new problem

3.3K 316 9
                                    

Terima kasih krn masih mau membaca cerita gaje ini🙂
So, happy reading






































Cahaya matahari mulai memasuki kamar Leo lewat lubang ventilasi. Perlahan ia membuka kedua matanya yang masih terasa berat. Dia bangun lalu memposisikan tubuhnya agar duduk di kasurnya. Leo meringis karena punggungnya masih terasa perih.

Dia menahan rasa sakit itu dan berjalan menuju kamar mandi. Sepanjang perjalanan ke kamar mandi, air mata Leo tidak berhenti mengalir. Tidak ada yang bisa dia buat untuk tempat bersandar. Ayahnya masih di Jerman, kakaknya juga masih disibukkan dengan kegiatan kuliah, dan Daniel sedang mengurus perusahaan.

"Hiks...Leo pengen ikut mama...hiks-" Air matanya mengalir Bersama dengan air yang mengucur dari shower.

20 menit kemudian, Leo sudah siap untuk berangkat. bukan ke sekolah,tapi ke rumah kakeknya. Tuan Nicholas Erens, ayah dari ibu Leo, Angella Erens.

Leo merasa lebih nyaman di kediaman Erens daripada di kediaman Grivon. Keluarga ibunya sangat hangat. Mereka merawat leo selayaknya manusia. Bukan seperti di kediaman Grivon, dimana setiap hari dia harus menerima berbagai hukuman atas kesalahan sekecil apapun.

Mobil yang Leo tumpangi berhenti tepat di halaman rumah kakeknya. Rumah itu tidak terlalu mewah. malahan semua interior rumah itu terbuat dari kayu. Seperti rumah tradisional di jepang. Kakeknya memang sangat suka dengan apapun yang berbau jepang.

"Leo ! Akhirnya kamu datang. Ayah dan ibu sangat merindukanmu." seorang pria menyambut le dengan ramah.

"Paman Diego ! Sudah lama tidak bertemu." Leo turun dari mobil dengan senyum manis andalannya.

Tentang orang yang menyambut leo, dia adalah anak ke dua keluarga Erens. Lebih tepatnya adik Angella, Diego Erens. Meski bukan anak kandung, tapi dia disayangi oleh keluarganya.

Mereka pun berjalan memasuki kediaman Erens. Leo sangat rindu dengan rumah ini. Karena di rumah inilah dia menghabiskan masa kecil dengan ibunya. Tapi semua berubah sejak kematian Angella. Dia jadi jarang berkunjung. Mungkin hanya tiga bulan sekali.

"Kakek! Nenek! Leo pulang!" Seru leo saat membuka ruang keluarga.

"Leo! Akhirnya kamu tiba. Kami merindukanmu."

Leo berlari ke arah kakek dan neneknya lalu memeluk erat keduanya. Pelukan leo dibalas elusan kepala oleh sang kakek. Seperti inilah Leo jika sudah berada di kediaman Erens. Dia jadi manja seperti anak 5 tahun. Nicholas memakluminya, karena masa kecil Leo sudah dirampas sejak umurnya 8 tahun. Jadi selagi masih ada waktu, dia ingin memanjakan cucu kesayangannya.

"Bagaimana kabarmu? Kenapa kamu jarang mengunjungi kami?" tanya Nicholas.

"hehe, kabar leo baik. Maaf kalau leo jarang berkunjung. dua hari yang lalu leo ada perlombaan di jepang."

"Kamu pasti Lelah. Seharusnya kami tidak menyuruhmu datang." Kali ini nenek leo yang bicara, namanya Rebecca Erens.

"Tidak apa apa, Leo juga merindukan kalian."

"Kalua begitu pergilah ke taman belakang untuk menyegarkan pikiran. Oh iya, Lucy juga ada disana. Dia pasti juga merindukanmu."

Leo mengangguk lalu pergi ke taman belakang kediaman Erens. Di sana sangat damai. Ada air terjun kecil, bangku taman, pepohonan, juga bunga bunga yang sedang bermekaran. Leo mengedarkan pandangannya untuk mencari sesuatu.

Pandangannya berhenti tepat di semak semak yang sedikit bergoyang. Leo berjalan perlahan kearah semak tersebut. satu...dua...tiga

Hap

help meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang