13. Lamaran

386 9 4
                                    

“Kakak ...?” Kay menatap pada Kaisar yang tampak biasa saja saat Vin mengatakan hal itu.

“Apa, Kay?” tanya Kaisar.

“Kaisar sudah tau, Kay! Aku sudah meminta izin padanya!”

“Ap—apa?” tanya Kay kaget.

Di membesarkan matanya pada Vin, tapi laki-laki itu tampak biasa saja, seperti tidak takut sedikitpun pada kakaknya.

Lama Kay menatap Vin, hingga dia menyadari kalau sudut bibir laki-laki itu tampak sedikit memerah karena bekas luka.

“Kenapa itu?” tanya Kay dengan nada khawatir, bahkan dia sendiri tidak menyadari itu.

“Hanya sedikit luka,” ujar Vin santai, karena memang Evan sudah memberikan obat pada sudut bibirnya yang terluka karena pukulan Kaisar tadi.

Kay terdiam. Dia menatap pada kakak dan juga Vin secara bergantian. Lalu menghela napas, saat menyadari sesuatu.

“Apa Kakak, yang melakukan itu?” tanya Kay pada Kaisar yang duduk di dekatnya. Kaisar mengangguk mengiyakan.

“Jadi, dia sudah mengatakan semuanya pada Kakak?” tanya Kay lagi. Dan lagi-lagi Kaisar mengangguk mengiyakan. Kay menghela napas.

“Dan, apa Kakak merestui?” tanya Kay. Lidahnya agak berat saat menanyakan itu, tapi melihat reaksi Kakaknya yang mengangguk, membuat bahunya merosot.

“Apa dia mengancam Kakak?” tanya Kay memicing.

“Kay, kenapa kau jadi banyak tanya seperti ini? Kenapa kau malah mengintrogasi Kakak, bukankah seharusnya Kakak yang mengintrogasi mu?” Kaisar sedikit kesal saat Kay banyak bertanya padanya.

Untuk apa Vin mengancamnya, karena memang dia sendiri yang menyetujui ini. Lagipula, Kaisar tidak cukup bodoh untuk bermain-main dengan Vin.

Kay menggaruk tengkuknya mendengar perkataan Kaisar.

Iya juga, ya? Kenapa jadi dia yang banyak tanya pada Kaisar, bukankah seharusnya, Kaisar lah, yang seharusnya banyak tanya pada dia?

“Ya ... Aku hanya heran saja, kenapa Kakak bersikap biasa saja padannya!” ujar Kay sedikit gugup.

“Biasa apanya Kay, dia bahkan memberikan aku dua bogeman mentah tadi!” ujar Vin, saat dia mengingat sakit di wajahnya karena pukulan dari kakak wanita yang ada di depannya itu.

“Dua?” tanya Kay kaget. Lalu dia melirik pada Evan yang sedari tadi hanya diam di samping Vin.

“Iya ....” ujar Vin singkat.

“Lalu, kenapa pengawalmu ini, tidak melerainya?” tanya Kay menatap Vin dan Evan heran.

“Dia bukan pengawalku Kay, dia asisten dan juga temanku!” ujar Vin kesal. Pengawal? Dia bukan bocah SD yang harus di berikan pengawal.

Hahaha, dia tidak tahu saja, kalau orangtuanya memang memberikan dia pengawal.

“Kenapa kalian jadi ribut seperti ini, sih? Kalau tidak ada yang mau dibicarakan lagi, aku mau ke kamar, aku mengantuk!” Kaisar menyela di antara perdebatan unfaedah yang terjadi di depannya ini.

“Tunggu dulu! Baiklah, aku disini ingin mengatakan, kalau nanti malam, orangtuaku mau kesini untuk melamar Kay secara resmi!”

Vin akhirnya angkat bicara dengan tujuan kedatangannya kesini.

“Ap—apa ...?” ujar Kay terkejut.

“Hei, kenapa buru-buru seperti ini?” tanya Kaisar yang tak kalah terkejutnya sama dengan Kay.

My Posesif BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang