incident

1.3K 140 17
                                    

bonjour!!
this is new author!!! nice to meet you all
you can call me tupai or nad🤝🏻
up to you👍🏻
semoga ceritanya tetap menarik ya
kritik dan saran aku terima🙌🏻
maaf kalau bahasanya berbeda sama author aslinya😓
bilang aja kalau ada yang ngga srek nanti aku ganti👍🏻
so enjoy!!

————

Kertas kertas berserakan di mana-mana. Ruangan gelap itu selalu menjadi saksi bisu dari semua yang pemuda ini alami. Tatapan kosongnya, tidak lagi mengeluarkan air mata seperti dulu. Tidak ada permintaan maaf yang selalu keluar dari mulut kecilnya. Dia hanya diam membisu.

Dengan sedikit gemetaran, tangannya mengambil satu persatu kertas tersebut. Karyanya sudah rusak. Mereka menyobek kertas ini dengan bruntal. Padahal dia membuat semua ini dengan susah payah. Sialan.

Para pelayan di rumah menatapnya dengan pandangan merendahkan. Oke, ini memang sudah biasa baginya. Tapi tetap saja seharusnya mereka paham bahwa posisinya di rumah ini lebih tinggi dari mereka.

Dengan penuh amarah dia menutup pintu kamarnya hingga berbunyi keras. Tanpa peduli pintu itu akan rusak atau tidak. Tangannya masih setia memeluk kertas kertas penuh arti miliknya.

"Manusia memang menakutkan," ujarnya pelan.

Sudah terhitung tiga tahun sejak dia keluar dari sekolahnya dan memilih untuk kembali homeschooling. Itu lebih baik daripada tetap berada di neraka itu. Di sini dia akan aman. Setidaknya saat ada ayahnya dan daniel yang menemaninya.

tok tok tok

"Tuan muda, saya membawakan makan malam anda."

Pintu terbuka, menampakkan seorang pria dewasa dengan setelan jas yang sedang membawa nampan berisi susu hangat, sup, dan buah-buahan.

"Meja,"

Daniel meletakkan nampan itu di atas meja seperti yang diperintahkan. Dia menatap tuan mudanya yang sibuk menata kertas kertas yang sudah sobek untuk disatukan. Tanpa peduli dengan tubuhnya yang penuh luka.

"Tuan muda, biar saya obat–"

"Keluar."

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, daniel terdiam karena sang tuan muda tiba-tiba menyuruhnya keluar.

"Tidak dengar? Aku bilang keluar. Aku sudah besar dan ini bukan apa-apa, daniel." jelas pemuda itu.

Setelah berpamitan, daniel meninggalkan tuan mudanya sendiri di kamarnya. Di dalam hatinya penuh dengan kekhawatiran. Apa tuan mudanya bisa mengobati lukanya sendiri? punggung agak susah dijangkau oleh tangan.

Sedangkan di dalam, leonard volley grivon. Tangannya masih setia memperbaiki karyanya. Sampai rasa perih di bagian punggungnya terasa. Dia menghentikan kegiatannya. Lalu beralih ke arah cermin untuk melihat luka di tubuhnya.

sial, ini bahkan lebih banyak daripada dua hari yang lalu, batinnya.

Ah, hari ini dia ada jadwal pertemuan dengan kolega bisnis ayahnya. Semoga dia akan baik-baik saja. Setidaknya sampai pertemuan itu selesai.

Leo mendesis saat menempelkan kapas yang sudah diberi obat ke lukanya. Tahan leo, ini bukan apa-apa.

Semua lukanya sudah dibalut dengan perban. Kecuali yang ada di punggung. Ternyata benar, punggung sangat sulit dijangkau oleh tangannya. Biarkan saja, nanti juga sembuh dengan sendirinya.

Leo bangkit, berjalan menuju lemari untuk mengambil jasnya. Setengah jam lagi dia akan berangkat ke kantor perusahaan ayahnya.

Rambutnya ia sisir dengan perlahan. Juga sesekali merapikan dasi yang ia kenakan. Setelah dirasa cukup, leo keluar dari kamarnya lalu berjalan menuruni tangga untuk menuju garasi.

help meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang