Flashback pt.2

3.4K 326 18
                                    

Lanjot~














                        𝙒𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜⚠
         𝙏𝙚𝙧𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙖𝙙𝙚𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙠𝙚𝙧𝙖𝙨𝙖𝙣!






























Leo mencoba untuk membuka kedua matanya. Dia menoleh ke sekitarnya. Tempat asing yang gelap dan berdebu.

'Kok tangan Leo nggak bisa gerak? '

Dia mencoba untuk berdiri. Tapi kakinya juga tidak bisa digerakkan. Ternyata kaki dan tangannya terikat. Dengan tangan dibelakang dan tali tambang yang mengikat kakinya sampai paha.

Leo mencoba untuk mengingat apa yang sudah terjadi. Kepalanya pusing. Tidak ada cahaya sedikitpun di sini. Rasanya dia tidak bisa bernafas.

"HALO! SIAPA PUN! TOLONG LEO! " Teriaknya.

"Nggak ada gunanya kamu teriak. Disini cuma ada kita berdua. " Sahut seseorang.

Oh! Leo mengenal suara ini. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan untuk mencari sumber suara. Dia pun melihat seseorang yang sedang berjalan mendekatinya. Wajahnya tidak terlihat karena gelap.

Pria di hadapannya berjongkok untuk menyamakan posisinya dengan Leo. Tangan dinginnya menyentuh pipi Leo dan membelainya. Meski gelap, Leo bisa melihat seringai yang terpampang di wajah pria itu.

"Leon, kenapa kamu ninggalin kakak, hm? Kamu bikin kakak menderita. Kenapa Leon? KENAPA!? "

Yohan mencengkram pundak Leo dan membuat sang empu meringis kesakitan. Kemarahan terpancar dari mata Yohan.

"K-kak Yohan, s-sakit. " Ucap Leo dengan kepala tertunduk.

Yohan pun melepaskan cengkramannya di pundak Leo. Tangan kanannya terangkat. Lalu..

Plak

Yohan menampar pipi Leo. Sementara mata Leo membelalak setelah melihat perlakuan Yohan tadi. Kini warna merah membekas di pipi kirinya.

"Sakit kamu bilang? Kakak lebih menderita karena kamu ninggalin kakak. "

Yohan kembali mencengkram dagu Leo dan mendongakkan wajah Leo. Dilihatnya wajah ketakutan Leo. Bibir Yohan membentuk sebuah senyuman yang mengerikan. Wajah itulah yang menjadi candu bagi Yohan. Dia sangat suka ketika Leo memandangnya dengan wajah yang sedang ketakutan sambil menangis.

Tangan kiri Yohan mengelus pipi Leo dengan lembut. Lalu berlanjut hingga ke leher putih Leo dan berhenti di bibir mungilnya. Jempol Yohan mengelus bibir Leo dengan lembut.

"Lepasin Leo, " Lirih Leo.

"Lepasin? Jangan harap. " Yohan menatap datar Leo.

Yohan melepaskan cengkramannya di dagu Leo dengan kasar. Lalu ia beranjak ke pojok ruangan itu untuk mengambil sesuatu.

Tak lama kemudian Yohan kembali dengan cambuk ditangannya. Leo seketika teringat tentang siksaan yang selalu ia dapatkan dari Yohan juga bibinya. Ia mencoba untuk bergerak mundur walau tahu itu tidak akan berguna.

"Anak nakal harus dihukum. " Yohan semakin dekat dengan Leo.

"J-jangan dekati Leo! Nggak mau! " Leo terus menggelengkan kepalanya.

Namun  percuma saja Leo berteriak. Yohan tidak akan pernah mendengarkannya. Dia memang seperti itu. Karena hubungan keluarga yang tidak harmonis, Yohan menjadi orang yang keras kepala.

help meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang