Sejak di mana semesta menghadirkannya ke dunia penuh tanda tanya, banyak orang bilang kalau Sean Renanza ialah makhluk yang nyaris sempurna. Tidak memiliki cacat di mana-mana, tumbuh dengan tubuh yang begitu indah, dan hidupnya dengan mudah dikatakan orang bahwa ia terlihat sangat bahagia tanpa luka.
Tidak ada yang perlu diragukan dari seorang Sean. Sebab hadirnya seperti selalu membawa keberuntungan. Dua kata namanya hampir dikenal semua angkatan, karena kerap mencetak presetasi dalam berbagai ajang dan hampir semua yang ia ikuti berakhir dengan kemenangan. Pun alih-alih dari kepintaran, siapa yang tidak kenal seorang Sean Renanza si pria punya jabatan. Ketua OSIS Cakrawala yang selalu saja punya kesibukan, selalu punya jam rapat dan berakhir materi di kelas ia tinggalkan.
Dentang jarum jam tidak terdengar gemaannya sebab dari satu jam yang lalu, yang terdengar dari sepetak ruangan kaca di sana hanya terdengar suara Sean dan anak-anak organisasi lainnya yang sedang melangsukan rapat antar siswa. Dan sama seperti pemimpin pada umumnya, lelaki kelahiran Februari yang mempunyai sepasang lubang di pipi itu duduk paling depan daripada yang lain. Bersanding dengan laptop di hadapannya bersama alat tulis.
"Sesuai diskusi kita satu minggu lalu, hari ini adalah penyerahan nama-nama siswa-siswi baru mulai dari kelas sepuluh dan sebelas dalam mengikuti berbagai ekstrakurikuler sekolah. Sekaligus kita akan membahas persiapan untuk hari jadi SMA Cakrawala yang ke 26, yaitu Pentas Seni yang akan diselenggarakan tiga minggu ke depan."
Ada jeda yang Sean ciptakan untuk membuat tiga puluh orang di sana dapat bernafas lebih tenang. Tak butuh waktu panjang, Sean segera meruntuhkan keterdiaman mereka yang sempat membeku sebentar.
"Mulai besok, setiap kakak senior telah diperbolehkan untuk melatih adik-adik junior sesuai bidang dan ekskul masing-masing. Nantinya di acara Pentas Seni, setiap ekstrakurikuler akan menampilkan bakat mereka di hadapan guru dan anak-anak yang lain. Baiklah, sebutkan nama siswa sesuai ekstrakurikuler yang saya panggil."
Satu per satu bidang ekstrakurikuler dipanggil bersama dengan nama-nama yang disebutkan. Di detik itu, sekretaris OSIS yang duduk di samping Sean turut sibuk dalam kefokusannya mengetik nama di atas keyboard laptop yang menyala.
"Sekarang ekskul musik. Lia, namanya siapa-siapa aja?"
Segera Lia menyebutkan nama anak dan dari kelas mana saja yang masuk dalam bidang serupa dengannya. Ada empat orang dari kelas jurusan IPA dan tiga orang dari jurusan IPS yang diucapkan si wanodya asli kelahiran tanah Jawa. Dan ketika nama terakhir Lia sebutkan, detik itu juga Sean bungkam tanpa frasa yang terlontar dari ranumnya.
"Terakhir, Kenza Renanza. Adek lo,"
Nama yang membuat Sean menahan kepalan di tangan mati-matian.
🌧🌧🌧
Jerit bel yang memekik kencang dan gemuruh suara hujan disusul setelahnya seakan telah berjanjian untuk datang dalam waktu bersamaan. Gema bel yang terdengar ke seisi gedung-gedung sekolah akhirnya terdengar setelah penantian berjam-jam menuju pulang, mengundang teriakan kesenangan dari siswa-siswi yang tak sabar untuk kembali ke tempat tinggal. Alih-alih senang sebab pelajaran sudah menemui titik akhirnya, justru dari beberapa mereka ada yang mengehala nafas kecewa dan bahu merosot ke bawah ketika hujan justru menjadi penghalang mereka untuk meninggalkan area sekolah.
Beberapa orang penghuni Cakrawala ada yang memilih pulang walau rela basah-basahan. Termasuk Sandi dan Tian yang telah pulang lebih awal dengan berboncengan di atas sepeda motor milik Sandi dan keduanya pasti sama-sama didekap dinginnya hujan petang sepanjang jalan. Ah, jadi mereka berdua memang sangat menyenangkan. Hidup tanpa kekangan dan tidak perlu takut terjadi apa-apa bahkan setelah mereka melakukan aktivitas yang membuat kelelahan. Berbeda dengan Kenza hidupnya dikelilingi peraturan, anak itu hanya dapat menyaksikan rintik jutaan tirta dari tempat parkir di mana ia berteduh sekarang. Pemuda yang memeluk lengannya sendiri itu sedang menunggu Sean keluar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For Mom | END
TeenfikceKatanya, menunggu adalah perihal kesabaran dan waktu. Menunggu adalah tentang bagaimana sejatinya kita menginginkan sesuatu. Seperti mereka yang menunggu seorang ibu. Menanti sepasang hasta indah itu agar dapat memberikan peluk. "Karena setiap rint...