• • •
Gue mengurungkan niat gue untuk masuk ke dalam kelas dan berhenti melangkah begitu sosok Daniel mendahului gue bersama seorang cewek yang di rangkulnya.
Sebenarnya gue nggak ada masalah kalo Daniel mau duluin gue dan masuk ke kelas. Tapi ini nggak. Dia malah dengan seenak jidatnya berhenti di depan gue bersama cewek itu. Bukan cuma itu, dia bahkan ngucapin kata-kata mesra yang bikin gue jijik yang mana dia ngucapinnya dengan suara yang sangat besar, sehingga gue bisa mendengarnya dengan jelas.
"Nanti kita makan siang bareng ya, beb. Di atap. Nanti kita bisa sambil pacaran disana." ucapnya lalu kemudian sedikit meremas bahu cewek itu yang cuma mengangguk aja.
"Yaudah. Kalo gitu aku masuk dulu ya sayngku. I love you." tambah Daniel yang disertai dengan kecupan di pipi si cewek dengan waktu yang cukup lama.
Gue yang melihat pemandangan itu bergidik ngeri. Apalagi hal itu ngebuat gue teringat kejadian semalem yang mana Daniel nggak sengaja ngecup pipi gue juga. Dan karena itu pula gue mencuci muka gue hampir lima kali untuk ngilangin jejak bibirnya yang masih terasa sampai saat ini gegara ngeliat pemandangan itu.
Merasa nggak betah. Gue pun berinisiatif untuk berbelok sedikit supaya gue bisa berjalan melewati mereka, dan sebelum masuk ke dalam kelas, gue mencibir dengan suara yang sengaja gue besarkan.
"Menjijikan." cibir gue lalu kemudian masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi gue yang sudah ada Reno disana yang langsung memutuskan sambungan telponnya begitu matanya menangkap sosok gue.
"Kenapa udahan?" tanyanya gue yang awalnya merasa biasa aja. Tapi setelah gue inget-inget. Gue pun memicing menatap Reno curiga.
"Apaan lu. Natap gue kayak gitu." ucap Reno.
"Lo tuh yang apaan! Punya pacar nggak bilang-bilang! Cuma ninggalin kata maaf lagi. Teman macam apa lo." ujar gue yang mengingat kejadian kemarin yang membuat kencan buta itu gagal dan gue yang berakhir pulang bersama Daniel yang saat ini memandangi gue sebelum dirinya duduk di kursinya yang berada jauh di belakang barisan gue.
Reno terkekeh, lalu sambil menggaruk tengkuknya ia membalas.
"Ya, abis gua buru-buru, Vin. Pacar gua mendadak minta ketemuan. Jadi ya, sorry. Tapi lu nggak di apa-apain kan sama Daniel?" ucapnya lalu melirik ke arah bangku Daniel.
Gue menggeleng pelan.
"Nggak lah. Emang lo pikir dia mau ngapain gue? Kayak gue penting aja sampe dia mau lakuin hal yang ngebuat lo khawatir." ujar gue yang ngebuat Reno kembali menatap gue.
"Lu nggak tau sih." gumamnya pelan yang sayangnya masih bisa gue denger.
"Nggak tau apa? Dia tukang pukul ya? Lo tau dari mana?" tanya gue beruntun.
"Temen gua yang beda sekolah pernah dipukulin sama dia." jawab Reno yang ngebuat memandangnya nggak percaya lalu beralih menatap Daniel yang juga kebetulan menatap gue dengan kedua alis yang ia naik turunkan. Melihatnya ngebuat gue menggerakan bibir gue ke arahnya tanpa mengeluarkan suara.
"Gila." itulah yang gue ucapkan tanpa suara. Lalu kemudian kembali beralih ke Reno.
"Terus gimana? Temen lo dipukulin sampe masuk rumah sakit?" tanya gue lebih lanjut.
Reno menggaruk pelipisnya lalu diam sebentat untuk berpikir.
"Enggak sih. Cuma ya gitu. Dia cerita sama gua kalo Daniel habis mukulin dia. Gitu. Udah ah, jangan ngomongin orang. Dosa." ucap Reno yang ingin mengakhiri percakapan tentang temannya.
Gue mengiyakan, tapi gue masih punya pertanyaan lain yang belum gue utarakan.
"Oh iya. Pacar lo namanya siapa? Cantik nggak? Anak sini juga kah?" tanya gue yang ngebuat Reno menatap gue dengan mata yang bergetar. Gue yang melihat itu bingung, tapi sebelum gue mendapatkan jawaban darinya, Guru mata pelajaran udah masuk ke dalam kelas yang mana hal itu ngebuat ketua kelas menyuruh semua murid berdiri dan mengucapkan salam menggunakan bahasa Inggris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and That Fakboy [END]
Teen FictionIntinya, gue benci sama cowok yang namanya Daniel. Si Fakboy sialan yang hobinya nikung gebetan gue! Anjing kata gue teh! • • •