5. Maafkan aku

471 15 0
                                    

Kay duduk disamping Vin yang menyetir mobilnya untuk mengantarkan Kay pulang. Walaupun jarak rumah Kay tidak jauh tapi Vin tetap mau mengantarkan perempuan itu dengan mobilnya.

Kay memilih untuk diam, sedangkan Vin sesekali melirik pada Kay yang menatap keluar jendela.

"Kay..." Vin memanggil Kay. Wanita itu menoleh.

"Apa?" tanyanya dengan nada ketus.

"Aku minta maaf." ujar Vin dengan raut wajah penyesalan. Dia menatap Kay sebentar, setelah itu kembali menatap lurus kedepan yang sebentar lagi mereka akan tiba didepan rumah Kay.

"Untuk apa?" tanya Kay lagi.

"Untuk segala sesuatu yang terjadi padamu." ujar Vin dengan serius.

"Tidak apa-apa!" ujar Kay singkat. Dia sudah berusaha untuk melupakan hal itu. Dia tidak ingin terus untuk mengingat hal itu, karena itu hanya akan membuat dirinya menjadi semakin hancur.

"Tapi jika nanti terjadi apa-apa padamu, aku akan bertanggungjawab." ucap Vin dengan meyakinkan menatap Kay. Karena Vin sudah berniat untuk menikahi Kay nantinya. Dan kini mereka sudah tiba didepan rumah Kay.

"Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan hamil." ujar Kay dengan yakin. Vin terlihat terkejut dengan hal itu.

"Maksudnya?" tanya Vin. Dia menatap Kay bingung, bagaimana wanita itu mengatakan dengan sangat yakin.

"Aku sudah minum pil untuk mencegah kehamilan." ujar Kay memberitahu. Vin terlihat semakin terkejut dengan hal itu.

"Kenapa?" tanya Vin dengan suara yang rendah.

"Apa?"

"Kenapa kau meminumnya?"

"Karena aku takut hamil, dan aku belum siap."

"Kenapa kau meminumnya Kay, padahal aku sudah berencana untuk menikahimu!" ujar Vin dengan mata yang memerah. Dia sudah memikirkan banyak hal dengan Kay, tapi wanita ini mengatakan dengan mudahnya kalau dia saat ini belum siap untuk hamil dan punya anak.

"A-aku... Aku hanya tidak ingin hal itu terjadi." Kay tergagap melihat Vin yang sepertinya sangat kecewa mendengar apa yang dia katakan barusan.

"Kenapa? Kau tidak sudi untuk mengandung anakku?" tanya Vin lagi, Kay menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mengenalmu sebelumnya Vin, aku tidak kenal kau. Bahkan untuk tiba di tempat itu dan bermalam denganmu saja aku tidak ingat. Aku tidak ingat bagaimana peristiwa itu terjadi. Aku takut, kau tau? Aku takut jika nanti aku hamil dan kau tidak bertanggungjawab. Karena aku tau kita tidak saling mengenal. Karena itulah aku memutuskan untuk membeli Pil itu dan meminumnya." Kay mengatakan dengan suara yang bergetar. Dia menatap pada Vin dengan air mata. Laki-laki itu hanya diam seribu bahasa, dia tau Kay sangat kecewa dan juga marah pada dirinya.

"Kau salah Kay, kau salah! Kau tau? bahkan sejak hari itu aku tidak pernah berhenti untuk memikirkanmu. Kau selalu ada dalam pikiranku. Kau tau, sejak malam kau tidur denganku, aku sadar kalau aku sudah jatuh cinta padamu!" Vin memukul stir mobilnya. Dia menatap pada Kay yang hanya diam. Dia kecewa dengan jawaban Kay, tapi walau bagaimanapun Vin tau dimana letak kesalahannya.

"Keluarlah, kita sudah sampai." ujar Vin melunak. Tapi Kay masih diam tak bergeming. Dia menatap pada Vin sebentar.

"Keluarlah Kay!" nada suara Vin terdengar dingin tak bersahabat seperti biasanya. Jika tau begini Kay tidak akan mau untuk meminum pil itu, karena dia juga tidak bisa memungkiri kalau dia sendiri takut dengan masa depannya. Bagaimana jika nanti dia akan menikah, dan calon suaminya mengetahui kalau dia sudah tidak perawan? Apa yang nanti akan dia katakan. Dan sekarang di depannya ada seorang pria yang menatapnya penuh cinta, itu terlihat jelas di matanya.

"Vin...," Kay memanggil Vin dengan suara yang serak.

"Keluarlah Kay, aku tau kau membenciku!" Vin mengalihkan pandangannya keluar. Gelapnya malam menjadi saksi bisu bagi dua anak manusia ini.

"Maafkan aku." ujar Kay menunduk. Sedangkan Vin hanya diam.

"Keluarlah!" ujar Vin singkat. Dia tidak memandang Kay sedikitpun.

"Vin...," Kay mencoba untuk memanggil Vin lagi.

"Keluarlah Kay. Kamu butuh istirahat, tenangkan dirimu. Dan maafkan aku yang sudah merusak masa depanmu. Tapi walau bagaimanapun, kau tidak akan pernah bisa menghentikan aku untuk terus mencintaimu!" Kay terdiam seribu bahasa. Setelah mengatakan hal itu, Vin lagi-lagi mengalihkan pandangannya.

Kay memutuskan untuk keluar dari dalam mobil Vin. Dia berjalan menuju ke rumahnya, dan mengambil kunci di dalam tas kecil yang dia bawa.

Mobil Vin masih berada disana. Laki-laki itu mengawasi Kay hingga masuk kedalam rumahnya. Hingga Kay menutup pintu dan menguncinya barulah Vin menyalakan mobilnya dan menjauh dari sana.

Kay melihat kepergian Vin dari balik gorden yang menutupi kaca rumahnya. Dia memandang kepergian Vin dengan sendu.

'Sebegitu nya kah laki-laki itu, hingga dia terlihat begitu terluka saat aku bilang kalau aku minum pil itu?' batin Kay bertanya-tanya.

Kay berjalan menuju kamarnya, lalu mengganti pakaian. Membersihkan wajahnya dengan air dingin, setelah itu Kay berjalan menuju tempat tidur.

Melihat pada ponselnya, dan disana terlihat jelas foto dirinya bersama dengan Ziko. Kay merasa sangat kecewa dengan laki-laki yang dicintainya itu. Bagaimana mungkin Ziko menghianatinya dengan Bila, benar-benar laki-laki brengs*k

Kay menghapus semua foto Ziko yang ada didalam ponselnya. Dia juga memblokir nomor Ziko dari kontak HP-nya.

Tapi Kay merasakan kalau apa yang dilakukan Ziko tidak ada apa-apanya dengan apa yang sudah dia lakukan. Kay tau, dia salah. Tapi kan dia melakukan hal itu tidak sengaja dan juga tidak tahu, sedangkan Ziko menghianatinya dengan keadaan yang sadar dan juga berniat.

Kay berniat untuk melupakan Ziko setelah ini, dia tidak ingin berhubungan dengan laki-laki itu lagi. Dia tau, dia tidak pantas untuk seorang Ziko. Karena dia tau Ziko adalah laki-laki dari keluarga kaya dan juga terpandang, jadi tidak mungkin bisa bersama dengannya ditambah lagi kini dia juga sudah tidak suci lagi membuat Kay jadi semakin yakin untuk melupakan Ziko.

"Maafkan aku ayah, ibu. Maafkan aku yang sudah mengecewakan kalian. Aku tau aku salah, dan aku akan menebus semua kesalahanku nanti." Kay memeluk foto ayah dan ibunya. Menciumi Keduanya secara bergantian.
Setelah itu Kay kembali meletakkan figura itu di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Setelahnya Kay mematikan lampu kamar dan merebahkan diri, lalu menarik selimut untuk tidur dan masuk ke alam mimpi.

*_*_*_*_*_*

_______

My Posesif BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang