub malam tiba-tiba saja berubah untuk mendapatkan Taeyong. Lalu bagaimana dengan Taeyong? yuk kepoin ceritaku ini.