14. Dua Anak Lebih Baik

1.3K 164 14
                                    

Membanding-bandingkan hidupnya dengan hidup orang lain pernah membuat Kenza hampir ingin mencaci maki dunia. Ingin memberontak kepada alam raya kenapa hidup yang dia miliki berbeda dengan mereka yang ia ketahui di sekitarnya, tetapi Kenza yakin suara berontaknya tidak berarti apa-apa. Dan sewaktu-waktu Kenza pernah menaruh rasa iri kepada temannya yang dimasakkan sarapan oleh mama mereka. Kenza pernah muak mendengar kawan sekelasnya bercerita jika keluarga yang orang itu miliki akan selalu bertukar cerita saat makan malam terlaksana. Kenza juga pernah tanpa sengaja melihat seorang ibu mengecup dahi anaknya ketika sampai di gerbang sekolah.

Kemudian ketika Kenza menarik semua yang ia dengar dan ia lihat ke diri sendiri, anak itu kembali bertanya-tanya dalam hati. Serangkum kalimat mengapa yang tercipta di dalam kepala tanpa ada yang mengetahui. Perbandingan itu selalu terjadi, hingga Kenza pernah menitipkan rasa benci kepada dunia yang ia tinggali. Kenza benci ketika ia melihat anak-anak sekolah diambil rapornya oleh ibu mereka. Kenza benci ketika melihat orang-orang di mall berbelanja bersama keluarga mereka yang sempurna. Kenza pernah benci, kepada mereka yang kekangan napasnya selalu lapang di dada tanpa kekangan tali tak kasat mata.

Namun waktu membawa Kenza merangkak dewasa. Kini ia paham bahwa setiap alur hidup yang ia jalani selalu punya rahasia di baliknya. Kenza lambat-laun tahu bahwa hidup bukan hanya perihal luka, tetapi bahagia yang bisa datang kapan saja. Seperti kedatangan Mama hari ini yang tidak terduga dan seperti bagaimana ruang mobil Papa untuk pertama kalinya diisi oleh keluarga yang tidak kekurangan anggota.

Jam digital yang ada di mobil Papa menyentuh angka 4 petang. Kenza tidak akan menyebut hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya, sebab disaat tadi pagi Kenza merasakan kesakitan yang menikam, kemudian siangnya Mama datang sebagai penawar obat yang membuat anak itu seperti disembuhkan. Kemudian seakan garis takdir tidak berhenti berperan sampai di titik itu, ketika Kenza meminta agar Papa berbicara kepada Dokter supaya ia dapat dipulangkan sekarang, Papa mengabulkan. Pun jua lelaki yang kerap memeriksa kesehatannya itu mengizinkan dengan syarat tidak melakukan hal sama di hari kemudian.

Semesta, hari ini Kenza merasa senang. Langkah awal untuk merasakan hidup bahagia yang sempurna sudah dipijakan awal, dan tuan Desember itu berharap agar hidup tidak lagi mengajaknya bermain di masa yang akan datang.

Gemuruh hujan masih sama derasnya seperti tadi siang. Hamparan nabastala yang biru perlahan kehabisan tintanya, bundaran baskara perlahan-lahan tertutup oleh awan dan kelabu tebal di bentangan awang-awang. Tetapi untuk kali ini, dingin yang seharusnya menyelimuti tergantikan oleh hangat di dalam kendaraan. Bukan hangat yang berasal dari dekap, tetapi berasal dari gema tawa yang pertama kali Kenza rasakan. Lekuk-lekuk senyum Mama pertama kalinya Kenza rekam dengan binar matanya yang terlihat rupawan karena jenaka ringan.

"Jadi nama panggilan Kenza itu Setan Manis? Astagaaa, lucu banget." Di samping kemudi Bian, Ranin terduduk. Ia tatap lamat-lamat senyum dan muka kesal Kenza yang bersatu padu lewat kaca spion. Bian banyak memberi tahu hal tentang anak-anaknya kepada Ranin. Bagaimana tingkah-tingkah kekanakan Kenza, dan Sean yang tidak jarang pula seperti kembali ke usia 8 tahunan.

"Iya, Sayang. Setan Manis itu awalnya dari Sean yang ngeledekin si Adek karena tingkahnya emang kayak setan. Terus aku nambahin manisnya karena Kenza agak manis. Agak, ya, Adek. Enggak manis banget. Soalnya lebih manis Papa."

"Ish, Papa!"

"Kalau Sean mukanya aja yang sangar. Sebenarnya punya hati kayak Hello Kitty. Umur doang 18 tahun, tapi kadang nggak mau kalah tingkahnya kayak bocil umur 8 tahun." Jejak-jejak tawa Mama masih terukir indah sore itu. Jenaka kecil yang tercipta dapat membuat beku di antara mereka runtuh, tergantikan oleh hangat yang membelenggu.

"Tau nggak, Kenza dari kecil sampai sekarang ada aja tingkahnya buat kita di rumah usap dada. Misalnya kalau lagi sholat Jum'at, atau sholat taraweh waktu bulan puasa, si Adek suka banget collab sama bocil-bocil komplek buat tukarin sendal bapak-bapak. Nanti Swallow diganti ke Adidas, yang merek Ando diganti sebelahan sama Nike. Terus yang jadi sasaran bapak-bapak ya, aku. Bapak-bapak komplek enggak marah-marah banget sih, cuma sasaran mereka suka cubit pipi Kenza."

Waiting For Mom | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang