Spidol

201 53 7
                                    

BRAK!

"JUN ARJUN! MOOMIN LO BANYAK BANGET GILA!"

Pegal, panas, lelah. Demi apapun Jaevan sedang merasakan ketiganya sekaligus, kaos kutang Reno ia pinjam. Celana jeansnya ia ganti menjadi boxer, namun pemuda yang baru ia teriaki mendelik mengecek kondisi boneka kesayangnnya yang baru terbanting mengenaskan. Bukan basa-basi menanyakan keadaannya yang penuh keringat.

"WOY! WOY! MOOMIN GUE JEPAN!"

Suara Arjun menggema, demi apapun suara berat itu sangat tidak mengenakan jika berteriak keras.

"BANG DIEM JANGAN TERIAK! ANAK PAK BAHRUDIN BARU LAHIRAN!"

Itu suara Jaka dari lantai atas, entah apa yang sedang anak itu lakukan bersama Reno, Cemal, dan Dirga. Karena sangat tidak biasanya mereka tak bersuara sedari tadi.

"Lo berdua kenapa?" sekarang Haekal, anak itu baru kembali dari masjid. Laporan Pak RT jika ada manusia baru yang tinggal di kosnya, ngomong-ngomong RT mereka seorang pengurus masjid. Jadi jangan heran jika Haekal berangkat pukul sebelas siang untuk sholat dhuhur.

"Ga kenapa-kenapa, lo angkat novel-novel Arjun sana." Ujar Jaevan keluar setelah meletakkan boneka menggemaskan itu di dalam kamar. Arjun? Anak itu tengah menata barang-barangnya yang kelewat banyak, oh ke aesthetickan juga harus masuk ke daftar kamar bernuansa putih itu.

"Bang Arjun –subhanallah, kamar lo bagus banget gila!" mungkin ini berlebihan, atau mungkin sangat berlebihan? Cemal yang baru turun dari lantai dua dengan muka penuh spidol menganga melihat kamar yang tadinya mengenaskan bisa berubah mengagumkan. Bahkan rasa bencinya dengan Moomin yang senantiasa Arjun ceritakan musnah setelah melihat boneka-boneka itu tertata rapi. Oh! Ini kamar terapi yang pernah Cemal lihat setelah berapa orang tinggal disini.

Disisi lain Arjun yang melihat reaksi Cemal tersenyum bangga, tentu saja. Nirwasita...

"Nah, lo sendiri muka cemong kek begitu kenapa?" tanya Arjun terkaget melihat gambar abstrak di wajah Cemal yang kelewat aneh. Hey, disana ada gambar kumis, bebek, pocong, dan burung manusia yang tumpang tindih.

"Oh ini?" tunjuk Cemal di wajahnya sendiri, "Tadi maen tahan tawa gue sama yang diatas. Kalo kalah muka kena coret."

"Pantes sep- Allahuakbar! Bang Dir!"

"Apa?"

"Lo semua- HAHAHAHAHAHAHAHAHA ADA TIGA K*NT*L DI MUKA LO ANJ*NG, BANG! DI MUKA LO JUGA MAL!"

Demi apapun Dirga ingin menenggelamkan manusia bersarung itu ke dalam sungai, mari salahkan Reno yang seenak jidat menggambar gambar haram itu di wajahnya. Oh! Dan juga selera humornya yang kelewat receh, bagaimana bisa ia tertawa terbahak gara-gara melihat orang menabrak bokong sapi.

"Tawa lo ga enak, Kal. Sumpah." Ujar Dirga menahan malu.

Haekal yang tengah gelingsotan melihat wajah Dirga dan Cemal itu tetap tak bisa menghentikan tawanya, apalagi setelah melihat Reno yang ikut turun. Wajah anak itu full hitam persis panci gosong.

"Ada apaan- HAHAHAHAHAHAHAHA! MUKA LO KENAPA, NO?!" itu Jaevan, anak itu langsung terduduk memegang perutnya seraya tertawa terbahak. Apalagi setelah melihat kembarannya itu tersenyum hingga menggebabkan hanya gigi putihnya yang terlihat, "ANYING! MIRIP KOLOR IJO!"

"Heh-heh pada kenapa- ALAHUAKBAR!"

"Lo semua kalo ketawa- ALLAH!"

Jika boleh jujur, Dodoy dan Jeffrey hanya ingin memarahi manusia yang tak ingat tentang skripsi mereka. Tetapi melihat wajah Jovan yang full hitam, mereka angkat tangan. Dua manusia itu ikut tertawa bersama Haekal dan kawan-kawan hingga glingsotan.

Samudra Haekal || Lee Haechan NCT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang