Chapter 17

9.3K 1K 8
                                    

• • •

"Kita mau kemana, Niel?" tanya gue begitu laju motor Daniel melambat dan gue yakin Daniel mendengar ucapan gue setelah beberapa menit yang lalu ia sempat mengebut sehingga dirinya nggak menyahut sama sekali pertanyaan gue.

"Lo bakal tau nanti. Gue mau ngajak lo kesuatu tempat. Nggak lama kok, bentar lagi juga sampe." balasnya.

"Jangan di lepasin. Gue mau ngebut lagi." sahutnya segera begitu gue baru aja mau lepasin tangan gue yang melingkar di pinggangnya.

Gue yang mendengar itu pun langsung mengurungkan niat gue dan kembali mengeratkan pelukan gue padanya. Setelah itu motor pun kembali melaju dengan cepat dan membuat gue sedikit menutup mata karena angin yang berhembus kencang dan sulit untuk gue melihat dengan jelas. Dan karena itu juga gue memilih untuk berlindung di balik punggung Daniel yang lebar.

Namun nggak lama kemudian Daniel kembali memperlambat laju motornya hingga akhirnya berhenti dan ngebuat gue bertanya-tanya apa yang terjadi dan segera mendapatkan jawabannya begitu melihat seseorang terbaring lemah di tengah jalan.

"Dia kenapa, Niel?" tanya gue pada Daniel yang terdiam beberapa detik sebelum akhirnya memasang kaki pada motornya lalu turun dari sana meninggalkan gue yang masih di atas motor dan beralih mengambil tempat duduknya.

Gue memperhatikan Daniel yang mendekat ke orang itu yang terpejam dengan napas yang memburu. Lalu setelahnya gue nggak tau apa yang terjadi, karena begitu satu langkah lagi Daniel tiba di dekat orang itu. Orang itu tiba-tiba terbangun dan dengan gerakan cepat menyandung kaki Daniel sehingga menyebabkannya tersungkur jatuh dengan posisi miring.

Gue yang melihat itu tentu saja panik. Gue langsung turun dari motor gue dan hendak menghapiri Daniel yang mengaduh sakit disana. Tapi gue mengurungkan niat gue begitu dua orang yang keluar dari semak-semak yang ada di pinggir jalan. Mereka berjalan mendekati gue dan menghadang gue dengan benda tajam yang ada di tangan mereka masing.

Dari sini gue udah menyadari kalau saat ini gue sama Daniel sedang di begal dengan beberapa pria yang bersenjata tajam dan menodongkannya ke arah gue. Sementara gue yang melihat itu terdiam di tempat, dengan perasaan takut sekaligus khawatir dengan kondisi Daniel yang saat ini perlahan berusaha berdiri dari posisinya, namun sayang, pria yang hendak Daniel tolong tadi sudah berdiri terlebih dahulu dan menendang Daniel sehingga kembali tersungkur di aspal. Gue sedikit teriak mendengarnya dan hampir maju satu langkah kalo aja pisau yang pria di depan gue nggak di todongkan di depan muka gue yang ngebuat gue merinding seketika.

"Ambil..." ucap Daniel pelan. Ia sudah mengambil posisi duduk sambil dengan tangan yang membuka helmnya, lalu meletakkannya di aspal.

"Ambil aja semua yang kalian mau. Tapi tolong jangan sakiti kami." lanjutnya dengan kedua tangan yang ia angkat.

Melihat itu ngebuat gue melakukan hal yang sama, berlutut di hadapan dua orang yang memegang senjata tajam lalu kemudian mengangkat kedua tangan gue setelah sebelumnya mengeluarkan ponsel gue untuk gue letakan di jalan.

"Saya cuma hp bang. Tolong jangan sakiti kami. Kami masih mau hidup." ucap gue memohon. Karena bagaimanapun gue nggak mau mati tragis disini. Apalagi sampe masuk koran dan berita. Gue mau, mati gue khusyuk tanpa adanya darah-darahan.

Tiga orang penjahat itu terlihat berpikir. Lalu detik berikutnya mereka mulai mengambil ponsel gue dan helm Daniel setelah mereka merogoh semua saku yang ada di celana dan baju yang gue dan Daniel kenakan. Setelahnya mereka bertiga berjalan menuju motor Daniel lalu kemudian berkata.

"Gue kasih kalian kesempatan buat hidup." ucap salah satu dari mereka, lalu kemudian ikut naik di atas motor Daniel yang sudah di nyalakan untuk pergi menjauh dari jalan sepi itu meninggalkan gue dan Daniel yang bernapas lega karena seenggaknya nyawa kami aman walaupun barang berharga kami menghilang.

Me and That Fakboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang