Vin keluar dari dalam rumah Kay. Evan tampak tidak ada disana. Kemana dia dan Aileen pergi?
Vin mengeluarkan ponsel berlogo Apple tergigit yang ada dalam saku celananya, mencoba untuk menghubungi Evan.
“Kau dimana?” tanya Vin langsung saat sambungan telepon diangkat oleh Evan.
“Saya ada di kedai depan Bos,” Evan menjawab sigap. Lalu tak lama dia terdengar seperti berbicara untuk mengajak Aileen untuk segera pergi dari sana.
Vin mematikan sambungan teleponnya setelah mendengar jawaban Evan, lalu dia berbalik menatap Kay yang berdiri angkuh dengan tatapan tidak bersahabat didepan pintu rumahnya.
Setelah cukup lama keduanya terdiam, tampak lah Evan berjalan terburu-buru diikuti oleh Aileen di belakangnya. Gadis itu sepertinya mencoba untuk mendekati Evan yang hanya bersikap dingin padanya. Vin tergelak melihat hal itu.
“Aku pergi dulu!” Vin mencoba bersikap manis pada Kay.
“Pergi saja, kalau perlu tidak usah kembali!” Kay menanggapi perkataan Vin dengan ketus, membuat laki-laki itu terkekeh gemas.
“Baiklah, jangan merindukan aku!” ujar Vin dengan tatapan menggoda. Sepertinya, setelah ini menggoda Kay yang jutek dan ketus akan menjadi kebiasaan Kay.
“Cih, siapa juga yang akan merindukanmu!” Kay memalingkan wajahnya menatap ke arah lain tidak mau untuk menatap wajah pria yang sudah merusak masa depannya itu. Vin berjalan beranjak dari sana, lalu masuk kedalam mobil. Dia melambaikan tangan sebentar pada Kay, baru setelah itu mobil yang ditumpanginya melaju meninggalkan pekarangan rumah Kay.
“Kay, itu tadi kenapa Pak Vin bisa bicara denganmu? Kau melakukan sesuatu?” Aileen yang sedari tadi tutup mulut, kini buka suara.
Dia berjalan mengitari Kay membuat wanita yang sudah tidak gadis itu menghembuskan nafas kesal.
“Kay, kenapa kau diam? Kenapa pak Vin ada disini?” tanya Aileen lagi.
“Aku tidak tau,” jawab Kay singkat membuat Aileen mencebikkan bibirnya cemberut.
“Kay... Aku tau kau bohong! Ada urusan apa kau dengannya?” Aileen masih mencoba untuk bertanya pada Kay, tapi tidak ditanggapi orang gadis itu. Kay berjalan masuk kedalam rumahnya mengabaikan Aileen yang masih penasaran.
“Aku lelah, aku mau istirahat dulu!”
____
“Bos? Kau sudah bertanya siapa nama kakak Nona Kayana?” Evan yang tadi disuruh oleh Vin untuk mencari kakak Kay, bingung karena dia tidak tau siapa nama kakak dari wanita yang membuat bos nya tergila-gila itu.
“Tidak!” jawaban singkat dari Vin membuat Evan menghembuskan nafas kasar. Dia menatap tajam Vin membuat laki-laki itu sedikit gelisah dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Jangan menatapku seperti itu!”
“Kau menyuruhku untuk mencari tahu kakak dari nona Kayana, sedangkan kau tidak tau namanya! Kau...,” Evan hanya menatap datar Vin yang mengusap tengkuknya. Dia tidak melanjutkan perkataannya.
“Kau cari saja, seorang laki-laki yang berasal dari Jakarta, belum menikah dan mempunyai seorang adik perempuan! Aku tau kau bisa!” Vin mengatakan dengan seenaknya, membuat Evan menghembuskan nafas kasar.
Evan kembali bergulat dengan ponselnya, menghubungi anak buahnya yang ditempatkan di perusahaan yang ada di Surabaya.
Setelah cukup lama berbincang, dia mematikan sambungan telepon tersebut.
“Bangaimana? Kau sudah dapat informasinya?” tanya Vin antusias. Sedangkan Evan hanya menganggukkan kepalanya.
