"Vin...Melvin..dipanggil Emak. Kita mau kerumahnya Niel sekarang." ucap Bang Dirga saat gue baru aja mau merebahkan tubuh gue ke atas kasur setelah selesai pake baju karena gue baru selesai mandi tadi.
"Ngapain kerumah Niel, Bang!?" sahut gue sedikit kencang karena emang gue mengunci pintu kamar dan Bang Dirga ngomongnya dari luar kamar.
"Nggak tau. Ayo buruan. Jangan sampe Emak yang manggil lo kesini, bisa-bisa diseret lo entar." ujarnya. Gue yang mendengar itu mendesah malas, namun walau begitu gue tetap berjalan mendekat untuk membuka pintu kamar gue yang langsung menampilkan sosok Bang Dirga yang mengenakan pakaian rapi.
"Serius lo, Bang? Pake baju rapi banget cuma buat kerumahnya Niel?" ucap gue keheranan.
Bang Dirga menaikkan kedua alisnya lalu menatap dirinya sendiri untuk memperhatikan pakaian yang ia kenakan. Setelah itu dia kembali menatap gue dan berkata.
"Ya enggak lah. Gue mau keluar habis mampir dari sana." ucapnya yang membuat mengangguk-angguk mengerti.
"Yaudah, yok. Gue mau buru-buru, ngantuk nih. Mau bobok siang." balas gue lalu berjalan mendahuluinya untuk menuruni tangga dan menemui Emak sama Bapak gue yang udah nunggu di depan rumah dengan masing-masing dari mereka membawa sesuatu yang nggak gue tau apa.
"Bawa apaan, Mak?" tanya gue karena Emak terlihat kewalahan dengan nampan yang cukup besar dengan tutup yang ada diatasnya.
"Makanan, Vin. Emak mau nyambut tetangga baru kita." ucap Emak yang ngebuat gue mengerinyit bingung.
"Kita mau kerumah Niel kan?" tanya gue memastikan. Bapak mengangguk menjawabnya.
"Terus kenapa nyambut tetangga baru? Kan kita sama-sama tinggal disini di waktu yang hampir bersamaan. Jadi bukan tetangga baru dong." ujar gue.
"Ya emang bukan Niel sama Tante ataupun Om yang tetangga baru kita. Tapi ponakannya Tante Mindy, yang mulai sekarang bakal tinggal dirumah mereka. Jadi pasti dong kalo dia tetangga baru kita." jelas Emak begitu Bang Dirga udah menyusul dan berdiri disamping gue.
Gue mengangguk paham lalu memutar otak karena ucapan Emak mengingatkan gue akan satu hal yang sulit untuk gue inget bahkan sampai gue dan lainnya udah menginjakkan kaki di lantai rumah Daniel yang sudah ada Tante Mindy disana menyambut kehadiran Emak, Bapak, Bang Dirga dan juga gue.
Gue tersenyum seadanya. Lalu ikutan masuk ke dalam rumah Tante Mindy dan berjalan di belakang Bang Dirga karena jujur, gue tuh orang yang pemalu kalo berhadapan orang baru. Tapi entah kenapa Reno selalu bilang yang sebaliknya.
"Ayo silahkan." ucap Tante Mindy dengan sopan.
Kami berempat mengangguk kecil lalu Emak menghampiri Tanye Mindy untuk memberikan bawaanya begitu juga dengan Bapak. Sementara gue dan Bang Dirga melangkah lebih dalam sampai akhirnya kita menemukan ruang tamu yang sudah terdapat tiga orang disana. Satu menghadap gue, dan dua lainnya duduk membelakangi gue.
Melihat dari posturnya sih gue bisa menebak kalo salah satu yang membelakangi gue itu Daniel. Tapi satunya...gue kurang yakin.
"Oh, Melvin. You've coming." sambut Om Louise begitu matanya bertemu dan bertatapan dengan mata gue. Gue tersenyum ramah lalu sedikit mempercepat langkah gue untuk mendekat.
"I'm here too, Om. Don't you see me?" balas Bang Dirga begitu kita udah sampai disana dan gue mendapati pemandangan yang menyilaukan melihat dua wajah cowok yang terlihat sangat bersinar dengan wajah tampan yang mereka miliki.
Namun bukan itu yang membuat gue teralihkan oleh mereka. Namun salah satu dari mereka yang duduk disebelah kanan Daniel membuat gue menatapnya lekat sampai akhirnya gue mengingat kalau memang benar ada cowok yang mengaku sebagai ponakan Tante Mindy tadi pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and That Fakboy [END]
Fiksi RemajaIntinya, gue benci sama cowok yang namanya Daniel. Si Fakboy sialan yang hobinya nikung gebetan gue! Anjing kata gue teh! • • •