• • •
[ AUTHOR POV ]
beberapa hari sebelumnya.
"Ini." ucap Daniel sambil menyerahkan sebuah amplop yang berisikan beberapa lembar uang ke arah seorang gadis yang terlihat cantik dengan darah campuran sama seperti Daniel.
Gadis itu tersenyum, mengambil amplop tersebut lalu kemudian ikut berdiri menghadap Daniel untuk kemudian berkata.
"Thanks." ucap gadis itu yang bernama Tania.
Daniel menggeleng. "Gue yang terima kasih karena lo mau gue sewa disaat gue terdesak." ucapnya yang membuat Tania terkekeh pelan.
"Santai aja. Gue cuma sempet bingung aja tadi. Gue kira lo bakal jadiin gue pacar beneran, ternyata lo cuma mau bikin Melvin nggak nyadarin perasaan lo sama dia." ujar Tania.
"Sampe kapan lo bakal nyewa cewek-cewek cuma buat Melvin mandang lo cowok normal?" lanjutnya.
"Maksud lo apa? Gue nggak normal?" balas Daniel tersinggung.
"Normal sih. Cuma maksud lo orientasi seksual lo yang nggak normal. Udah ah, gue mau balik ke rumah dulu. Laper gue." ucap Tania lalu kemudian hendak berjalan menjauhi Daniel yang segera di cegah oleh sang empunya rumah.
"Jangan lewat depan. Melvin nanti bisa liat elo. Lewat belakang sana, orang rumah lo di belakang rumah gue juga." ucap Daniel segera yang membuat Tania mendesah malas namun tetap mengikuti arahan Daniel dan berbalik untuk berjalan ke arah pintu belakang rumah Daniel.
Sementara Daniel sendiri yang sudah tidak melihat sosok Tania bernafas lega lalu kembali duduk di sofa miliknya sambil memijat kepalanya yang terasa pusing. Namun itu hanya sebentar, karena ketika dirinya mendengar suara seseorang, Daniel langsung mendongak dan mendapati satu sosok manusia yang dirinya merasa pernah mengenal pria itu yang berdiri di ambang pintunya.
"Siapa ya?" tanya Daniel karena tidak berhasil mengingat pria yang menyengir melihat Daniel sebelum akhirnya berkata dengan nada yang riang dan masuk ke dalam rumah tanpa izin dari Daniel.
"Woohoo! Niel, my bro! Wassup man!" sapanya yang seketika membuat Daniel teringat akan sosok pria itu yang sudah lama tidak temui dan akhirnya kini bertemu kembali dirumahnya sendiri.
Daniel merasa antusias, karena seingatnya ia sangat dekat dengan pria itu yang bernama Erick, sepupu dari Ibunya yang rumahnya sangat jauh dari sini. Daniel sebenarnya heran apa yang membuat Erick datang kerumahnya, tapi itu tidak masalah karena Daniel ingin terus bersamanya dan terus berbincang mengenang masa lalu yang telah mereka lalui.
Ya...itu hanya awalnya saja Daniel merasa senang dengan kehadiran Erick. Karena setelah sepupunya itu menyebutkan ciri-ciri Melvin yang memberitahu alamat rumahnya membuatnya sudah memiliki perasaan tidak enak akan sosok Erick yang akan mengacaukan rencananya.
Dan itu memang benar, terbukti dari beberap kali Erick berusaha berkomunikasi dengan Melvin, membuatnya diabaikan oleh Melvin dan terus berbincang padanya. Apalagi saat kejadian minuman yang Melvin bawa menumpahi celananya. Membuat Daniel naik pitam dan tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak marah pada Melvin yang dengan mudahnya menyentuh bagian sensitif milik Erick.
Menyadari dirinya sudah tidak bisa bersantai untuk memantau Melvin. Daniel pun memutuskan untuk lebih ketat menjaga sosok Melvin dari Erick dan mengikutinya kemana pun cowok itu pergi. Ya walaupun caranya seperti penguntit, tapi memang itu lah satu-satunya cara agar dirinya selalu merasa lega kalau Melvin masih dalam berstatus jomblo seperti keinginannya selama ini.
Namun sepertinya karena itu pula Erick menjadi curiga pada dirinya hingga akhirnya Erick menemukan satu fakta tentang Daniel begitu dirinya berhasil memasuki kamar Daniel saat sang empunya kamar sedang keluar entah kemana.
Erick melihat seisi kamar Daniel yang penuh dengan foto-foto yang isinya adalah wajah Melvin yang terpajang dan terpasang rapi dinding. Bukan hanya itu, ada lebih dari satu poster berukuran besar yang tertempel di dekat sudut-sudut dinding yang membuat Erick bergidik ngeri melihatnya. Namun karena itu juga, Erick akhirnya mengetahui penyebab Daniel selalu mengacaukan dirinya saat ingin berdekatan dengan Melvin yang berniat ingin berteman.
"Gue nggak tau kalo lo punya obsesi sebesar itu sama Melvin." ucap Erick begitu Daniel sudah masuk ke dalam kamar dan langsung memasang wajah terkejut dan panik yang melihat dirinya yang duduk di atas kasur.
"G-gimana lo bisa masuk?" tanya Daniel dengan nada tergagap.
Erick tidak menjawab pertanyaan itu dan melanjutkan topik pembicaraan yang ia bawa tadi.
"Gue pikir lo kenapa, selalu muncul dimanapun saat gue bareng sama Melvin. Ternyata ini alasannya. Lo punya sesuatu yang kuat untuk lo jadikan alesan kenala lo selalu nggak suka kalo gue ngebahas dia." ucap Erick yang ingin memanas-manasi Daniel yang sayangnya tidak mempan oleh orang itu yang menatap Erick tajam sebelum akhirnya berkata.
"Terus kenapa kalo lo udah tau semuanya? Harusnya dengan ini lo udah paham kenapa gue selalu nggak suka kalo lo deket-deket Melvin. Atau mungkin lo juga memiliki perasaan yang sama dengan gue kepada Melvin?" ucap Daniel dengan kedua yang sudah ia kepal kuat.
Erick menyadari itu. Emosi Daniel sedang meluap-luap dengan tatapannya yang terlihat mengerikan. Tapi karena ia merasa hal ini menyenangkan, Erick menjawabnya dengan berbohing padanya.
"Ya. Gue juga suka sama Melvin. Makanya gue nunggu di kamar lo dari tadi buat ngasih tau. Kalo gue nggak bakal nyerahin Melvin gitu aja ke elo. Gue bakal berusaha sebisa gue untuk mendapatkannya." ucap Erick dengan percaya diri yang sayangnya tidak membuat Daniel bertambah emosi dan malah memandangnya remeh.
"Lo pikir itu mudah? Dia nggak tertarik sama cowok. Dia normal, dan selalu nyari demi memuaskan hasratnya yang pengen pacaran. Lo kira selama ini gue diem aja sambil natep nggak suka orang-orang yang deket sama dia?" jelas Daniel yang mulai menceritakan usahanya yang terus menggagalkan niat Melvin yang ingin memiliki pacar dengan dirinya yang memberi uang pada setiap gadis yang Melvin temui untuk mengaku kalau gadis yang Melvin incar sudah menjadi pacarnya.
Ya awalnya semua gadis ia bayar untuk mengaku kalau gadis itu pacarnya. Tapi setelah ia mengencani Fina yang tidak meminta bayaran, Daniel kebablasan hingga akhirnya mereka berakhir dengan bercumbu di depan Melvin.
Daniel menyesalinya, ia tidak bisa makan dan tidur seharian memikirkan kebodohannya yang sudah melakukan hal konyol yang sudah pasti tidak akan bisa Melvin lupakan. Tapi Daniel segera bangkit, ia tidak akan menyerah begitu saja dan membiarkan Melvin lepas daru pantauannya. Termasuk saat ini, dirinya yang tertular demam panas harus memaksakan dirinya untuk ke pergi ke apartemen Erick begitu menerima pesan dari Erick yang memanas-manasinya yang mengirim pesan kalau Melvin ada di apartemennya dan sedang mencari gandengan.
Daniel tidak bisa menerimanya, dan disinilah dia. Berdiri di tengaj kerumanan dengan mata yang bergerak cepat mencari sosok Melvin dengan deru nafasnya yang memburu akibat berlari kencang tadi. Rasa pusing dan nyeri di badannya sebisa mungkin ia tahan, karena yang lebih penting adalah menjaga status Melvin agar Daniel tetap bisa mengejarnya. Dan syukurlah Daniel menemukannya.
Ia menghampiri sosok Melvin, menyuruhnya pulang dan menyeretnya begitu saja keluar dari sana sampai akhirnya ia tidak bisa menahan rasa pusing yang ia rasakan. Daniel pun kehilangan kesadarannya begitu ia merasa semua sudah aman saat ia berhasil membawa Melvin keluar dari tempat itu.
Danisl melakukan semua itu hanya karena satu alasan. Alasan yang sangat kuat untuk mempertaruhkan dirinya yang bisa saja tidak ada lagi di dunia ini karena nekat menaiki motor dengan kondisi tubunnya yang lemah.
Dan semua itu hanya karena Melvin.
Seorang pria yang berstatus jomblo yang Daniel sukai dan cintai seumur hidupnya.
[ AUTHOR POV END ]
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and That Fakboy [END]
Teen FictionIntinya, gue benci sama cowok yang namanya Daniel. Si Fakboy sialan yang hobinya nikung gebetan gue! Anjing kata gue teh! • • •