_____
Vin kembali ke kantor, untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda. Sekalian dia akan pergi ke Surabaya untuk menemui laki-laki yang bernama Kaisar secara langsung. Kaisar adalah kakak laki-laki dari Kay, rencananya Vin akan langsung turun tangan ke Surabaya dan meminta untuk dia bisa menikahi Kay pada Kaisar.
“Apa jadwalku setelah ini?” tanya Vin mengurut pelipisnya. Setelah mengecek lembaran-lembaran kertas yang berharga itu, sepertinya dia membutuhkan secangkir kopi.
“Untuk setelah ini tidak ada!” jawab Evan sigap. Vin mengangguk.
“Baiklah, buatkan aku secangkir kopi.” setelah mendengar perkataan Vin, lantas Evan langsung keluar dari ruangan Vin dan mengatakan pada sekretaris laki-laki itu untuk membuatkan Bos-nya kopi.
Sendirian didalam ruangannya, Vin duduk termenung memikirkan bagaimana reaksi kakak Kay kalau tau bahwa dia sudah merusak adiknya.
Apa laki-laki itu bisa di ancam akan di pecat dari perusahaan jika menolak untuk mau menikahkan Kay dengannya dan dia akan merestui keduanya.
“Kalaupun dia tidak merestui aku, setidaknya aku bisa berjuang untuk mendapatkan Kay. Aku ingin memperjuangkan gadis keras kepala itu, dan dia luluh dengan perjuanganku!” Vin tersenyum saat memikirkan Kay. Hingga tak lama setelah itu, masuklah Evan dengan secangkir kopi di tangannya.
“Apa nona Aileen mengganggumu?” tanya Vin pada Evan yang tampak kesal mendengar nama Aileen.
“Tidak! Biasa saja!” ujar Evan. Dia duduk pada sofa yang ada disana.
“Sungguh?” tanya Vin dengan tatapan tidak percaya.
“Hemm,”
“Hahaha, aku yakin, pasti dia mengganggumu!” Vin tertawa melihat wajah Evan yang masam.
_____
“Tuan, nona Erika meminta bertemu dengan tuan Vin!” laporan dari sekretaris Vin pada Evan membuat laki-laki itu meremas ponselnya kesal. Dia tau siapa wanita ular itu, yaitu salah satu penyebab bagaimana Vin bisa berakhir di ranjang yang sama dengan Kay.
“Baiklah, aku tanyakan dulu pada Tuan Vin!” setelah mendengar jawaban Evan, sekretaris Vin mematikan sambungan teleponnya.
“Ada apa?” tanya Vin langsung, karena melihat wajah Evan yang kesal.
“Erika ada di depan. Dia ingin bertemu dengan anda tuan!” Evan melihat bagaimana Vin meremas tangannya. Dia tampak emosi saat mendengar nama Erika.
“Biarkan dia masuk!” ujar Vin dingin.
“Baik!” setelah mendengar jawaban dari Vin, Evan berjalan keluar. Dia sendiri yang akan menjemput Erika untuk mengantarkannya langsung pada Vin.
“Silahkan nona!” nada suara Evan penuh tekanan. Erika menatap Evan dengan takut-takut. Dibandingkan Vin, Evan tampak lebih menyeramkan dan juga menakutkan. Pembawaan tegas laki-laki itu tak bisa dipungkiri kalau itu memberi tekanan pada lawan bicaranya.
Erika berjalan terlebih dahulu, diikuti oleh Evan. Dia melihat Vin yang duduk tenang dikursi kerja kebesarannya. Dengan menikmati secangkir kopi.
“Vin, aku mau bicara denganmu,” Erika tidak berani untuk mendekat pada Vin. Dia tau dimana letak kesalahannya. Walaupun dia juga tau Vin pemain wanita, tapi dia sendiri yang menginginkan wanita, bukan dengan cara dijebak.
“Apa lagi yang mau kau bicarakan?” nada suara Vin yang biasanya hangat kini terdengar dingin. Erika menelan salivanya takut. Dia jadi merutuki rencananya untuk menemui Vin ini.
“Aku ingin minta maaf!”
,,,,,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesif Bastard
RomanceVin bukanlah pria kaku yang datar dan dingin. Dia hanyalah si Casanova Bastard yang posesif pada Kay. Malam panas yang mereka lalui bersama, menjadi awal baru bagi kehidupan Kay. Bagaimana Si Bastard Vin yang selalu mengganggunya, di tambah lagi de...