36. Ekhem!

66 40 2
                                    

VOTMMENT VOTMMENT VOTMMENT


___________


"Orang yang tidak bersalah, tidak takut untuk berjanji meskipun belum mempunyai bukti. Ia hanya perlu yakin dan berusaha agar semuanya baik-baik saja."


____________


 
   Di sinilah Rey sekarang, di ruang kontrol yang memiliki banyak layar monitor CCTV. Di sini juga ada Pak Rudi, seorang operator yang mengawasi keamanan suatu lokasi secara keseluruhan.

"Pak, saya minta rekaman kelas XI IPA 5 yang kemarin. Sekitar jam delapan hingga jam sembilan dan waktu malam," pinta Rey.

"CCTV kelas itu memang sudah lama rusak," jawab pak Rudi. "Kemarin saya sudah berusaha memeriksanya, karena Pak polisi juga minta rekaman waktu kejadian pembunuhan, namun tetap saja tidak bisa."

"Kalau rusaknya sudah lama, kenapa Bapak tidak memperbaikinya sejak lama juga?" tanya Rey tiba-tiba sewot.

"Bapak selalu lupa dan guru lain juga membiarkannya, karena mereka percaya bahwa kelas kalian terbilang anak-anak baik meskipun ada yang nakal satu atau dua orang. Jadi, para guru tidak perlu khawatir dengan kelas kalian yang tanpa CCTV," jelas Pak Rudi. Memang hampir semua murid kelas XI IPA 5 terbilang anak baik-baik, hanya Zesa beserta pengikutnya yang di cap buruk.

   Rey berdecak. Kenapa bukti besar yang seharusnya di dapatkan dengan mudah, malah menjadi rumit seperti ini? Namun itu semua tidak membuat Rey untuk menyerah. Cowok itu terus berusaha keras agar semuanya terungkap.

   Sepulang sekolah, Rey berniat untuk membawa tukang service untuk memperbaiki CCTV. Namun, ia ke kantor polisi terlebih dahulu untuk menemui gadis itu.

   Rey menunggu Delan di ruang tunggu, hingga gadis itu datang dengan kostum yang berbeda. Ada rasa sakit dalam diri Rey saat melihatnya.

"Rey," lirih Delan lalu duduk berhadapan dengan cowok tersebut.

"Udah makan?" tanya Rey.

Delan menggeleng. "Belum."

"Kenapa? Mereka gak ngasih kamu makan?" tanya Rey lagi. Kamu? Kamu? Kamu? Bukan 'lo'.

Delan menggeleng-gelengkan kepala kembali lalu mengangguk-ngangguk, membuat Rey tidak mengerti. "Kalau menggeleng, ya menggeleng aja. Kalau ngangguk, ya ngangguk aja. Gak usah dua-duanya," ujarnya berusaha tertawa.

"Kamu 'kan tanyanya mereka kasih aku makan atau enggak? Kalau aku menggeleng jawabannya enggak dong, tapi kalau aku mengangguk jawabnnya iya," jelas Delan.

Rey menaikkan alisnya sebelah. "Jadi?"

"Jadi mereka ngasih aku makan, tapi aku gak mau," lanjutnya.

"Kenapa?"

Delan menggeleng. "Gak mau."

"Kenapa?"

"Aku takut ada racunnya," ucap Delan terlihat serius, lalu cemberut. "Gimana kalau nanti aku sakit terus meninggal?"

"Ssstt," Rey mengacungkan jari telunjuknya dan menempelkannya di bibir milik gadis tersebut. "Sekarang kamu harus makan! Nih, aku bawa makanan buatan Mama, serta camilan kesukaan kamu."

Delan melihat gerak gerik cowok di depannya yang sedang membuka kotak makan, lalu menggeleng pelan. "Aku gak mau."

"Lan, tau gak?"

I Protect YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang