Kay menangis didalam kamarnya. Dia meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Wajah Vin terus terbayang-bayang dibenaknya, dia membenci pria itu. Sangat membencinya.Matanya sembab, hidungnya merah dan ingus terus saja naik turun di hidungnya. Kay mengusap hidungnya, dia berjalan menuju kamar mandi. Membersihkan wajahnya yang kusam dan juga terlihat menyedihkan karena sangat lama menangis.
Dia teringat jika ini sudah hampir waktu dia untuk masuk kerja. Iya, Kay berkerja menjadi kasir salah satu supermarket yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Dia mulai masuk kerja dari pukul lima sore dan selesai jam sepuluh malam.
"Aku harus kerja, aku udah kelamaan izin kemarin." selama beberapa hari ini Kay tidak masuk bekerja dengan alasan tidak enak badan, kini dia harus masuk kerja lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ia tidak boleh terus bergantung pada sang kakak yang kini sedang bekerja di Surabaya menjadi karyawan salah satu perusahaan ternama disana. Memang kakak laki-lakinya itu pasti bisa memenuhi semua kebutuhan Kay, tapi dia juga harus berfikir karena tidak mungkin semua kebutuhannya sang kakak lah yang menyediakan, karena pasti sang kakak juga memiliki kebutuhan yang besar juga.
Kay bergegas mandi, setelah itu mengenakan pakaiannya. Menggunakan flatshoes dan tas kecil yang diraihnya dia berjalan keluar dari rumah kontrakannya dan mengunci pintu. Dia berjalan kaki untuk tiba di tempat kerjanya karena memang tempat kerjanya itu tidak begitu jauh dari rumah kontrakannya.
Tak butuh waktu lama bagi Kay untuk tiba di tempat kerjanya, dia sampai disana dan berjalan menuju kearah meja kasir. Disana sudah ada temannya yang akan bersiap untuk pulang dan digantikan oleh Kay.
"Aku pulang dulu ya Kay?" ucap Airin pamit, sedangkan Kay mengangguk.
"Hati-hati ya." ujar Kay tersenyum. Airin mengangguk, dan Kay langsung menggantikannya untuk melayani pembeli yang mau membayar belanjaannya.
Kay melayani pembeli dengan cepat karena banyak antrian yang menunggu giliran untuk membayar belanjaannya. Semua pembeli senang dengan pelayanan Kay, karena dia yang ramah untuk melayani pembeli membuat pembeli betah untuk berlama-lama disana.
Waktu terus bergulir, tapi pembeli masih banyak, membuat Kay sedikit kewalahan, tapi tidak membuatnya mengeluh. Dia harus kuat, semangat, dia tidak ingin terus merepotkan kakaknya untuk biaya hidupnya.
Saat Kay sudah mulai membereskan barang-barang yang sedikit berantakan karena dia mau menutup supermarket yang dia jaga bersama dengan pemilik tokonya, ada seorang laki-laki yang masuk kesana dan mengambil keranjang belanjaan.
Kay memperhatikan laki-laki itu, dia seperti mengenal laki-laki yang memakai jaket itu, dan ternyata dugaannya benar saat laki-laki itu berbalik menatapnya dan pandangan mereka bertemu. Laki-laki itu tidak terlihat terkejut sedikitpun berbeda dengan Kay yang langsung merasa kesal dan marah pada laki-laki itu.
"Mau apa kau kemari?" tanya Kay menatap Vin tajam. Iya lelaki itu adalah Vin, laki-laki yang sangat di benci oleh Kay karena sudah merusak hidupnya.
"Memangnya kalau orang ke supermarket mau ngapain? Ya mau belanja lah!" ujar Vin dengan santainya membuat Kay geram.
"Kenapa kau harus belanja kemari? Kau mengikuti aku?" tanya Kay memicing menatap Vin dengan tatapan menusuk.
"Tidak! Siapa juga yang mengikutimu, memangnya aku tidak punya pekerjaan lain selain mengikutimu?" ucap Vin menolak mengakui bahwa dia mengikuti Kay, padahal memang benar dia mengikuti gadis itu.
Ckckck, orang yang sedang jatuh cinta ternyata bisa berbuat seperti itu.
"Cepat selesaikan belanjaan mu itu! Aku mau menutup tokonya." Kay berjalan meletakkan barang-barang baru untuk besok, dibantu pemilik toko.
"Biar saya aja Buk." ujar Kay sopan.
"Tidak apa-apa Kay, biar ibu bantu." Kay tidak bisa membantah perkataan bos nya itu.
Sedangkan Vin kini tidak tau dia mau membeli apa. Bahkan dia tidak tau bahan makanan itu yang mana. Karena selama ini, pelayan di rumahnya saja yang belanja, dan Vin tidak tau apa yang mereka beli, karena Vin hanya akan memakan makanan yang sudah mereka sajikan saja.
"Aih, kenapa aku tidak mengajak Evan saja tadi kalau tau begini." Vin bersungut-sungut, lalu mengambil dengan asal apa yang ada didepannya. Dia mengambil sembarangan makanan ringan yang ada didepannya hingga memenuhi keranjang belanjaan yang dia pegang.
Kay menatap Vin kesal, entah apa yang dilakukan oleh pria itu hingga lama sekali, membuat Kay berjalan mendekat pada pria itu. Dia sudah mau menutup toko tapi Vin masih disana menatap bengong pada rak didepannya itu.
"Kau bisa cepat sedikit tidak?" ucap Kay dengan ketus, mengejutkannya Vin yang saat ini membelakangi gadis itu.
"Astaga."
"Cepat sedikit!" Kay mengatakan dengan ketus membuat Vin tersenyum.
Apa-apaan dia tersenyum seperti itu? Memangnya ada yang lucu?
Kay menggeram, lalu merampas keranjang belanjaan Vin, membawanya ke meja kasir.
Bukannya apa-apa, tapi ini sudah larut malam, sudah melewati jam kerjanya, Kay ingin segera pulang karena dia besok harus berangkat kuliah, jadi dia tidak ingin bangun terlambat, terlebih lagi dia harus pulang berjalan kaki menuju rumah kontrakannya.
Kay menghitung semua total belanjaan Vin.
"300 ribu!" ujar Kay, memasukkan semua yang dibeli Vin kedalam kantong plastik yang tersedia disana dengan merek nama toko supermarket itu.
"Hanya segitu?" tanya Vin tidak percaya.
"Iya, memangnya berapa lagi?" tanya Kay kesal. Ah, entah kenapa dia selalu saja kesal melihat wajah laki-laki yang ada didepannya ini.
Vin mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribu dari dalam dompetnya, lalu menyerahkan pada Kay.
"Ini,"
"Terimakasih. Silahkan datang kembali ke toko kami." Kay mengatakan itu dengan tidak ikhlas dan senyum yang dipaksakan, walau bagaimanapun Vin adalah pelanggannya jadi Kay tetap harus melayaninya dengan sopan seperti yang lainnya.
"Kay, kamu pulang sama siapa nak?" tanya ibu Rika pemilik supermarket tempat Kay bekerja. Gadis itu menoleh pada ibu Rika, lalu menjawab.
"Kay pulang sendiri Buk. Ibu pulang duluan saja." saut Kay dengan sopan.
"Kay, pulang denganku saja." ujar Vin yang masih berada disana.
"Tidak mau!" jawab Kay ketus.
"Iya Kay, pulang sama Adek ini aja, biar kamu aman dan selamat sampai rumah. Ini udah malam banget loh." ujar Bu Rika mengusulkan yang diangguki oleh Vin.
"Bener tuh, ini udah malam banget, mending kamu pulang sama saya aja."
"Gak usah!" tolak Kay ketus pada Vin.
"Enggapapa kok Bu, Kay pulang sendirian aja. Biasanya juga gitu kan?" Kay mencoba meyakinkan, yang akhirnya diangguki oleh Bu Rika.
"Ya udah, kalau itu mau kamu. Ibu pulang duluan ya?" pamit Bu Rika yang di angguki oleh Kay. Ia tersenyum menatap Bu Rika yang mulai menjauh.
"Ngapain kamu masih disini?" tanya Kay ketus.
"Suka-suka aku dong mau dimana aja." ajar Vin santai. "Kamu yakin nih gak mau di anter pulang? Ntar ada apa-apa loh dijalan?" sambung Vin lagi mencoba menakuti Kay.
Kay mencoba mengabaikan Vin. Dia berjalan menjauh dari Vin yang menatap kepergiannya dengan senyum mengembang.
"Kita liat Kay, seberapa berani kamu!" ujar Vin tersenyum.
"Satuuu...."
"Duaaaa...."
"Tiiiii...," belum sampai pada hitungan ke tiga, Vin sudah melihat Kay yang berlari mendekat padanya.
"Viiinnnnnn...," ujar Kay berteriak kembali pada Vin yang saat ini masih di tempatnya berdiri memakan camilan yang tadi dia beli.
"Nah kaann..." ujar Vin tersenyum kemenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesif Bastard
RomanceVin bukanlah pria kaku yang datar dan dingin. Dia hanyalah si Casanova Bastard yang posesif pada Kay. Malam panas yang mereka lalui bersama, menjadi awal baru bagi kehidupan Kay. Bagaimana Si Bastard Vin yang selalu mengganggunya, di tambah lagi de...