41. Dia Melarikan Diri

143 48 8
                                    

VOTMMENT VOTMMENT VOTMMENT


_________

   Bel pulang berbunyi beberapa menit yang lalu. Semua murid sibuk mengambil kendaraannya masing-masing di parkiran, termasuk Rey. Cowok itu sedang mengikatkan jaketnya ke pinggang Delan. Hari ini Rey membawa motor karena kemarin mobilnya di pinjam Mama untuk pulang.

   Banyak yang memerhatikannya dan sesekali bersorak. Rey yang dingin dan memperlihatkan perhatiannya hanya kepada Dinda, kini mereka sudah sering melihat cowok itu berpaling kepada Delan. Setelah kejadian waktu lalu, Dinda juga tidak keberatan dengan semua ini. Alhasil adiknya pun menjadi lebih dekat dengan Afkar yang memang sudah lama mengejarnya.

Rey mengulurkan tangan untuk membantu Delan naik ke atas motornya. "Kenapa mereka ngeliatin mulu sih?!"

"Biarin aja," ujar Rey tidak peduli dengan tatapan orang-orang.

"Tapi ya, kalau aku sama kamu, mereka sering ngeliatin gitu! Aku 'kan gak nyaman jadinya," ketus Delan.

   Rey tidak menghiraukannya. Cowok tersebut mulai melajukan motornya menuju pulang. Sedikit kesusahan saat melewati gerbang, karena di sana desak oleh banyak siswa.

Saat di jalan, tidak ada yang membuka suara. Namun, tiba-tiba Delan bergumam. "Haus."

Rey tidak mengucapkan apa-apa, namun ia memberhentikan motornya di depan minimarket, membuat Delan bertanya. "Kenapa berhenti?"

"Katanya haus?" Rey bertanya balik sambil membuka helmnya.

"Hmm, tapi 'kan aku gak minta minum," ujar Delan.

"Tapi tenggorokan kamu yang minta," balas Rey datar.

   Merekapun turun dan Rey yang memasuki minimarket. Sedangkan Delan menunggu di luar sambil menyenderkan tubuhnya ke motor besar milik cowok itu.

   Hanya membutuhkan waktu sebentar untuk Rey membeli minuman, namun waktunya menjadi lama saat ia harus menunggu antrean kasir yang cukup panjang, di tambah ada belanjaan ibu-ibu yang begitu banyak dan akan membuatnya tambah lama.

   Rey mengoroh saku karena ponselnya bergetar. Ada panggilan masuk dari adiknya dan dengan cepat dia mengangkatnya, lalu menempelkan ponsel tersebut di telinga kiri.

"Hallo, bang! Kak Zesa kabur dari penjara."

   Rey terkejut dengan kabar tersebut. Dia langsung memutuskan panggilan dengan adiknya begitu saja, lalu menikung antrean kasir. Tidak peduli dengan beberapa umpatan yang keluar dari mulut orang-orang. Dia pun berjalan pergi keluar dengan tergesa-gesa.

   Saat di luar, ia tidak melihat gadis itu di tempatnya. Rey sangat gelisah, pikirannya tidak bisa berjalan dengan baik lagi. Ia terus berpikir yang yang tidak-tidak. Itulah kenapa Rey benci pada pikirannya sendiri.

   Pandangan Rey terarah pada gadis yang sedari tadi ia cari. Gadis itu berdiri di taman terdekat dan ia pun segera menghampirinya. Delan terkejut karena Rey tiba-tiba memeluknya, juga malu karena ini di tempat umum.

"Re-rey... lepas-in, a-aku gak bisa nafas...," pinta Delan karena cowok tersebut memeluknya sangat erat.

Rey melepaskan pelukannya, kemudian memutar tubuh gadis tersebut beberapa kali. "Lo gak kenapa-napa 'kan?"

"Aku gak kenapa-napa, emangnya ada apa?" tanya Delan terheran.

Rey menangkup pipi Delan dengan kedua tangannya. "Jangan jauh-jauh."

   Delan mengernyit, lalu melepaskan tangan cowok tersebut. Rey menarik lengannya, hendak pergi dari sini. Namun terhenti karena Delan tidak beranjak juga. Cowok itu membalikkan badannya menatap Delan dengan sebelah alis terangkat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Protect YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang