04|Potong Bebek Angsa.

406 115 174
                                    

❣Harap memberi tahu author apabila ada kesalahan tulis, atau kalimat yang tidak jelas❣
Saya sedang belajar 😊

°°°○•○°°°

"Mbak Jamilah minta dansa, dansa di tengah kali."

°°°○•○°°°

"Jak! Jaka! Mangga samping lo" –Cemal.

"Yang mana? Ini?" –Jaka.

"kiri dikit." –Cemal.

"Ini?" –Jaka.

"Kanan dikit!" –Cemal.

"Ini?" –Jaka.

"Bukan! Depan lo itu!" –Cemal.

"Lo ambil sendiri sono!" –Jaka.

Haekal mengernyit, mendengar suara cempreng dua curut yang biasa hinggap di telinganya. Selepas dari pusat kota, ia memakirkan Jessika dengan lembut. Pemuda itu lantas menuju pohon mangga tempat biasa teman-temannya berkumpul.

"Lo semua ngapain?" bingung Haekal, melihat enam orang berada di atas pohon. Oh, jangan lupakan mangga yang mereka makan di tangan masing-masing.

"Monyet rak modal", batinnya. (Monyet tidak punya modal.)

"Refreshing," jawab Dirga, membuang mangga yang baru saja ia koreti, "Lo dari mana, kal?" tambahnya.

Tak menjawab, Haekal lantas merebahkan diri di bawah mereka. Merenungkan kata orang, mencari kerja memang tidak mudah. Terlebih statusnya sebagai pelajar. Beruntung Jepri –bujang kosnya –menawarkan dirinya sebagai penyanyi cafe di perempatan jalan sana. Jadilah esok hari Haekal berangkat, berbekal gitar lamanya dan suara yang syukur-syukur enak didengar. Dan uwow! Dia baru sadar jika pemilik cafe itu si Jepri sendiri, lalu tanpa audisi ia lantas diterima.

Sejujurnya Haekal sedikit kesal.

Bukan kesal, tapi bagimana ya? Dia sudah mencari kerja selama satu bulan full. Dan si Jepri baru cerita ke dia kalo Cafe miliknya mencari penyanyi sejak dua bulan lalu. Maksudnya, kenapa enggak ngomong dari awal? Haekal juga sering minta wejangan kepada bujang satu itu. Haekal tidak heran lagi sekarang, jika pemuda yang kelewat guanteng itu selalu didopak gebetannya. Taraf kepekaannya minim bos. (*dopak/tendang)

"Makaryo ngupoyo upo," jawab Haekal kepada Dirga seraya memejamkan mata. (*Berkerja mencari nasi)

Dirga mangut-mangut paham, lantas turun. Tidak memperdulikan Cemal dan Jaka yang beribut mangga sejak tadi. Dia dan Haekal percaya kembar itu akan diam sendiri setelah ditempeleng Arjun atau Reno. Jaevan? Entah apa yang dilakukan pemuda itu, ia hanya ngalamun di atas sana –dampak bulol kelewat batas mungkin.

Iya, dia dengan Lia tetap berpacaran.

"Lo ikut kerumah ya, nanti sore." ujar Dirga tidur berbantal perut Haekal, "Emak gue minta tolong buat bakarin jagung sama lele. Lo tau sendiri gue enggak bisa masak." tambahnya.

Haekal yang mendengarnya terkekeh, Dirga memang hampir sempurna dari paras, otak, hingga keatletisan dimiliki pemuda bernama Parabawa Dirga Nagarjuna itu. Tapi toh dia juga manusia biasa pikir Haekal, makhluk yang tak akan pernah benar-benar sempurna. Seperti halnya memasak.

Tidak pernah sekalipun selama tujuh belas tahun pertemanan mereka Haekal melihat Dirga di dapur, untuk sekedar memegang kompor atau panci. Sejujurnya pernah sekali, waktu itu mereka bertujuh berkumpul untuk merayakan kelulusan SD cemal dan Jaka. Game taruhan pun tak akan mereka lewati. Mereka bermain bola bekel, dengan taruhan siapa yang kalah harus memasak untuk makan sore. Entah apa yang dipikirkan tujuh bocah itu, padahal masakan mama masing-masing lebih enak dinikmati.

Samudra Haekal || Lee Haechan NCT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang